#Step17
Aku menatap Steven yang terkulai lemas di depan ku. Beruntung aku tidak kelepasan dan membunuh nya. Kemudian aku menghela nafas. Kincir raksasa sudah mulai berputar lagi. Dan kami sudah ada di paling bawah.
Penjaga kasir seperti nya kaget sekali. Aku sudah tahu semua ini akan terjadi. Kru Teen agen datang. Begitu pula Justine. Dia tampak kaget sekali. Lalu dia mengusap dahi ku yang berdarah akibat terantuk kursi dan pukulan Steven saat dia berusaha membalas ku.
“Rendahan. Berusaha membalas pukulan seorang wanita,”Justine menghela nafas.Dia membalut dahi ku dengan perban. Lalu mengelus-elus nya dengan perlahan.”Lain kali bilang aku dulu, aku khawatir pada mu.”
Aku menatap nya. Dia benar. Terdapat sorot khawatir di mata nya. Tapi bagaimana aku bisa menghubungi nya? “Tadi itu darurat tau. Lagipula aku kan sudah tidak berhubungan dengan teen agen lagi,”aku mengerucutkan bibir ku. Membuat Justine terkekeh geli.
“Kalau kau bukan tidak berhubungan dengan teen agen lagi,mengapa kau menyelamatkan Steven sewaktu itu?”
Pertanyaan Justine membuat ku terdiam. Terdapat banyak alasan. Tetapi aku tidak bisa menjelaskannya. Karena memang hal itu merumitkan dan sulit di jelaskan.
“Entahlah. Karena—aku—bodoh?”aku menutup mata ku dengan tangan. Tak tahan dengan pandangan Justine yang membuat ku merasa—entahlah. Sulit di jelaskan. Atau memang aku sudah error karena kejadian tadi?
“Aku hanya.. Tak mau dia terluka,Justine.”
“Tapi dia sudah melukai mu. Lihat,dahi mu berdarah di karenakan dia,”Justine mendongak. Membuat ku sulit untuk menatap mata tajam nya.
“Kau itu harus berpikir yang terbaik untuk mu. Bukan yang terbaik untuk diri nya.”ucap Justine. Dia melangkah pergi mendekati mobil ambulans dan kru teen agen. Aku termenung karena kata-kata nya.
“Memang tugas ku hanya untuk membahagiakan orang lain. Dan diri ku itu tidak untuk di bahagiakan.”
Aku menghela nafas. Meskipun Justine sudah pergi. Aku yakin dia masih mendengarkan lirihan ku tadi. Dia harus tahu kalau aku melakukan akting ini bukan untuk diri ku saja. Tapi untuk Vallen juga.
Kemudian aku berdiri dari kursi lipat yang di bawa Justine tadi.
“Oh ya,kau tahu Richard kemana? Aku mengirim pesan padanya sekitar beberapa jam yang lalu dan dia masih belum membalas.”
Kini,mata ku sudah membulat sempurna. Seketika,jantung ku berdegup kencang. Kemudian aku merasa kalau aku harus berlari sekencang-kencang nya. Apa yang terjadi dengan Richard?
Aku mulai berjalan kesana-kemari. Membuat Justine bingung karena pertanyaannya yang belum di jawab. Dia menyodorkan sebotol air mineral.”Minum.”
Aku mengangguk. Lalu meneguk botol air mineral itu sampai habis. Kemudian kembali berjalan kesana-kemari. Justine terlihat heran. “Aku bilang minum agar kau tenang. Memang nya Richard kenapa?”
Aku mengabaikan Justine dan tetap berjalan kesana-kemari seperti orang kebingungan. Justine yang merasa di acuhkan, mencibir, lalu dia menghadang di depan ku agar aku berhenti. Dia memegang kedua pundak ku.
“Jelaskan pada ku,Richard ada dimana.”kata nya tajam. Mata nya menunjukan ketegasan. Justine dan Richard sudah berteman sejak dulu. Tidak salah kalau Justine menanyakan tentang nya. Tapi, aku tidak tahu jawabannya. Aku bahkan tidak tahu mengapa aku berjalan kesana-kemari.
Aku memejamkan mata ku. Berharap agar Justine mempercayai jawaban konyol ku. Lalu menghembuskan nafas.”Aku—aku tidak tahu.”
“Hah?”
Aku mengangguk pelan. Lalu saat aku mendongak,Justine sudah tak ada di tempat nya. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu menemukannya di stan kru teen agen. Aku mendekati nya dengan secepat kilat.
“Richard. Ada yang tau agen Richard bintang lima angkatan darat dimana?”ujar Justine yang terus sibuk memasang headset telephone di telinga nya.
“Justine!”
Justine menoleh. Membuat ku gentar. Mungkin karena ini semua salah ku. Richard tidak akan jatuh jika aku menolong nya terlebih dahulu. Aku terlalu egois sampai Richard—salah satu sahabat ku—jatuh hanya karena Steven yang terlalu berlebihan.
Aku pun menceritakan semua nya. Dari aku berada di rumah, dan Richard datang sambil membawakan ku sebuket bunga dandelion. Lalu kami ke taman hiburan dan bertemu Steven. Membuat aku dan Richard penasaran lalu mengikuti mereka berdua. Dan yang terakhir, saat Richard di dorong Steven agar jatuh ke tanah.
“Steven itu jenius, Gennifer! Mengapa kau bisa terjatuh ke jebakannya?”tandas Justine. Dia menghela nafas frustasi. Aku hanya bisa tenggelam dengan diam. Tak tahu apa yang harus ku lakukan.
“Kalau begitu mungkin dia masih ada disini. Kita masih bisa mengangkut jenazah nya.”
--
Sekali lagi,aku mengusap mata ku. Dan dengan sekian kali nya,air itu terus mengalir dari mata ku. Rasa nya aku tak pernah seperti ini. Aku sedih dan menangis. Padahal Richard saja belum ketemu. Tetapi mengapa terasa sangat sakit sewaktu Justine mengucapkan kata ‘Jenazah’?
Tidak,
Richard belum mati.
Dia pernah berjanji kalau dia tidak akan mati sebelum aku. Kata nya, agar aku tidak merasakan kehilangan. Tetapi sekarang, mengapa dia mengingkari janji itu?
Tidak, tidak.
Dia masih berada di sana. Menunggu seseorang untuk menyelamatkannya.
Aku memejamkan mata ku. Lalu menghapus lagi air yang keluar dari kelopak mata ku. Semua kru teen agen juga sedang mencari nya. PDA yang ada di saku nya tak bisa di hubungi. Membuat aku pasrah dalam mencari nya.
Steven sudah di bawa ke gedung teen agen untuk di interogasi. Dan aku akan menyusulnya beberapa menit lagi.
Hingga menit itu, aku akan terus mencari Richard.
Aku berlari ke kincir raksasa. Lalu melihat salah satu ruang yang pintu nya terbuka karena di hancurkan oleh Steven. Saat itu kami ada di kincir raksasa nomor enam. Ada di ketinggian 15 kaki dari tanah.
Aku memejamkan mata ku lagi. Sekarang waktu nya aku serius dan berpikir.
Lalu merasakan angin yang menghembus dari utara.
Aku ketemu jawabannya.
Jika angin berhembus dari utara, otomatis badan Richard terbawa angin. Walaupun dia agak berat. 15 kaki dari tanah, kemungkinan mendarat di pepohonan kecil. Karena tidak begitu tinggi. Aku sering terjun bebas, jadi aku tahu tentang hal-hal seperti ini. Dan aku yakin Justine sudah mengetahui nya.
Aku menatap kincir raksasa yang berketinggian 15 kaki dari tanah. Lalu merasakan angin yang berhembus dari utara.
Sebuah apel jatuh dari langit. Dan terbawa angin menuju pepohonan kecil di sebelah pohon besar.
Ku tajamkan penglihatan ku. Apel itu tergesek pohon,lalu jatuh. Tepat di atas badan seseorang yang baju nya sangat berantakan.
“Richard?”
Aku mendekati nya. Membuat penglihatan ku semakin jelas.
“Richard!?”
Kemudian, ku lihat sebuah parasut yang masih belum di lipat. Aku tersenyum. Agen rahasia yang menyebalkan, ternyata dia membawa cadangan juga. Dasar bocah. Richard memang hobi membuat ku khawatir.
“Justine,”
“Iya? Kau menemukannya?”
“Hm,”
“Lalu? Status? Dimana kau?”
“Di pepohonan kecil sebelah barat kincir raksasa. Status, aman.”
“Bagaimana dengan Richard?”
“Dia—masih bernafas.”
#A/N : Pendek ya? Maaf deh. Menurut aku ini terlalu FTV-_- menurut kalian apa? Tapi ini fast update kan? wkwk #
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Secreto
Teen FictionNama ku Gennifer. Hidup ku di mulai dengan sebuah kebohongan yang tak berdasar, untuk menjaga sebuah rahasia membingungkan milik ku, yang hanya membuat ku terus frustasi di tengah kerumitan ini.