#Step24
“Dia?”
Aku menatap Justine lekat. Terlihat jelas sebuah rahasia di balik mata hazel nya. Kemudian kuulangi lagi perkataan ku, “Dia? Siapa?”
Justine berdiri. Dia memegang kepala nya. “Oh maaf, aku kira kau siapa.. Aku lupa. Bukan! Kepala ku lagi error!”
“Bohong. Aku tahu diri mu, Justine. Sudah, jelaskan saja pada ku.”desah ku tak sabar. Aku butuh keyakinan dan kebenaran.
Justine mendongak. Lalu dia menghela nafas. “Richard. Dia juga akan pindah.”lirih nya pelan tetapi terdengar sangat jelas di telinga ku.
Aku mengerutkan dahi ku. Tanda marah atau terkejut—aku juga tidak tahu. Yang pasti aku sangat kaget dengan berita ini. Lalu aku berdiri dan berjalan melewati Justine. Justine yang seperti nya tahu itu akan terjadi langsung menarik tangan ku. Kini, dahi kami bersentuhan.
Mata Justine menjadi tajam. “Terlambat. Dia sudah pergi.”
Plak!
Aku menampar Justine dengan kencang sambil menundukan kepala. Justine kaget, dia mundur sejenak sambil meraba pipi nya yang merah. Nyata nya, aku juga terkejut dengan apa yang ku lakukan.
“Dia tidak pergi. Dia tidak mungkin mengingkar janji nya karena dia itu saha—“
“Sahabat mu?”potong Justine sambil menaikan alis kanan nya. “Kau ingat saat dahi mu bersentuhan dengannya? Kau ingat sewaktu Vallen menggoda Richard dan kau, lalu Richard memutar bola mata nya? Kau ingat saat dia memeluk mu sewaktu kau menangis karena Steven? Kau ingat saat dia mendorong mu agar kau menghindar dari pukulan Steven?—Oh, kau pasti tak mengingat itu.”
Aku mengernyit. “Lalu?”
Justine menghela nafas berat. “Dia tidak akan melakukan itu tanpa rasa sayang, Gennifer. Dia sayang pada mu. Dia mungkin sahabat mu, tetapi aku yakin kalau tatapan ia setiap hari itu menunjukan harapan yang lebih dari seorang sahabat.”
“Maksud mu?”
Justine terbelalak. Dia mengepalkan tangannya. Lalu memegang pundak ku dengan kencang.
“Dia suka dengan mu. Dia sayang pada mu. Kau itu bodoh sekali sih? Atau memang tidak peka? Kau tidak menyadari tatapannya yang berbeda setiap melihat mu? Mungkin dia bisa menyangkal. Tetapi hati nya tidak!”seru Justine. Dia menarik nafas nya. Kemudian menatap langit.
“Mungkin kata-kata kalau perempuan lebih peka dari lelaki itu salah ya?”lanjut Justine. Lalu dia meninggalkan ku sambil mengusap kepala nya. Ia melirik ku sekilas, lalu melanjutkan perjalanannya.
Sungguh, kau bahkan tidak akan mengerti apa yang ada di pikiran ku sekarang. Perasaan ku bercampur aduk. Antara senang, sedih dan marah pada diri ku sendiri.
Kepala ku menunduk. Kemudian berharap agar Justine mendengar perkataan ku. “Tapi, aku tidak siap.”
Nyata nya, Justine sudah pergi. Mungkin dia kecewa dengan sikap ku ini. Padahal sifat ku itu peka. Tetapi mengapa aku tidak menyadarinya?
Aku berusaha mengingat perlakuan Richard selama ini. Saat kami di taman hiburan dan aku berharap agar dia mengetahui debaran ku itu? Masa memalukan.
Aku tersenyum sendiri karena nya. Lalu aku tertawa renyah di tengah salju-salju yang turun ke permukaan bumi. Tetapi raut wajah ku berubah mengingat Richard yang sudah pindah. Aku berhenti tertawa. Lalu air pun mengalir di pipi ku. Jangan salah, itu air dari salju. Bukan air mata ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Secreto
Teen FictionNama ku Gennifer. Hidup ku di mulai dengan sebuah kebohongan yang tak berdasar, untuk menjaga sebuah rahasia membingungkan milik ku, yang hanya membuat ku terus frustasi di tengah kerumitan ini.