Hingga akhirnya....

3.5K 97 63
                                    

Hingga akhirnya, semesta mengutus kamu menjadi bagian dari diriku.

Hingga akhirnya, garis takdir menuntunmu padaku. Sampai tak ada lagi 'aku', tak ada lagi 'kamu'. Kini yang ada hanya 'kita'.

Kita? Adalah aku dan kamu, yang bersama atas takdir semesta.

Kita? Adalah aku dan kamu, yang bersama karena cinta.

Dan kita? Adalah aku dan kamu, yang akan melewati hari-hari bahagia. Selamanya; semoga.

Hari-hari yang kita lalui begitu berat untuk ditinggalkan, sebab setiap detik bersamamu selalu menyisakan rindu yang menyesakkan.

Semilir angin sore itu menyapa ranting pohon yang melapuk, juga menjatuhkan dedaunan yang nampak berwarna kecoklatan.

Pada senja itu, daun-daun berguguran. Tapi hatiku memasuki musim semi yang indah, kamu adalah penyebabnya.

Percayalah, segala tentangmu membuatku terkesan; melebihi segalanya.

Hujan yang mereka sebut sebagai anugerah pun, kalah meriah dengan lelucon payahmu.

Pelangi yang mereka sebut sebagai keindahan pun, nampak biasa saja jika dibandingkan dengan tingkah konyolmu.

Detik yang terlewat tak pernah memberi kabar, sampai kita telah menghabiskan tawa tanpa sadar. Malam pun bersambut; terngiang jelas desah suaramu yang lembut.

"Izinkan aku menjagamu, sampai kita berdua tak lagi mampu menikmati senja," bisikmu di pengujung senja waktu itu.

Percayalah, seketika hatiku luluh. Kamu mungkin bukan salah satu bintang yang menghiasi malam, tapi kamu adalah jawaban dari setiap harap yang kulangitkan.

Darimu aku belajar, tentang bagaimana menyayangi dengan sederhana. Darimu aku belajar, bagaimana cara mencintai tanpa basa-basi.

Darimu aku belajar, tentang bagaimana menghargai ketulusan. Darimu aku belajar, mempercayai orang yang sebelumnya tak kukenal sedikit pun.

Pun,
Darimu … aku belajar, bagaimana rasanya takut kehilangan.

Terima kasih. Karenamu, semuanya terasa lebih indah.

Uu Padilah.
Karawang, 05 Januari 2018.

KATASTROFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang