Yang menyebalkan, rindu menikam disaat aku tak tahu cara memendam. Dan malam, hanya sebatas saksi bisu yang meraung pada keheningan alam. Semesta pun tak berkutik, sebab kenangan tentangmu mengoyak dan mencabik.
Padamu aku ucapkan terima kasih, atas kehilangan yang kurasakan. Tidak perlu kembali! Aku akan baik-baik saja tanpamu. Lucunya, kau pergi setelah aku merasa kita adalah sesuatu yang sempurna.
Padamu aku ucapkan terima kasih, atas luka yang kau ciptakan. Jangan! Jangan pernah berpura-pura bahwa ini bukanlah suatu kesengajaan. Aku hanya meminta, agar suatu saat kau tidak mengalami apa yang kurasakan. Ini terlalu perih, kuyakin kau tidak akan sanggup menjalaninya. Cukup aku saja.
Dan percayalah … luka ini akan sembuh tepat sebelum kau sadar, bahwa yang telah terjadi adalah hal yang akan kau sesali nanti.
Dan apa yang telah kau buat hancur, akan tertata rapi kembali. Seseorang di masa depan akan menggantikanmu di hidupku. Menemani aku menghabiskan waktu yang kau sia-siakan.
Lalu....
Kau akan kembali? Memintaku untuk memaafkan, kemudian hidup bersama lagi? Haha. Maafkan atas tawaku. Aku hanya sedikit terhibur dengan lelucon yang kau buat. Tak bisakah kau berpikir sedikit manusiawi? Mana mungkin aku menyayangimu lagi, sedangkan luka darimu adalah nyaris membunuhku sejak dini.
Maka, baik-baik saja hidupmu. Sebab pada akhirnya, semesta akan memberimu luka yang sama. Sesuatu yang dulu sering kau sebut KARMA.
Uu Padilah.
Karawang, 21032018.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATASTROFE
PoetryDi dunia yang kadang dianggap sebagai rumah sebuah ketidakadilan, siapa saja pasti akan mengalami perpisahan; dengan apa pun atau dengan siapa pun. Yang paling ditakutkan ketika hal itu terjadi, adalah besarnya luka kehilangan. Mungkin beberapa oran...