Terima kasih pernah menyayangiku, hadiah terbaik yang pernah kudapatkan selain sepasang sepatu baru dari ayahku.
Kini, berjalanlah sejauh apa pun yang kau mau. Temukan orang yang mampu membahagiakanmu, yang lebih pantas memilikimu.
Daripada aku; semua yang pernah kita lewati akan selalu kukenang. Sebab mengenalmu adalah salah satu hal yang mengagumkan.
Pada letup penyesalan yang membumbung tinggi di antara atap ruang perasaan, kau adalah satu-satunya yang membuatku hilang kesadaran.
Kau datang menebar benih bunga di taman yang susah payah kurawat sendiri. Kau menyiram dengan caramu, agar kelak bunga itu tumbuh merekah.
Aku rapuh, pada ketulusanmu pun aku luluh. Kuserahkan sepetak taman untuk kau bawa, hingga aku menyerahkan semuanya.
Aku percaya kau adalah tangan yang tepat untuk menjaga; aku percaya kau adalah raga yang tepat untuk melindungi.
Waktu berlalu begitu cepat, yang lambat hanya pertumbuhan bunga di hatimu. Entah ketulusan itu sudah pudar, 'kah? Atau sebab kau sedang menabur bunga di hati yang lain?
Percayalah, aku sudah mempercayaimu sampai lelah. Dan … percayalah, penyesalanku adalah karena kau yang telah meruntuhkan segenap kepercayaanku.
Pada apa yang pernah kita rencanakan, simpan saja angan itu dalam-dalam. Dan pada apa yang pernah ingin kita wujudkan bersama, simpan saja semua pada sebuah kardus dan letakkan di sudut ruangan yang takkan pernah lagi kau jamah.
Ini tentang hati yang patah, karena aku pernah berharap pada orang yang salah; kamu. Padahal burung-burung pernah saling menyemangati saat kita dilanda lelah.
Sayang … masih pantaskah aku memanggilmu sayang?
Yang terbaik dari perpisahan ini adalah, kita yang saling mengerti daripada akhirnya saling menyakiti.
Anggap saja ini adalah mimpi buruk, aku hanya ingin bangun dan menenangkan hatiku lagi. Bukan padamu, bukan pada orang yang telah menyakitiku.
Maka biarlah hati ini menentukan pilihannya. Sebab kurasa, menjadi sendiri pun bukan hal yang salah. Meski sebenarnya berpasangan adalah hal yang lumrah.
Tanpamu … semua akan terasa berbeda. Meski sebenarnya, aku tak perlu membiasakan hidup tanpamu; sebab sebelum kita berpisah, kau sudah 'tiada' di keseharianku. Seperti enggan, atau kau sibuk menjadi bagian keseharian orang lain. Selain aku.
Bukan soal melupakan atau meninggalkan, yang perlu kulakukan adalah mengikhlaskan.
Hidup ini Indah, bila kau mengikhlas yang harus dilepas.
Kau terlalu agung, 'tuk dikalahkan rasa sakit.
--Fiersa Besari.Uu Padilah.
Karawang, 31 Januari 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATASTROFE
PoetryDi dunia yang kadang dianggap sebagai rumah sebuah ketidakadilan, siapa saja pasti akan mengalami perpisahan; dengan apa pun atau dengan siapa pun. Yang paling ditakutkan ketika hal itu terjadi, adalah besarnya luka kehilangan. Mungkin beberapa oran...