Pada detik saat kau berjalan memunggungi aku, seketika badai besar menghantam dan memorak-porandakan mimpi-mimpi yang sudah direncanakan oleh kita.
Sampai menelanjangi malam, melawan kantuk yang mendera, kita pernah bercerita sampai larut dengan penuh canda tawa. Menyusun kembali apa yang ingin kita wujudkan suatu saat nanti.
Lalu satu detik kemudian, kita sudah menjadi kenangan.
Lalu … satu detik kemudian, aku merindukanmu.
Dan … satu detik kemudian, kenyataan menamparku dengan keras, bahwa kini kita sudah bukan siapa-siapa.
Berbahagialah wahai engkau yang terkasih, bersamanya semoga tiada salah dalam memilih.
Di sini, aku akan menjadi yang terhebat. Mendoakan kebahagiaanmu dengannya, walau air mata turun begitu lebat.
61218.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATASTROFE
PoetryDi dunia yang kadang dianggap sebagai rumah sebuah ketidakadilan, siapa saja pasti akan mengalami perpisahan; dengan apa pun atau dengan siapa pun. Yang paling ditakutkan ketika hal itu terjadi, adalah besarnya luka kehilangan. Mungkin beberapa oran...