~~~ ^_^ ~~~
"Ponsel siapa itu?"
Baru saja Ji Ahn bernafas lega, wanita muda itu kembali harus melebarkan matanya. Tubuhnya pun menegang seketika. Sebuah suara seorang pria masuk ke dalam indra pendengarannya. Dan ia dapat menebak jika posisi pria itu pasti berada di belakangnya.
Suara ketukan yang berasal dari langkah kaki yang masuk ke dalam kamar Ji Ahn pun terdengar begitu jelas di telinga Ji Ahn. Sungguh kini hati wanita muda itu tengah diselubungi rasa takut yang semakin menggunung. Tuhan, haruskah semua ini berakhir sekarang? Kenapa seakan tidak ada kesempatan sedikitpun untukku? Keluh Ji Ahn dalam hati. Matanya pun terpejam sejenak, antara berpikir dan meratapi nasibnya yang begitu buruk.
"Ji~ya!"
Tubuh tegang Ji Ahn berjingkat seketika saat merasakan sebuah tangan besar yang menyentuh bahu sebelah kanannya, lalu disusul suara berat yang tadi bertanya padanya. Raut wajah gelisah, takut, bahkan ingin menangis, semuanya sudah terlihat begitu jelas menghiasi wajah cantik Ji Ahn.
"Itu ponsel siapa?" Suara pria yang adalah Jeongshin, kakak Ji Ahn itu kembali terdengar, dan kini begitu jelas, karena ia sudah berada tepat di belakang adiknya itu. "Dan siapa yang tadi berbicara denganmu di ponsel itu?"
Ji Ahn menghembuskan nafasnya dengan sangat pelan. Wanita muda itu sudah mulai pasrah, karena memang ia sudah tidak tahu lagi harus seperti apa. Otaknya seakan buntu, kacau dan entahlah, terlalu sulit untuk kembali berpikir. Lalu dengan sangat pasrah dan terpaksa, Ji Ahn pun akhirnya memutar tubuhnya dengan kepala yang menunduk. Ia tidak berani untuk sekedar menatap kakaknya itu.
"Tadi Ji Ahn mengatakan jika itu ponsel Heejin, Oppa." Tidak jauh dari Ji Ahn dan Jeongshin, Minsoo pun menyahut.
"Ponsel Heejin?" Dan ya, dahi Jeongshin pun mengernyit seketika. Kedua bola matanya menatap Ji Ahn dengan lekat-lekat. Sama seperti Minsoo, pria itu rasanya sulit untuk percaya. Ia berpikir, untuk apa ponsel Heejin ada pada adiknya? Sangat aneh. "Kenapa ponsel Heejin ada padamu?" Tanyanya kembali. Ia seolah tengah menuntut penjelasan lebih dari adiknya, meskipun ia tidak mengatakannya secara jelas.
"Tadi tertinggal, jadi kupikir-" Tenggorokan Ji Ahn mendadak tercekat. Oh, dia memang bukan orang yang ahli berbohong. Ini sangat sulit baginya. Apalagi gerak-geriknya pun seolah mengatakan jika ia memang tengah berbohong.
"Boleh aku melihatnya?" Jeongshin pun menyodorkan tangannya, meminta ponsel yang ada di tangan Ji Ahn. Pria itu benar-benar merasa janggal. Tidak hanya karena ponsel itu berada di tangan Ji Ahn, namun juga sikap adiknya. Kecurigaannya pun semakin bertambah ketika rasa gugup Ji Ahn benar-benar menguar dengan sendirinya.
"A-apa?" Ji Ahn menelan salivanya dengan susah payah. Ini benar-benar bencana besar bagi dirinya. Haruskah ia menyerahkan ponsel itu? "Tapi, Oppa-"
"Tapi kenapa? Berikan padaku." Pinta Jeongshin.
"Untuk apa kau memintanya?" Tanya Ji Ahn dengan mengumpulkan sisa keberaniannya yang entah sejak kapan mengerucut dan mulai hilang. "Ini ponsel orang lain. Tidakkah sangat tidak sopan jika kau melihatnya? Bukankah ponsel biasanya berisi sesuatu yang pribadi?" Dan Ji Ahn pun mencoba berdalih dengan suaranya yang terdengar bergetar.
"Oppa, sudahlah." Tukas Minsoo. Melihat raut wajah dan sikap Ji Ahn, ia jadi tidak tega pada adik iparnya itu. "Lebih baik kita kembali ke kamar saja. Aku- aku sudah mengantuk." Wanita itu mencoba untuk mengalihkan perhatian suaminya dan mengajaknya keluar dari kamar Ji Ahn.
"Tapi-"
"Kita bicarakan lagi besok." Minsoo memotong perkataan Jeongshin dengan cepat. "Ini sudah malam. Mari kita kembali ke kamar dan tidur."

KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me The Truth
Fiksi PenggemarDihianati oleh calon suami hingga keguguran dan kehilangan janin, lalu kecelakaan dan mengalami amnesia, itu semua bukanlah hal yang membahagiakan, namun Ji Ahn mengalaminya. Sementara Kyuhyun, pria itu menyesal. Namun sayang, rasa sesalnya itu tida...