Part 11

7.7K 373 19
                                        

~~~ ^_^ ~~~

Dengan bermodalkan tas selempang yang cukup lebar, Ji Ahn memasukkan segala dokumen penting yang ia perlukan, seperti passpor dan visa misalnya. Ia beruntung visanya masih berlaku, jadi ia tidak perlu bersusah payah mengurusnya lagi sekarang.

Seperti yang telah direncanakannya seorang diri, tekad wanita muda itu sudah sangatlah bulat. Ia tidak peduli apa yang akan terjadi nanti, apa pula akibat dari tindakannya. Ia hanya berpikir untuk pergi. Ya, setidaknya untuk saat ini itulah yang sangat ingin ia lakukan.

Tidak ada barang-barang besar dan berat yang ia bawa. Tidak ada baju, sepatu dan tas dalam sebuah koper besar. Ji Ahn hanya membawa tas selempangnya. Itu sudah cukup baginya. Masih banyak pakaiannya yang ia tinggalkan di Perancis. Dan Ji Ahn yakin, Clarissa pasti masih menyimpannya dengan baik.

"Ji~ya!"

Ji Ahn berjingkat pelan. Gerakan tangannya pun otomatis berhenti, seiring dengan tubuhnya yang berputar ke belakang. Di sana, telah nampak Jaewoon yang berdiri di dekat pintu. Dengan segera, Ji Ahn pun menormalkan mimik mukanya dari keterkejutan.

"Aku akan berangkat ke kantor. Apakah kau akan pergi ke butik? Kalau ya, aku mengantarmu." Ujar Jaewoon seraya menyunggingkan senyum hangatnya.

Ji Ahn tidak langsung membalas perkataan sang kakak. Wanita muda itu justru memiringkan kepalanya, terlihat ragu. Pergi ke butik? Apakah dia diijinkan? Karena bahkan seingatnya ayahnya begitu melarangnya.

"Abeoji mengijinkanmu." Sahut Jaewoon dengan cepat, seakan dapat menebak isi kepala Ji Ahn. "Kau pasti stress seharian berada di rumah, jadi Abeoji mengijinkanmu untuk pergi ke butik." Karena Nami telah kembali pula, dia yang akan mengawasimu di sana, tambah Jaewoon dalam hati.

"Ah, baiklah."

Bibir Jaewoon kembali melengkung, membentuk senyuman. "Aku menunggumu di mobil. Cepat, hum."

"Ya." Lirih Ji Ahn tanpa menunjukkan ekspresi berlebihan. Pergi ke butik sebelum pesawat yang dinaikinya lepas landas, tidak buruk, batin Ji Ahn. Itu justru akan mempermudahnya untuk pergi. Selain itu, ia juga bisa minta tolong pada Heejin untuk mencetak tiket penerbangannya di butik nanti.

Sepeninggal Jaewoon, Ji Ahn kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti tadi. Kali ini wanita muda itu menggenggam erat ponselnya, kemudian mematikannya. Rencananya, ponsel itu akan ia kembalikan pada pemiliknya sebelum ia pergi ke bandara nanti.

"Selesai."

Ji Ahn menggumam pelan ketika dirasa segala keperluannya telah selesai. Tinggal keluar dari rumahnya, dan selangkah lagi ia akan pergi meninggalkan negara kelahirannya itu.

~~~ *** ~~~

"Selamat bekerja, adik ipar. Fighting!"

Dengan raut wajahnya yang selalu memancarkan keceriaan, Shinju memberi semangat sang adik ipar sebelum ia pergi ke kantor dan benar-benar meninggalkan wanita muda itu di butik.

Sedangkan Ji Ahn, ia hanya tersenyum tipis. Meskipun hatinya bergejolak luar biasa, namun ia tetap berusaha agar terlihat baik-baik saja. Setidaknya itu modal untuk membuat rencananya hari ini berjalan lancar.

"Bekerjalah dengan baik, hum." Berbeda dari Shinju, Jaewoon justru bersikap lebih lembut dan dewasa. Pria itu meraih puncak kepala adiknya, lalu mengusapnya pelan dengan penuh kasih sayang. Sejenak dipandangnya lekat-lekat wajah sang adik, seakan tengah merasakan firasat yang masih belum bisa ia terjemahkan dengan baik. Namun kemudian, senyumnya mengakhiri itu semua.

Tell Me The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang