Part 2

11.1K 554 27
                                        

~~~ *** ~~~

At Asklepios Klinik Barmbek, Hamburg, Jerman

Ji Ahn menatap datar orang-orang sekelilingnya. Wanita yang baru saja bangun dari komanya selama sekitar 3 bulan itu nampak sedikit kebingungan. Pasalnya tidak ada satupun dari wajah itu yang dikenalnya.

"Ji~ya..." Nyonya Yoon mengusap lengan putrinya. "Ini, ini Eomma, Nak. Kau- kau ingat, bukan?" Dan mata wanita itu terlihat mulai berkaca-kaca. "Eomma yang membesarkanmu, Nak."

Ji Ahn mengalihkan pandangannya pada wanita yang mengaku sebagai ibunya itu. Masih dengan tatapan yang sama, wanita muda itu memiringkan kepalanya. Ia tengah berusaha keras mengingat. Ya, mengingat orang-orang yang kini tengah berkerumun mengelilingi dengan tatapan was-was.

"Nak!" Usapan tangan Nyonya Yoon di lengan Ji Ahn mulai berubah menjadi cengkraman. Matanya yang sudah digenangi air mata pun memancarkan keputusasaan. "Ini Eomma." Lalu ia pun beralih pada suaminya dan menunjuknya. "Itu- itu Appa. Dulu kalian sering menghabiskan waktu hingga berjam-jam di ruang kerja. Dan itu," Kini Nyonya Yoon beralih pada anak-anak dan menantunya. "Mereka adalah kakak dan kakak iparmu. Itu Jeongshin, Minsoo dan Jaewoon." Air matanya pun mulai menetes. "Oh, Minsoo. Kau ingat? Kalian selalu bersama."

"Eommonim..." Lirih Minsoo ketika Ji Ahn belum memberikan reaksi apapun, bahkan ketika mertuanya itu menyebut namanya. Cairan bening di matanya pun tidak bisa ia tahan lagi. Rasanya sangat nyeri melihat mertuanya menangis pilu seperti itu.

"Eomma, sudahlah." Jeongshin berusaha menenangkan ibunya.

"Yoon Ji Ahn!" Nyonya Yoon kembali menatap putrinya. "Katakan sesuatu, Nak!" Wanita itu setengah menjerit karena saking frustasinya melihat kondisi putrinya.

Tuan Yoon yang melihat pemandangan menyedihkan di depannya pun hanya bisa menghela nafas beratnya. Pria itu mengusap wajahnya kasar. Sulit baginya untuk mempercayai ini semua. Putri yang begitu ia sayangi, yang ia jaga dengan baik, bahkan kini tidak mengenalinya sama sekali.

"Tuan Yoon, bisa kita bicara di ruanganku?" Seorang dokter dengan bahasa Inggrisnya yang fasih berbicara pada Tuan Yoon. "Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda."

Tuan Yoon menoleh pada seorang dokter yang ia ketahui telah menangani putrinya selama beberapa bulan itu. Lalu ia pun mengangguk pelan.

"Jeongshin~ah, tolong tenangkan eomma-mu. Aku akan ke ruangan dokter Billrayn." Ucap Tuan Yoon pada putranya sebelum meninggalkan ruangan itu dan menyusul dokter Billrayn ke ruangannya.

Jeongshin pun hanya bisa mengangguk pelan dan menangkap tubuh ibunya yang sudah melemas.

~~~ *** ~~~

"Ah, silahkan duduk, Tuan Yoon." Dokter Billrayn mempersilahkan Tuan Yoon untuk duduk begitu pria itu memasuki ruangannya.

Tuan Yoon pun menarik kursi yang berada tepat di depan meja dokter Billrayn dan duduk di sana. "Terima kasih."

Dokter Billrayn mengangguk sejenak. "Ini mengenai kondisi putri anda." Dan dokter itu pun memulai percakapan mereka.

"Ya, katakan saja."

"Setelah melihat bagaimana kondisi putri anda dan melakukan pemeriksaan ulang juga, saya dapat menyimpulkan jika putri anda mengalami Amnesia Retrograde." Jelas dokter Billrayn.

Tuan Yoon memejamkan matanya sejenak. Hatinya ngilu mendengar diagnosa dari dokter di depannya. "Lalu?"

"Itu terjadi karena cedera otak yang dialaminya. Sepertinya benturan yang terjadi ketika kecelakaan itu benar-benar keras." Lanjut dokter Billrayn. "Amnesia Retrograde ini membuat ingatannya akan kejadian sebelum kecelakaan itu menghilang. Maka dari itu kenapa dia tidak bisa mengingat apapun. Hal ini bisa terjadi sementara saja, namun juga bisa permanen."

Tell Me The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang