Part 4

8.1K 421 16
                                    

~~~ ^_^ ~~~

Kyuhyun melangkah lemah masuk kedalam kamarnya. Hatinya kacau. Banyak hal yang kini berputar di benaknya. Dan itu semua bukanlah hal baik, juga mengarah pada satu orang, Yoon Ji Ahn.

Kyuhyun menjatuhkan dirinya di ranjang dan berbaring di sana. Kepalanya menoleh ke arah meja rias yang ada di kamarnya. Matanya menatap sedih meja rias itu. Aneh memang jika di kamar seorang pria yang belum beristri terdapat meja rias di dalamnya. Ya, Kyuhyun menyadari itu. Namun ia juga tidak berusaha untuk menyingkirkannya. Meskipun teman-teman yang sering berkunjung ke rumahnya, bahkan kakak iparnya sendiri sering menertawainya karena hal itu.

Meja rias itu, Kyuhyun meletakkannya di sana sekitar 5 tahun yang lalu. Waktu itu pertama kali Ji Ahn menginap di rumahnya, dan wanita itu tidur di kamarnya. Kyuhyun masih sangat ingat bagaimana Ji Ahn menggerutu karena tidak ada meja rias di dalam kamar itu. Wanita itu mengatakan jika ia tidak akan pernah mau lagi tidur di kamar Kyuhyun jika tidak ada meja rias di sana. Hingga keesokan harinya Kyuhyun membeli langsung meja rias untuk diletakkan di kamarnya.

Kyuhyun tersenyum kecil ketika mengingat masa lalunya bersama Ji Ahn. Dan sekali lagi, meja dengan kaca besar itu adalah salah satu bukti jika dulu ia memang tidak pernah berniat untuk sengaja mempermainkan Ji Ahn. Ia bahkan tidak pernah menyingkirkan benda itu.

Drrtt.. drrtt..

Tiba-tiba ponsel Kyuhyun pun bergetar, membuat lamunan pria itu buyar seketika. Dengan segera Kyuhyun menyambar ponselnya yang tadi ia letakkan di meja. Bukankah tadi ia mengirim banyak pesan pada Ji Ahn? Siapa tahu Ji Ahn sudah melihatnya. Digesernya dengan cepat layar ponsel itu. Namun kemudian, tubuh Kyuhyun melemas. Bukan nomor Ji Ahn yang tertera di layar ponselnya, melainkan sebuah nama yang saat ini sangat tidak ia inginkan untuk muncul.

Kyuhyun pun menghela nafasnya pelan. "Ya, Juhyun~ah." Sahutnya setelah menggeser layar ponselnya lagi.

"Oppa, besok aku akan menemui pihak wedding organizer untuk-"

"Aku tidak bisa jika kau bermaksud untuk mengajakku." Kyuhyun menyela perkataan Juhyun dengaan cepat, bahkan sebelum wanita itu menyelesaikannya. "Aku harus mendiskusikan masalah proyek dengan Abeoji."

"Apa? Apa aku harus datang ke kantormu dulu baru kau bisa menemaniku?" Terdengar teriakan penuh kekesalan dari Juhyun di ujung sana.

Kyuhyun pun mendengus pelan. Ia tahu jika wanita itu marah. Namun ia tidak peduli. Entahlah, mendadak rasanya begitu jengah menghadapi Juhyun. "Ya, datanglah. Lalu Abeoji akan mengusirmu."

Juhyun menggeram tertahan. Ingin sekali rasanya ia marah dan meledak-ledak. Namun itu tidak mungkin. Kyuhyun bahkan bisa lebih parah darinya jika sudah marah. "Oppa, tidak bisakah kau menundanya? Aku lelah mengurus semuanya sendiri."

"Tidak bisa. Ini bukan proyek kecil. Lagipula, kau bukan yang ingin menikah? Aturlah sesuka hatimu."

Juhyun terdiam seketika. Serentetan kalimat Kyuhyun bagaikan sebilah pisau tajam yang menyayat hatinya. Ya, ia tahu jika dirinyalah yang mendesak pria itu. Tapi ayolah, bukankah tidak adil jika harus dirinya yang bersusah payah sendiri seperti ini? Dia mulai tidak mengerti dengan sikap Kyuhyun. "Oppa, kau tidak menginginkan pernikahan ini? Kau-"

Tut

Kyuhyun memutuskan panggilan itu secara sepihak. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan Juhyun. Bahkan ia sendiri juga tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya. Semuanya mengalir begitu saja. Hanya naluri dan hatinyalah yang menjadi penujuk arah dan pedomannya saat ini. Ya, Kyuhyun hanya mengikuti hatinya.

Tell Me The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang