1

16.6K 638 20
                                    

Gadis itu mengendarai motor scoopy warna coklat dengan helm yang warnanya senada dengan motornya. Ia tampak manis dengan bibir pink nya, rambutnya yang lurus sepunggung tergerai dengan indah.

Ia bersenandung kecil sepanjang jalan, hingga sampailah ia di sekolahnya. Ia memarkirkan motornya di samping beberapa jejeran motor lainnya.

Hari masih pagi sehingga sekolah masih belum ramai, hanya ada beberapa murid yang datang. Ia memang terbiasa berangkat pagi, sehingga ia masih belum pernah terlambat dan semoga saja tidak akan pernah terlambat karena ia malas berhubungan dengan hukuman.

Seulas senyum tipis yang ramah dan manis itu selalu ia lemparkan pada orang yang berpapasan dengannya. Ia terbiasa bersikap ramah pada orang lain, dan sikap itu memang diharuskan dimiliki oleh seorang pelayan kafe seperti dirinya.

Ia bekerja di sebuah kafe terkenal di Jakarta yang memiliki cabang dimana-mana. Kafe itu milik seorang ibu yang pernah ia tolong sebelumnya, sehingga ia ditawari pekerjaan itu. Bahkan keduanya sangat dekat layaknya seorang ibu dan anak.

"Hai, Kania." Sapaan itu membuat gadis itu menoleh pada seorang cowok tampan dengan senyum yang menawan. Pakaian cowok itu rapi, sehingga siapapun tau bahwa dia adalah murid yang disiplin.

"Hai, Dirga." Kania balas tersenyum ramah.

Mereka berjalan bersisian menuju kelas 11 IPA A yang merupakan kelas mereka berdua. Kebetulan saat ini mereka mendapat kelas yang sama, karena saat kelas sepuluh dulu mereka berdua berbeda kelas.

"Lo beneran mau berhenti jadi anggota osis?" Tanya Dirga setelah keduanya terdiam beberapa detik.

Kania mengangguk. "Iya gitu deh. Lo tau sendiri kan kalo gue harus kerja?"

"Iya, gue tau. Kalo butuh bantuan jangan ragu-ragu bilang ke gue oke? Gue bakal bantuin lo, selama gue masih bisa. Jangan lupa kita ini sahabatan."

Kania terkekeh pelan. "Oke, ketua osis."

Sebuah rangkulan mendarat di leher Kania dan Dirga, sehingga membuat mereka menoleh pada orang yang melakukannya, yang tak lain dan tak bukan adalah Laskar. Cengiran khas cowok itu muncul dengan wajah pongahnya.

Kania mendengus sambil melepas rangkulan dari tangan kokoh Laskar. "Jangan rangkul-rangkul gue Sekar."

Sentilan itu mendarat tepat di dahi Kania yang membuat gadis itu melenguh kesakitan, lalu melotot pada Laskar yang nyengir tidak berdosa. "Sorry, sengaja. Gue udah bilang berapa kali kalo gue gak suka dipanggil Sekar. Fyi nama gue Laskar."

"Gue gak peduli, intinya nama lo Sekar. Ish, jangan apa-apain kepala gue Sekar! Nanti kalo gue gak pinter lagi gimana cobak?!"

Laskah terkekeh pelan lalu tersenyum miring. "Emang kapan lo pernah pinter?"

Bibir Kania mengerucut sebal. "Seenggaknya gue masuk lima besar. Gak kayak lo, dapat peringkat 37 dari 38 siswa aja udah untung."

"I don't care Princess Monkey." Ucap Laskar santai sambil berlalu dari hadapan Kania secepat kilat sebelum gadis itu mengamuk dan menjambak rambutnya.

"GUE BUKAN MONYET, SEKAR!!!" Teriak Kania pada cowok yang sudah kabur duluan itu.

Dirga justru tertawa kecil melihat tingkah Kania yang terkadang masih seperti anak kecil. Kania itu ibarat bunglon, kadang ramah, kadang galak. Kadang baik, kadang jahat. Kadang manis, kadang imut.

Tapi Kania tidak pernah berusaha menjadi orang lain. Selamanya ia tetap Kania, gadis cantik dan manis yang apa adanya.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu hah?!"

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang