BAB 1 Langit Pesantren

3.4K 63 7
                                    


Aisyah tidak percaya garis takdir. Apalagi sebuah kebetulan. Takdir dan kebetulan adalah alasan semata untuk mengelak dari keadaan. Namun, diantara keduanya selalu meninggalkan percik-percik rasa yang tertinggal. Begitulah dengan awal perkenalan Aisyah dengan dia. kebetulan atau takdirkah? entahlah..

Aisyah terus menatap lekat ponsel ditanganku. Sembari jemari menggeser ponsel touchsreen keluar terbaru. Ah, seperti biasanya, kabar berita di beranda FB-nya penuh dengan status teman-temannya yang super alay. Si-Tika bikin status galau gara-gara cowoknya tidak memberi kabar, katanya tanpa kabar dari sang kekasih dunia ini terasa sepi. Kalau yang baca anak kecil sih mungkin percaya kayak gituan. Tapi NO bagi Ais. Jelas saja pacarnya tidak memberi kabar, kalau setiap hari mereka selalu pulang pergi bareng. Sekolahnya sama, rumahnya berdekatan. Apanya yang harus dikasih kabar?

Tambah alay lagi, teman Ais yang satu ini, sebut saja dia Raya. Status FBnya penuh dengan ungkapan kata-kata mutiara.

Cinta adalah kesucian, bak mutiara yang berkilau

Indah dan mahal, bersembunyi didalam karang

dan tak mudah untuk memilikinya.

"So sweet' mungkin itu yang orang lain ucapkan saat membaca status Raya. Bagaikan dibawa terbang oleh bidadari, ditaburi bunga-bunga mawar. Aih... Gak banget!!. wanita yang terjebak dengan rayuan kata-kata itu berarti dia KUrang Waras!. Terlalu banyak nonton drama romance jadi ikutan melo. Menganggap hidup ini akan selalu berakhir dengan happy ending. Memang nggak salah kalau Aisyah julukin Raya dengan Ratu PHP. Gadis yang ngakunya cantik itu, sudah banyak menghasilkan korban dari gombalanya. Status di FBnya mampu menyulap ribuan followers jatuh cinta padanya. Bahkan sekarang ia disebut Ratu Cinta. karena banyak memberikan solusi tentang permasalahan cinta.

Tapi sayanganya, Raya hanya mampu menggombal dalam dunia maya saja. Dalam nyatanya dia belum pernah pacaran apalagi jatuh cinta. Hari-harinya hanya dihabiskan dengan kaca mata tebalnya di perpustakaan. Entahlah, kadang Aisyah heran dari mana dia menguasai dunia percintaan sedangkan dirinya saja belum pernah merasakanya.

Teknologi informasi sekarang semakin pesat. Jauh jadi dekat. Jarak hanya hiasan. Mata bisa saling menatap setiap saat. Tua- muda, saling unjuk gigi dalam dunia maya. Berbanggalah kepada pasangan kekasih yang sedang LDR, karena berkat sosmed, kerinduan mampu terendam olehnya. Tapi tidak bagi Aisyah, ada tidaknya sosmed tak berperangaruh dalam hidupnya. Aisyah hanya sebagai pemeran pasif yang mampu melihat kebahagiaan atau kesedihan orang lain.

Sudah hampir 7 tahun Aisyah mengenal dunia sosmed, dari facebook, twitter, BBM dan semacamnya. Hidupnya sama saja. Malah tambah parah. Jujur saja Aisyah paling benci sama Facebook, karena baru awal Aisyah bikin akun FB, hal yang Aisyah ketahui disaat itu adalah, Aisyah baru mengerti bahwa kekasihnya jatuh cinta dengan temannya sendiri. Dan berkat FB pula, kisah cinta selama 9 bulan berakhir dengan kata 'Putus'.

Nyesek banget kalau ingat itu semua, kepercayaan yang Aisyah bangun setiap detik secara perlahan. Rasa rindu yang menguak Aisyah redam. Rasa khawatir bercampur curiga selalu Aisyah sisihkan atas nama cinta. Namun semua itu sirna, setelah membaca percakapan pacarnya dengan sahabatnya sendiri yang begitu mesra.

"Pandang aja terus tuh ponsel?" Suara arum mengagetkanya.

"Bisa ndak sih nggak usah bikin orang kaget,"

"Abisnya kamu mandang ponsel kayak mau dimakan aja. lihat tuh, sudah jam berapa?" Arum menunjuk ke arah jam dinding.

"Ya ampun aku telat nih..." Aisyah bergegas memasukan ponselnya ke tas dan mengambil helm diatas meja.

Habibi QolbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang