"Maaf, Ais. aku tak ingin menyudutkanmu atau memaksamu untuk menjawabnya sekarang, tapi setidaknya kamu tahu bahwa perkataanku bukan main-main," Ucap Ustad Hafiz sungguh-sungguh.Semakin terpaku Aisyah dalam kebingungan. Lelaki di depanya sudah menangkap jelas apa yang dipikirnya.
"Tadi Ustad Hafiz, berdiskusi tentang cinta, bukan?" tutur Aisyah , "Apa makna cinta menurut Ustad Hafiz?" tanya Aisyah.
Ustad Hafiz menghela napas. Ia memperbaiki kopyah menatap lurus kearah sinar senja.
"Jika kau bertanya makna cinta bagiku, cinta itu seperti Zulaikha menyukai Yusuf. Zulaikha tak mendapatkan cinta Yusuf ketika ia berambisi kepadanya, namun cinta mendekatkanya ketika ia mendekati pemilik cinta sesungguhnya. Begitupun denganku, aku selalu membawa namamu dalam untaian doaku,"
Duh, Gusti mana mungkin aku berbicara kepada lelaki yang begitu sempurna di depanku ini, kalau aku tak memiliki perasaan terhadapnya? jangankan memiliki perasaan, memikirkan akan ajakan taarufnya saja, aku lupa. Pantaskah aku menerima cinta sesuci hatinya? Allah,bukankah setiap malam kau mendengar rintihan doanya, mengapa kau tak katatakan padanya bahwa aku bukan jodoh terbaiknya. Di pesantren ini, banyak yang lebih baik dariku, kenapa harus aku yang dipilihnya? Duh, Ustad Hafiz, pujuaan para santri, tahukah dirimu sedari tadi aku diam, bukan karena aku tak mempercayai keseriusanmu, melainkan bibir ini sangat takut, apa yang akan aku ucapkan melukai hatimu yang suci. batin Aisyah bagai tertimpa beban berat.
Jika santri lain akan bersorak dan ditaburi bunga dalam hatinya, mendengar ucapan Ustad tampan. Lain halnya dengan Aisyah. ia merasa seperti ada beban berat dalam batinya. Kaget dan tak percaya kata taaruf terucap dalam bibir manis ustad hafiz idola para santri. Untung saja, yang tahu perihal lamaran ustad Hafiz hanya teman sekamarnya, jika para santri tahu, ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Makanya, sebelum perasaan ustad Hafiz larut dalam harapan dan sebelum ada gossip yang menyebar lebih baik menjelaskan sejelas-jelasnya apa yang ia rasakan.
"Ustad benar, kisah cinta mereka begitu indah. Jika cinta Yusuf pada Zulaikha sama dengan rasa yang Ustad Hafiz rasakan kepadaku, sungguh beruntungnya aku. Tapi... maafkan Ais, Aku bukan Zulaikha untuk Ustad, aku tak pantas berada dalam setiap doa Ustad Hafiz,"
"Tapi Ais...."
"...Ustad, bukankah ustad sudah tahu akan jawabanku. aku belum siap untuk berbicara tentang pernikahan," sela Aisyah. "Entah apa yang membuat ustad hafiz menyukaiku, tapi aku yakin rasa itu akan cepat pergi, angin akan membawa cinta yang baru untuk Ustad, yang melebihi aku," Aisyah berlalu pergi. Ia meninggalkan Ustad Hafiz yang terpaku tak percaya dengan ucapanya.
***
"Rum, apa yang kamu rasakan kalau kamu dilamar oleh lelaki seperti Ustad Hafiz?" tanya Zaira yang sedang berbaring disampingnya.
"Perasaanku? jangan ditanya lagi, pastinya seneng bangetlah. mungkin hanya cewek bodoh aja yang menolak Ustad Hafiz. udah tampan, akhlaknya baik, kalau orang jawa bilang; bibit, bebet bobotnya jelas," Balas Arum sambil melirik ke temanya yang sedari tadi fokus menatap bukunya di meja.
"Wanita bodoh? benar juga,sih "
"Sudahlah, kalian jangan nyindir aku terus. Iyah, aku memang bodoh. Kalian puas?! Nyesel tadi aku cerita " kata Aisyah sebal mendengar sindiran dari kedua sahabatnya.
"Akhirnya sadar juga kamu, Ais. lebih baik kamu minta maaf sama Ustad Hafiz dan akui kekhilafanmu telah menolaknya"
"Aku Enggak mau!" jawab Aisyah enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi Qolbi
Espiritual"Apakah kamu sudah memiliki jawabannya?" Akhirnya, kalimat itu terucap juga setelah lama keheningan menghampiri. Kalimat itu pula yang tidak ingin Aisyah dengar. Hari ini ia melupakan, bahwa ia harus memberikan jawaban. Ini bukan masalah menjawab...