Bab 6 Aku Wanita Biasa

1.4K 38 17
                                    

Jangan lupa vote yah, matur nuwun.. Slamat membaca.. ;)

"Itu surat pengeluaran kamu dari pesantren,"

Apa? Surat pengeluaranya dari pesantren? Apakah ia tidak salah dengar. Aisyah dikeluarkan dari pesantren. Apa salahnya? Apakah dugaanya benar, kalau Ustadzah Nurul marah padanya karena ustadz Hafiz melamarnya. Sungguh ini gila! Haruskah ia menerima keputusan Ustadzah Nurul, disaat ia nyaman dan mulai memperbaiki diri di pesantren. Bagi Aisyah pesntren adalah tempat yang mampu membuatnya jauh dari hal-hal negatif yang merajalela dikalangan mahasiswa. Belum ada setahun ia menginjakan kakinya dipesantren, haruskah berakhir seperti ini. Dikeluarkan hanya karena cinta?Ah bukan cinta tetapi seorang lelaki.

"Ya ampun Ais, saya hanya bercanda. Lihat itu wajahmu sudah kayak mau mati saja," Ustadzah mengernyitkan bibirnya melihat Aisyah bak mayat hidup menatap kertas di depannya. "Itu surat izinmu untuk KKN, jangan lupa diisi lengkap,"

"Assalamualaikum, Ustadzah sudah waktunya mengajar, sudah ditunggu di kelas," suara dari salah satu santri menghampiri ustadzah Nurul.

"Oh, baiklah. Saya akan segera kesana, " Ucap Ustadzah Nurul kepada santri tadi. Ustadzah Nurul kembali mentap Aisyah yang masih berkutat dalam lamunanya.

"Ais, kamu isi surat ini, maaf saya tidak bisa menunggumu, saya harus mengajar. Kalau sudah selesai letakan saja di meja," Ustadzah Nurul meraih beberapa buku kemudian ia pergi. Tak lupa ia menepuk pundak Aisyah berharap gadis itu sadar dari lamunanya.

Aisyah masih melongo. Candaan Ustadzah Nurul benar-benar manjur membuat jantunganya serasa mau copot. Aisyah merasa berdosa, telah berpikir yang tidak-tidak pada Ustadzah Nurul. Bahkan pikiran negatifnya membuat ia menjadi bodoh dihadapan Ustadzah Nurul. Efek dari kekhawatiran yang berlebihan. Hingga ia tidak sadar kalau baru saja setan menghasutnya untuk suudzon. Santri macam apa dia yang berani suudzon pada gurunya? Semoga saja ia tidak kena kualat atas pikiran negatifnya.

*****

Aisyah yang kau kenal bukanlah wanita yang sempurna layaknya tokoh utama dalam novel ayat-ayat cinta. Putri pak Kyai, putri presiden, atau putri pengusaha? Ia hanya seorang putri peternak ayam. Setiap hari membersihkan kotoran ayam, dan memeliharanya sampai siap dipanen. Ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Tak ada istimewa darinya. Aisyah putri bungsu dari dua bersaudara. Namun, kakak perempuan yang kedua diambil oleh pemiliknya diusia 18 tahun, kala itu Aisyah masih duduk di bangku SMK. Jadilah dia sekarang, putri bungsu satu-satunya yang belum menikah. Kakak Perempuanya yang pertama sudah menikah dan ikut sang suami. Jangan bepikir Aisyah ini secantik Aisyah istri Rasulullah, Aisyah adalah gadis berbadan kurus, pendek, cerewet dan selalu plimpan akan hidupnya. Itulah, Aisyah. I have so many shortcomings. Kebiasaanya adalah berbicara di depan kaca, dengan memandangi semua anggota badan. Dengan harapan adanya perubahan agar dia bisa cantik dan tubuhnya bertambah menarik seperti temannya yang lain.

Rumahnya, sebatas kayu yang berdiri tegak. Orangtuanya belum bisa membangun rumah semi permanen seperti para tetangga. Maklum, berapa sih penghasilan seorang peternak? Bisa makan setiap hari saja sudah bersyukur. Hidup dibawah Gunung Slamet membuat Aisyah tumbuh dengan alam sebagai temannya. Membantu kakeknya disawah rutinitas yang tak tertinggal setelah ia pulang sekolah. Tandur, megawe, mencari keong emas disawah, mungkin anak zaman now asing dengan istilah itu, tapi itulah kegiatannya. Aisyah tak mengenal yang namanya gudget, ia baru tahu pun gara-gara ia masuk SMK favorit di kabupaten.

Yah, selama sekolah dasar sampai SMP Aisyah masuk dalam tiga besar. Karena itulah sekolahnya gratis dan dia mendapatkan beasiswa melanjutkan SMK di kota. Dari SMK pula lah gadis bertubuh mungil itu mulai hidup mandiri, sampai saat ini ia masuk semester 6 di Universitas terkemuka di Yogyakarta. Semuanya beasiswa penuh.

Habibi QolbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang