Bab 8 Pindah

30 2 0
                                    

"Dimana Aisyah?" tanya ning zizah kepada Zaira yang sedang mengatur barisan para khotimat. Pertanyaan Ning zizah membuatnya baru menyadari, sedari tadi dia tidak melihat Aisyah di aula. Kemana lagi kau, Aisyah?? Jangan bilang kau kabur lagi...

***

Aisyah memakirkan motornya. Jam ditangannya menunjukan pukul 17.00, ia bergegas berlari menuju ruang TU Akuntansi. Seperempat jam yang lalu, dia mendapatkan telepon dari Tika kalau ada masalah tentang kelompok KKN. Semua kelompok KKN yang ditugaskan di Banten sudah berada di depan ruang TU. Tika melambaikan tangan ke arah Aisyah yang berjalan kearahnya.

"Lama bener kamu datangnya, Ais" cerocos Tika

"Kamu enggak lihat, aku aja masih ngos-ngosan gini, masih aja di marahin" Aisyah mencoba mengatur nafasnya.

"Soalnya kamu kan ketuanya, jadi seharusnya kamu yang tahu dulu kalau kita di pindah?"

"Pindah? Maksudnya?" tanya Aisyah penasaran.

"Ia kita di pindah tempat KKN-nya, tadi bu Desi bilang kalau kelompok KKN yang di Banten di pindah,"

"di pindah kemana? Kok bisa?"

"Mana aku tahu, sekarang kamu masuk saja ke kantor, bu Desi tadi nyariin kamu,"

Aisyah memasuki kantor, disana sudah berdiri lima ketua kelompok KKN yang ditempatkan di Banten. "Apa kata bu desi?" bisik Aisyah ke salah satu ketua kelompok,

"Belum ada," jawabnya sambil menggelengkan kepala.

Beberapa menit menunggu, bu Desi menghampiri kami yang masih berdiri, sembari memberikan selembar kertas. Yah, benar saja yang dikatakan Tika tadi, kelompok KKN Aisyah di pindah.

"seperti yang kalian tahu, banjir yang melanda daerah Banten tidak memungkinkan untuk kalian melaksanakan KKN disana, jadi pihak universitas memindahkan semua kelompok KKN yang di banten. Sebagian di tempatkan di daerah jawa tengah dan yang sebagian di jawa timur. Saya harap kalian bisa memakluminya, besok pagi kalian harus sudah berangkat," jelas bu Desi.

Aisyah menghela nafas, melihat selembar kertas ditanganya. Tika yang sedari tadi menunggunya sudah mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.

"Heh Aisyah!!" bentak Tika melihat Aisyah tak menanggapi pertanyaan tentang pemindahan KKN-nya.

" Apa sih Tik, iya aku denger kamu ngomong kok,"

"terus?"

"Baca sendiri aja nih," Aisyah menyodorkan kertas ke Tika

"Kudus?" Tanya Tika menyakinkan. Aisyah hanya mengangguk.

"Kenapa sih harus di pindah, aku kan sudah persiapin semuanya. Jadinya kita kan harus buat program kerja yang baru biar sesuai tempatnya," gerutu Tika

"kalau itu gampang besok kita diskusikan sama teman yang lain, kamu kabari yang lain saja, aku mau pulang,"

Aisyah berlalu pergi meninggalkan Tika yang masih mengamati surat tugas KKN. Entahlah, hari ini Aisyah begitu lelah, ingin rasanya ia memeluk Zaira dan Arum meluapkan rasa lelahnya. ibu Aisyah baru saja menelponya, kalau ibunya tidak bisa mengirim uang bulanan. Usaha bapaknya sedang merugi, ditambah lagi, Aisyah butuh asupan dana untuk persiapan kegiatan KKN-nya. Duh, gusti rezeki, maut, panjenengan ingkang ngatur, sabarkanlah kulo.. batin Aisyah melihat isi dompetnya tinggal sepuluh ribu rupiah. Beginilah, kehidupan seorang mahasiswa, kalau tidak mendapat kiriman dari orang tua, rasanya hari terasa panjang. Aisyah pun mencoba mengerti keadaan orangtuanya, tidak mungkin ia memaksakan orangtuanya untuk mengirim uang bulanan.Ini bukan kali pertamanya Aisyah mengalaminya, keluarganya bukan PNS yang setiap bulan ada kepastian gaji, ia harus menyadari, diberi kesempatan untuk melanjutkan kuliah saja, sudah nikmat yang tiada tara untuk dia syukuri. Allah, maha kaya. Tak pantas hamba ini takut akan kelaparan apalagi putus asa.Allah telah menjamin rezeki untuk hambanya yang sedang menimba ilmu. Cukup satu, sabar!

Aisyah membaringkan badanya dilantai kamar, ia tidak mendapati Zaira atau Arum dikamar. Mungkin saja, mereka masih latihan khotmil Qur'an. Tak lama berselang suara adzan menggema, membuat Aisyah bangkit untuk mengambil wudhu.

"Sudah pulang kamu, Ais?" tanya Zaira melihat Aisyah keluar dari kamar mandi.

"Sudah setengah jam lalu Ra, kamu baru selesai?" jawab aisyah lemas.

"Hee mm... tadi kamu dicariin ning Zizah, kirain aku kamu kabur lagi,"

" Ndak lah, aku sudah izin sama ustadzah Nurul kok,"

"Ais, barang-barang KKNmu kok tinggal satu tas, bukannya kemarin ada 2 tas?" Tanya Arum, menunjuk tas ransel berukuran besar di pojok pintu kamar.

"Ndak jadi bawa banyak-banyak, repot. Lagian KKN ku dipindah ke kudus kok," jawab Aisyah sambil memakai mukenah.

"Beruntung kamu ditempatkan di kota kudus," ucap Zaira

"Kenapa?"

"Kudus of yerussalem van java. Kota yang nyaman penuh history. Menara kudus menjulang tinggi dengan khas arsitekturnya, di sampingnya berdiri masjid dengan prasasti batu dari Al Quds Palestina. Karya Syaikhona Sayyid Jafar Shodiq yang penuh dengan makna islam rahmatal lil alamin," ucap Zaira takjub sambil menatap kaca merapikan mukenahnya yang menjuntai.

"Ais, disana kamu akan menemukan sebuah ketenangan dalam keramaian. Yah, keraimaian ribuan para peziarah, bermunajat melafadz kalimat tauhid. Ratusan santri yang berjejer di serambi masjid sambil memegang mushaf Qur'an, mereka mengulang lagi bacaanya.Rasanya syahdu," Lanjut Zaira.

Apakah seindah itu kota kudus? Mendengar cerita Zaira, rasanya diri ini ingin segera disana.

"Ais, semoga saja kamu dapat jodoh di Kudus of yerussalem van java,"

"Hah, Jodoh??"

***

maaf untuk bagian ini cuma sedikit...

Habibi QolbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang