[2] LOST MEMORY

3.5K 626 44
                                    

"Benturan pada kepalanya menyebabkan trauma yang dialaminya semakin memburuk. Ini memungkinkan pasien mengalami amnesia disosiatif. Kondisi dimana pasien tidak dapat mengingat hal pribadi atau kenangan yang ada dalam hidupnya. Amnesia ini tidak sama dengan amnesia simpleks, pasien kehilangan beberapa informasi dalam dirinya yang sebenarnya berkaitan satu sama lain. Kenangan atau informasi tersebut sebenarnya masih ada namun ingatan tersebut terblokir dan terkubur dalam pikiran dan tidak dapat diingat lagi," jelas sang dokter.


Ny. Park yang ditemani Jinyoung hanya tertunduk lesu mendengar penjelasan Dokter di depannya ini. Ia meremas ujung bajunya kuat.


"Jadi dia tidak kehilangan seluruh ingatannya?" tanya Jinyoung.


"Tidak, hanya beberapa ingatan pribadi yang mungkin membuatnya trauma. Aku sendiri belum tahu apa yang dialaminya sebelum kecelakaan ini. Untuk mengetahuinya, ada beberapa prosedur medis yang harus dilakukan juga diperlukan penelusuran riwayat medis pasien sebagai bahan evaluasi. Namun penyebab terkuat dari amnesia disosiatif ini adalah stres atau bisa juga trauma."


"Apa ia bisa disembuhkan?" tanya Jinyoung lagi.


"Bisa. Dengan bantuan dari lingkungan di sekitarnya. Beberapa terapi juga bisa dilakukan untuk mengobati apabila pasien mengalami gangguan emosional dan perubahan pola pikir, perasaan, dan perilaku disfungsional. Namun untuk itu semua membutuhkan waktu yang cukup lama, karena kita sendiri tidak bisa memaksakan pasien untuk mengingatnya," tambah sang Dokter.


"Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak dok," ujar Ny. Park kemudian membungkuk sebelum meninggalkan ruangan yang diikuti oleh Jinyoung.


"Bu, maafkan aku," Jinyoung memeluk erat Ny. Park.


"Ini bukan salahmu," Ny. Park mengusap pundak Jinyoung.


"Aku yang telah membuatnya begini, bu. Aku yang menyebabkan ini semua," Jinyoung mulai terisak pelan. Ny. Park hanya menepuk-nepuk pelan punggung Jinyoung. Membiarkan pundaknya menjadi sandaran bagi lelaki itu.


"Aku memutuskan hubungan kami di hari kecelakaan itu bu. Sungguh aku tak menginginkannya, hanya saja orang tuaku mendesak untuk segera mengakhirinya, maafkan aku bu," lanjutnya dengan isakan yang lebih kuat.


"Ssst- sudahlah, kita bisa kembalikan ingatan Jihoon bersama-sama. Ibu akan bantu kau agar Jihoon kembali mengingatmu."


Ny. Park mengelus lembut punggung Jinyoung, menenangkan lelaki yang selama ini sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Sedangkan lelaki berwajah mungil itu terus menyalahkan dirinya atas kecelakaan tersebut. Kalau saja ia tidak memutuskan hubungannya dengan Jihoon, dan meninggalkannya sendirian di sana, mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi.











POWER












"Daehwi, kemari sebentar," panggil Jihoon.


"Ada apa hyung?" Daehwi menghentikan aktifitas mengupas apelnya.


"Bisa tolong ambilkan remote tv di sana? Aku bosan," ujarnya.


Daehwi membawa beberapa potong buah yang telah dikupas lalu mengambil remote yang berada di meja tak jauh dari tempatnya duduk. Diberikannya benda tersebut pada Jihoon.


"Terima kasih," ucap Jihoon.


"Kau mau makan buah, hyung? Aku suapi ya?" tawar Daehwi yang disambut dengan anggukan kepala dari Jihoon sebagai tanda persetujuan.


Power  [ PANWINK ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang