Entah mengapa, setiap tutur kata yang terlontar dari seorang Lai Guanlin terasa seperti sihir untuk Jihoon. Pesona lelaki sederhana dengan paras rupawan, dihiasi dengan lesung pipi yang menjadikannya sempurna, membuat Jihoon terkadang kewalahan mengontrol perasaannya setiap kali Guanlin melakukan hal manis untuk Jihoon. Sederhananya, Jihoon sudah dibuat jatuh cinta oleh Lai Guanlin dalam waktu sekejap.
Ini semua terasa tidak benar untuk Jihoon.
"Bajuku yang kau gunakan terlihat sempit, apa kau merasa tidak nyaman?" Guanlin membuka suara setelah hening menyelimuti ruang makan beberapa saat.
"Eh-?" Jihoon terlihat linglung dan menunduk melihat tubuhnya. Benar saja, kaus Guanlin yang digunakannya begitu ketat namun tak membuat Jihoon merasa sesak.
"Hahaha kau ini menggemaskan sekali," Guanlin tertawa renyah membuat semburat merah menjalari pipi Jihoon.
"Aku baik-baik saja, bajumu tidak terlalu sesak untukku," elak Jihoon malu.
"Besok aku libur, bagaimana kalau kita beli baju untukmu?"
"B-beli baju?" Jihoon mengangkat kepalanya, menatap Guanlin kaget.
"Iya, kenapa?"
"Hmm- aku tidak punya uang," Jihoon menunduk dalam-dalam. Menghentikan aktivitas makan malamnya.
"Kau tak perlu khawatirkan masalah itu." Guanlin menyeruput kuah supnya santai.
"T-ta-tapi..."
"Malam ini kau ganti saja gunakan piyamaku, kau tidak mungkin menggunakan kaus sesak seperti itu 'kan? Nanti tidurmu tidak nyaman," ujar Guanlin.
"Guanlin, maafkan aku..."
"Maaf untuk apa?" Guanlin menatap Jihoon penuh heran.
"Aku terlalu banyak merepotkanmu, aku benar-benar jadi tidak enak. Aku tak tahu harus membalasmu dengan apa."
Mendengar perkataan Jihoon, Guanlin mencondongkan tubuhnya. Tangannya meraih dagu Jihoon dan mengangkat kepala pemuda manis di depannya itu. Ditatapnya lekat-lekat dengan tatapan lembut disertai senyum manis menampilkan lesung pipinya meneduhkan hati siapapun yang melihatnya.
"Hey, dengar. Aku melakukan ini semua bukan karena aku mengharapkan imbalan darimu, tidak sama sekali. Aku senang bisa membantumu, setidaknya membuatku merasa aku berguna untuk orang lain sudah membuatku puas. Jadi jangan pikirkan soal balas budi, yang penting kau bisa hidup dengan nyaman. Mengerti?"
Lagi, Jihoon merasa seperti tersihir oleh pesona lelaki tampan di depannya ini. Matanya hingga tak mampu berkedip barang sedetik ketika manik cantik itu bertemu dengan milik Guanlin. Maka diluar kendalinya, "mata" Jihoon kembali memancarkan ilusinya yang dapat menghipnotis siapapun yang menatapnya. Sama seperti saat Jinyoung melihat galaksi dan ribuan bintang di dalam mata Jihoon.
Guanlin mengernyit. Ia menatap lurus ke arah mata Jihoon dan melihat sebuah pemandangan danau yang rindang dikelilingi pepohonan. Terdapat sebuah dermaga di sana dengan lampu-lampu cantik yang menghiasinya. Guanlin sempat terpana dengan apa yang dilihatnya lalu tersenyum.
"Kau punya sepasang mata yang cantik, Jihoon."
Tubuh Jihoon kembali bereaksi mendengar pujian yang dilontarkan Guanlin. Wajahnya semakin merona dan darahnya terasa berdesir. Berada di dekat seorang Lai Guanlin sepertinya tidak baik untuk kesehatan jantung Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Power [ PANWINK ]✓
FanfictionBagaimana jika kau dianugerahi sebuah kemampuan yang tak dimiliki orang lain? Akankah kau bertindak layaknya seorang pahlawan super dan menyelamatkan hidup orang lain? Atau kau akan menjadi seorang antagonis yang memanfaatkannya untuk dirimu sendiri...