"Hey, apa kau sudah menikah?" tanya wanita itu.
Guanlin sedikit terkejut mendengar pertanyaan tersebut. Ia lalu menggeleng canggung sebagai jawaban.
"Ah begitu, lagipula kau masih sangat muda ya. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh agar kelak kau bisa bahagiakan istrimu, nak" wanita tersebut terkekeh.
Guanlin tersenyum lalu mengangguk sekali lagi.
Setelah membayar secangkir americanonya, wanita tersebut berpamitan untuk bergegas menuju kantornya yang tidak jauh dari sana. Guanlin dengan sopan mengantar wanita tersebut hingga keluar kedai. Setidaknya menyenangkan hati pelanggan mungkin akan menjadi berkah baik untuk dirinya.
Guanlin kembali ke dalam untuk melanjutkan pekerjaannya. Woojin yang baru saja datang menepuk pundak Guanlin, membuat pria itu terlonjak.
"Rajin sekali kau!"
"Astaga, bisa kau tidak mengagetkanku ha-? Kau ini selalu saja, aish-" gerutu Guanlin saat Woojin merangkulnya. Sedangkan sang pelaku tanpa merasa bersalah hanya terkekeh.
Keduanya lalu mengerjakan tugasnya masing-masing melewati hari yang panjang tersebut.
.
.
.
Kringg! Kringg!
Dering telepon apartemen Guanlin berbunyi nyaring memenuhi ruangan. Jihoon dengan segera mengangkat telepon tersebut.
"Halo?"
"Halo, sayang apa kau sudah makan siang?"
Tak perlu lagi diberitahu 'kan? Sudah tertebak siapa penelepon tersebut. Tak lain dan tak bukan adalah Lai Guanlin.
"Sudah, aku baru saja membereskan piring-piring kotor."
"Kau baik-baik saja di rumah?"
"Aku baik-baik saja, ada apa? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Tidak ada, aku hanya ingin memastikan kalau kekasihku baik-baik saja di rumah. Dengan begitu aku bisa melanjutkan pekerjaanku dengan tenang hehehe.."
"Tak ada yang perlu kau khawatirkan, semuanya ok! Selesaikan pekerjaanmu dan cepatlah pulang.."
"Kau sudah merindukanku, hm?"
"Hm-"
"Tidak usah dijawab, aku sudah tahu jawabanmu. Aku juga sangat merindukanmu, sayang. Tunggu aku di rumah dan jangan nakal!" terdengar suara tawa kecil Guanlin di seberang sana.
"Aku tidak nakal-!" sergah Jihoon mengerucutkan bibirnya. Bagaimanapun ekspresi marah Jihoon, Guanlin tak dapat melihatnya. Jihoon harus ingat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Power [ PANWINK ]✓
FanfictionBagaimana jika kau dianugerahi sebuah kemampuan yang tak dimiliki orang lain? Akankah kau bertindak layaknya seorang pahlawan super dan menyelamatkan hidup orang lain? Atau kau akan menjadi seorang antagonis yang memanfaatkannya untuk dirimu sendiri...