[10] STORY

2.2K 394 79
                                    

"Belakangan ini kau terlihat bahagia sekali, bung. Jatuh cinta?" sebuah tepukan di pundak diiringi suara yang sudah sangat dikenal Guanlin mengejutkannya.




"Ah- kau mengagetkanku, bodoh" cecar Guanlin mengusap dadanya.




Guanlin yang sedang bersiap menyantap makan siangnya menoleh ke arah sahabatnya, Park Woojin. Tanpa diperintah lelaki berkulit sedikit gelap itu turut bergabung bersama Guanlin dengan senampan makan siang yang baru saja dibelinya.




"Jadi siapa?"




"Siapa apa maksudmu?" Guanlin menatap Woojin heran.




"Tak usah berlagak pura-pura bodoh begitu, kau memang sudah bodoh," kekehnya.




"Sialan kau!" Guanlin turut tertawa kecil.




"Jadi siapa?" tanya Woojin sekali lagi.




"Siapa?"




"Orang yang membuatmu jadi idiot seperti ini."




Guanlin tersenyum sembari menunduk, menyembunyikan rona merah pada wajahnya yang mulai memanas.




"Lihat! Tidak biasanya kau begini, menjijikan" tawa Woojin pecah melihat reaksi yang diberikan Guanlin.




Keduanya mulai menyantap makan siangnya sebelum akhirnya Guanlin angkat bicara tentang seseorang yang membuatnya dimabuk cinta belakangan ini.




"Aku tak sengaja bertemu lagi dengannya, sepertinya ini adalah takdir."




Woojin hanya mengangguk menatap Guanlin, meminta lelaki tampan itu untuk melanjutkan ceritanya sembari mulutnya sibuk mengunyah.




"Sudah, cukup sampai disitu," ujar Guanlin lalu melahap makan siangnya dengan santai membuat lelaki di depannya tidak sabar.




"Kalau cerita jangan setengah-setengah!" omelnya.




Guanlin tak menghiraukan, ia hanya melanjutkan makan siangnya. Sedangkan lelaki yang duduk depannya hanya mendengus kesal lalu kembali melahap makanannya.




"Ngomong-ngomong, Sabtu ini ayo minum di apartemenmu! Aku sudah sangat jenuh sekali."




Guanlin menghentikan gerakannya. Ia lalu teringat Jihoon di rumah. Keberadaan Jihoon yang kini tinggal di apartemennya sama sekali belum diketahui oleh siapapun, karena dengan begitu satu-satunya cara melindungi Jihoon. Guanlin juga tak ingin kekasihnya diambil paksa oleh siapapun.




"A-Aku tak bisa. Hari Sabtu ini aku ada urusan," Guanlin berdehem membersihkan kerongkongannya dan meneguk minuman di depannya.




Woojin menatap sekilas ke arah Guanlin, "oh kau akan berkencan?"




Guanlin hanya mengangguk canggung sebagai jawaban. Tentu saja ia berbohong.




"Ya sudah kalau begitu biar aku ajak Jaehwan saja untuk menemaniku ke bar," ujar Woojin.




Guanlin menghela nafas pelan. Setidaknya Woojin tidak bertanya panjang lebar lagi membuat Guanlin tidak perlu berbohong lebih banyak lagi.








































POWER











































Power  [ PANWINK ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang