Jihoon semakin diluar kendali. Selain menggunakan kemampuannya untuk memuaskan hasrat dirinya, ia kini mengakrabkan diri pada yang namanya alkohol dan obat-obatan. Bukan tanpa alasan, Jihoon muak dengan semua orang yang menganggapnya bohong selama ini.
Maka untuk melampiaskannya, ia mencari kesenangannya sendiri dengan cara menonton blue film sembari bermain solo memuaskan hasrat dirinya. Tak jarang juga ia melakukan aktivitas "mengintip"nya lewat mata sang pemilik tubuh.
Terkadang ia pulang larut dalam keadaan mabuk. Nilai-nilainya semakin menurun dan kerap membolos. Benar-benar berbeda dari dirinya yang selama ini dikenal sebagai anak yang baik dan teladan.
Malam itu, Jihoon membuka bungkusan kecil dengan serbuk berwarna putih di dalamnya. Ditatapnya lekat-lelat serbuk tersebut. Ia sadar yang ia lakukan ini salah, namun hanya ini satu-satunya yang bisa membuatnya senang. Kesenangan semu sesaat yang ia tahu, cepat atau lambat akan membunuhnya perlahan dari dalam.
Dihirupnya serbuk tersebut dan- tubuhnya seolah melayang. Pandangannya mulai kabur dan tawa kecil memenuhi kamarnya. Jihoon sakau.
"Jihoon, makan ma-" Ny. Park membuka pintu kamar anaknya dan terkejut mendapati Jihoon terkulai di lantai sembari mengigau.
"Astaga- Daehwi! Cepat kemari!!!" jeritnya menghampiri Jihoon.
"P-pergi kau! Hahahaha kenapa kau mengganggu sekali, heh?" Jihoon mengibas-ibaskan tangannya mengusir wanita paruh baya tersebut. Matanya sayu dan sebuah seringai terlukis di wajahnya.
"Ya Tuhan, kenapa kau jadi seperti ini Jihoon?" lirih ibunya tak kuasa menahan tangis.
Dan semenjak malam itu, Ny. Park yang sudah amat putus asa mengirim Jihoon ke tempat rehabilitasi sebelum berita tentang anaknya mengonsumsi obat-obatan tersebar lebih luas.
ㅡ POWER ㅡ
Jihoon mengurung dirinya di ruangan ala kadarnya ini. Sejak seminggu lalu dirinya mengikuti program dan tinggal di tempat rehabilitasi untuk berhenti menggunakan obat-obatan. Raganya di sini, namun jiwanya tidak.
Jihoon menjadi lebih pendiam dan lebih sering melamun. Berkali-kali perawat di sana membujuk Jihoon untuk makan, namun tak sedikitpun pemuda itu menggubris.
"Aku harus pergi dari sini," gumamnya pelan sembari mengatur strategi agar dirinya bisa keluar dari tempat ini.
Ia memejamkan matanya, mengatur konsentrasinya agar "sang mata" dapat mengambil fokus dari penjaga yang sedang berpatroli disana. Jihoon menghafal rute menuju pintu keluar dari penglihatan yang dilihatnya melalui mata itu.
"Mudah," seringainya mengembang.
Tak butuh waktu lama, Jihoon sudah matang dengan persiapannya untuk pergi dari tempat ini.
..
.
Tengah malam Jihoon masih terjaga. Telinganya waspada mengendengar setiap suara yang terdengar dari luar ruangan. Memastikan tak ada yang berpatroli malam ini.
Tanpa perbekalan apapun, Jihoon keluar dari kamarnya. Matanya memicing ke kiri dan kanan memperhatikan setiap sudut lorong tempat rehabilitasi tersebut. Sepi. Memang saat yang tepat untuk keluar dari tempat ini adalah tengah malam disaat semua penjaga lengah. Dan Jihoon selalu memperhatikan hal tersebut setiap malamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Power [ PANWINK ]✓
FanfictionBagaimana jika kau dianugerahi sebuah kemampuan yang tak dimiliki orang lain? Akankah kau bertindak layaknya seorang pahlawan super dan menyelamatkan hidup orang lain? Atau kau akan menjadi seorang antagonis yang memanfaatkannya untuk dirimu sendiri...