Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang melihat kondisi Jihoon yang semakin tak karuan. Setelah apa yang "dilihatnya" tadi, Jihoon tampak sangat syok. Keringat dingin bahkan tak berhenti mengucur dari pelipisnya.
Daehwi memilih untuk pindah ke kursi belakang, menemani dan menenangkan Jihoon. Mengusap punggung pemuda itu dan terus mengucapkan kalimat-kalimat penenang yang sama sekali tak bekerja karena fokus Jihoon entah kemana.
Sesampainya di rumah, Ny. Park menghampiri Jihoon dan Daehwi. Raut mukanya amat khawatir.
"Daehwi, apa yang terjadi?"
"Tadi ada kecelakaan besar di jalan. Jihoon hyung mungkin mengingat kecelakaannya," jawab Daehwi dengan nada menyesal. Ia menyesal membawa pulang hyungnya dengan keadaan seperti ini. Seperti tak dapat menepati janjinya untuk menjaga Jihoon dengan baik.
"Tapi kalian tak apa-apa? Apa ada yang terluka?" Ny. Park mengecek seluruh tubuh Jihoon dan Daehwi tanpa terkecuali. Wanita itu benar-benar khawatir sekarang.
"Kami baik-baik saja. Kecelakaan itu terjadi sedikit jauh dari mobil kami, namun kami masih bisa melihat kobaran apinya," jelas Daehwi.
Sementara Jihoon masih bungkam. Degup jantungnya sudah lebih tenang daripada tadi, namun tetap saja ia masih merasa was-was. Apa yang dilihatnya tadi membuat dirinya semakin tak mengerti, kenapa ia bisa melihat truk itu mendekat ke arah dirinya seolah ialah yang berada di dalam mobil itu. Nyatanya, saat itu ia sedang tertidur di kursi belakang mobil Samuel, kekasih Daehwi.
Banyak hal yang tak ia mengerti, dan ia benar-benar butuh jawaban atas semua pertanyaannya sebelum ia menjadi gila. Pasca komanya, ia sering mengalami hal-hal yang tidak biasa. Awalnya ia tak masalah, namun peristiwa seperti tadi tak bisa disepelekan. Jihoon merasa tak tenang.
"Hwi, malam ini aku tidur bersamamu, boleh?" Jihoon menoleh ke arah Daehwi dengan pandangan memohon.
"Boleh hyung, aku tak keberatan. Kau mau tidur di kamarku atau aku yang pindah ke kamarmu?"
"Di kamarku saja," sahut Jihoon. Daehwi mengangguk.
..
.
Setelah membersihkan diri dan bersiap untuk beristirahat, Jihoon dan Daehwi merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Menatap langit-langit kosong, namun otaknya tak berhenti bekerja. Jihoon kembali mengingat apa yang dilihatnya tadi.
"Hwi," panggil Jihoon tanpa mengalihkan atensinya pada langit-langit kamarnya.
"Ya hyung?" sahur Daehwi yang mulai memejamkan matanya setelah membenamkan dirinya di dalam selimut.
"Aku melihat kecelakaan itu," ujar Jihoon pelan.
"Maksudmu?" Daehwi mengernyit. Memiringkan tubuhnya ke arah Jihoon untuk menatap pemuda itu.
"Entah, aku tak mengerti. Tadi aku merasa seolah-olah aku yang ada di dalam mobil itu."
"Mungkin kau bermimpi dan kebetulan itu terjadi, tadi 'kan kau sedang tidur."
"Justru itu, belakangan ini aku sering bermimpi aneh dan itu benar-benar terjadi," Jihoon memejamkan mata indahnya.
"Mimpi hanya bunga tidur hyung, sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Nanti kepalamu sakit lagi," Daehwi menepuk-nepuk pelan dada Jihoon.
"Tapi aku yakin dengan apa yang kulihat," ujar Jihoon pelan lalu menjemput sang mimpi.
ㅡ POWER ㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
Power [ PANWINK ]✓
FanfictionBagaimana jika kau dianugerahi sebuah kemampuan yang tak dimiliki orang lain? Akankah kau bertindak layaknya seorang pahlawan super dan menyelamatkan hidup orang lain? Atau kau akan menjadi seorang antagonis yang memanfaatkannya untuk dirimu sendiri...