[3] THE EYE

3.3K 544 66
                                    

Ia berjalan menuju dapur. Mengenakan apron lalu mempersiapkan alat-alat serta bahan-bahan untuk memasak. Mencuci bahan-bahan tersebut hingga bersih lalu memotongnya sesuai ukuran seperti biasanya.

Ia lalu mulai menumis bumbu-bumbu yang akan dibuat sup ayam. Tunggu- sejak kapan ia menyentuh alat-alat dapur?

Tubuhnya seolah bekerja tanpa diperintah. Ini bukan kehendaknya dan ia tahu persis. Seingatnya saat ini ia sedang berada di kamarnya, tertidur lelap di ranjang empuknya.





Apa ini mimpi?





Tidak. Ini terlalu nyata untuk sebuah mimpi. Ia melihat terlalu jelas. Dan Ia yakin apa yang dilihatnya benar-benar nyata saat ini.

Pandangannya lalu mengedar ke seluruh ruangan. Mencari alat masak lain yang di butuhkannya. Ia benar-benar bingung dengan apa yang dilakukannya saat ini.

Akhirnya ia menemukan alat yang sedari tadi ia cari. Tangannya meraih mangkuk berukuran sedang yang akan digunakan untuk menghidangkan sup ayam tersebut. Setelah selesai memasak, ia menghidangkan sup tersebut dengan rapi di meja makan.






Tunggu- ini bukan tanganku, pikirnya.






Tangan itu kini menanggalkan apron yang tadi digunakannya dan menggantung benda tersebut di tempat semula.






S-sejak kapan aku berbuah dada-?!






Jihoon tersentak lalu segera bangun dari tidurnya. Rasa nyeri menyergapi kepalanya seperti ditusuk benda tajam.

"Argh-!" ia menggeram sembari mencengkram kepalanya kuat-kuat. Rasa sakit itu datang lagi. Nyeri yang ia rasakan ketika ia melihat tubuhnya terbaring di Rumah Sakit. Penglihatan itu terasa begitu nyata baginya.

"Jihoon? Ayo makan siang, ibu sudah buatkan sup ayam untukmu," Ny. Park mengetuk pintu kamar Jihoon dan berujar di balik sana.

Jihoon mengernyit. Sup ayam seperti dejavu baginya. Apakah ia benar-benar bermimpi atau ia hanya setengah tertidur sehingga dapat mendengar suara ibunya yang sedang memasak di dapur? Tapi sekali lagi, penglihatan tadi terasa begitu nyata.

Jihoon benar-benar tak mengerti apa yang terjadi, semakin memikirnya membuat ia semakin bingung. Beruntung nyeri pada kepalanya perlahan memudar. Ia meraih segelas air pada meja nakas dan meminumnya agar tubuhnya sedikit lebih rileks.









POWER










"Bu, sore ini aku ingin pergi ke taman di dekat sini. Boleh 'kan? Aku butuh udara segar setelah lama di Rumah Sakit," ujar Jihoon sembari menyantap makan siangnya bersama sang Ibu dan adik sepupunya, Daehwi.

"Boleh, biar Daehwi yang menemanimu," balas Ny. Park.

Senyum Jihoon mengembang, tubuh penatnya butuh sekali refreshing. Dan berjalan-jalan di taman bukan sebuah pilihan yang buruk untuk menikmati senja.

Jihoon menyelesaikan makan siangnya lalu membantu sang ibu mencuci piring. Pikirannya kembali mengawang tentang "mimpi aneh" saat ia tertidur tadi. Sebenarnya ia tak mau terlalu mengambil pusing, hanya saja ada beberapa pertanyaan yang memenuhi pikirannya.





Mengapa mimpi itu terasa begitu nyata, dan pada kenyataannya itu benar-benar terjadi. Juga mengapa rasa nyeri pada kepalanya selalu datang disaat ia telah mengalami hal tersebut?






Power  [ PANWINK ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang