15. Fourthteenth

478 60 31
                                    


Saat ini Taedong tengah sibuk dengan dapur, sementara Donghan dengan santainya diatas meja makan sambil bersila. Menyaksikan laki-laki yang setahun lebih tua darinya berkutat dengan kompor, wajan dan teman-temannya. Sungguh rasanya Donghan ingin tertawa dengan keras sembari berguling-guling ke kanan dan ke kiri. Oh iya, Donghan masih di apartemen Taedong, kata Taedong sih pulangnya malem aja kalau pas di apartemen nanti Minhyun udah tidur jadi nggak tahu keadaannya Donghan. Donghan iyain aja, orang tadi dia juga bingung mau kemana. Kalau ke Shihyun sama aja, disana ada Yongguk. Mau ke Donghyun? Nggak usah deh, memble mah suka kompor.

Sebenarnya tidak ada yang lucu, namun siapa sih yang gak ketawa kalau liat orang mecahin telur aja telurnya kebuang dan cangkangnya yang digoreng. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk tertawa dan memilih menahannya, biar bagaimana pun juga ia harus bisa menghargai jerih payah usaha orang lain kan? Ngomong-ngomong sepertinya telur kali ini sudah masuk ke dalam wajan. Mungkin sudah sekitar empat telur yang Taedong buang tadi.

Jika bertanya kenapa yang masak Taedong? Karena ia bilang, ini apartemennya dan Donghan tamunya ia harus menjamu tamunya lagi dia juga bilang Donghan harus duduk kakinya masih sakit, padahal sih udah biasa aja kata Donghan. Tapi omongan Taedong ada benernya masa iya tamunya yang disuruh untuk memasak padahal jika tadi Taedong mengizinkan Donghan memasak, mungkin sudah dari tadi mereka dapat menyantap makanannya. Padahal cuma telur ceplok doang, untung Taedong bisa masak nasi. Tinggal masukkan ke rice cooker semua beres.

"Sini gue bantuin" Donghan bangkit dan berjalan menuju lemari yang berisi apron, mengambilnya lalu memakainya.

"Nggak usah, lo diem aja" Taedong menghalangi Donghan yang akan mengambil alih dapur.

"Kalau gue nggak bantuin, gak bakal jadi masakannya. Yang masak tetep elo, gue cuma bantuin. Gue laper, mau makan bukan makan angin" ujarnya sembari menyingkirkan tubuh Taedong, akhirnya Taedong mengalah juga, iya sih benar apa kata Donghan. Udah sekitar dua puluh menit ia menggoreng telur, padahal cuma telur. Gitu aja lama, mana gak berbentuk lagi.

"Kalau mau masak telur, lo taruh di wadah dulu kalau nggak bisa langsung nyeplokin ke wajannya. Kaya gini" Donghan mengambil dua butir telur. Lalu memecahnya dan menaruhnya di wadah.

"Lihat udah berapa telur yang lo buang, untung bukan telur lo yang ilang. Lama-lama telur lo yang gue goreng" ujarnya santai, namun refleks Taedong memegang anunya, sumpah ngeri Donghan ngomong kaya gitu. Donghan lalu mengangkat telur gosong dan tak berbentuk ciptaan Taedong itu dari wajan, dan membuangnya.

"Jangan diem, kocok tuh telurnya. Masa gue yang ngocok? Kan gue cuma bantu" sumpah Taedong mikirnya udah kemana-mana, emang ya pikiran kotor itu selalu menempel pada diri manusia.

"Astaga gue mikir apa" batinnya, ia lalu mengambil sendok dan mengocok telurnya. Ambigu ya?

"Lo mau masak apa sih? Kenapa juga pake micin. Pantes lo oon, garem aja" omel Donghan pas Taedong akan menaburkan micin ke telurnya, untung Donghan tau kalau nggak mungkin micin itu sudah terjun bebas ke telurnya. Ini niatnya nanya apa ngatain sih Han? Tapi ya yang namanya Taedong dikatain ya diem aja. Orangnya kan sabar, kaya itu member 787 yang gak jadi debut karena problem.

"Kata adek gue kasih micin aja biar enak" Donghan mendengus sebal, ia lalu merebut micin itu dan membuangnya. Pantesan adeknya kaya gitu, suka ngemil micin ternyata.

"Lo makan micin mulu ntar oon kaya Shihyun tau rasa"

"Ada lada hitam sama merica gak?" tanya Donghan sembari memotong daun bawang.

"Nggak tau"

"Kok nggak tau, ini tuh apartemen lo dan lo-"

"Sabar kenapa sih? Kan gue jarang kesini, ada bahan makanan aja udah bersyukur banget" potong Taedong, Donghan hanya mengangkat bahunya acuh.

Defense Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang