18. Seventeenth

478 60 42
                                    

Sudah pukul sepuluh, namun batang hidung Taedong masih belum terlihat. Padahal kelas Donghan sudah bubar sejak tadi, cuma satu matkul saja jadwal Donghan hari ini.  Dan kemarin Taedong berkata bahwa ingin mengajak Donghan kesuatu tempat. Donghan yang memang nggak suka menunggu jadi kesel sendiri, kata Taedong kelasnya habis di jam yang sama namun laki-laki berhidung mbangir itu belum juga ada.

Ia pun lalu membuka ponselnya, memencet salah satu ikon disana. Lalu jari-jari panjangnya mengetikkan sesuatu disana.

Maung ❤
Tjh dtk lg lo nggk dtng, gw plng!

Read

Buluk 💞
Tengok belakang sayang ku, jangan marah dulu dong 😘

Read

Donghan menoleh ia medapati Taedong yang tengah membawa setumpuk buku tebal dilengan kirinya.

"Lama sat!" ketusnya sembari menyimpan ponselnya disaku celananya.

"Hei, jangan marah-marah mulu ah. Bahasanya juga jangan kaya gitu. Kalau anak-anak denger gimana? Kan nggak baik kalau anak-anak nanti ngomong kasar" ujar Taedong ngawur sembari nyengir tentunya.

"Anak-anak pala lo!" ia lalu merebut paksa buku Taedong, lalu membawanya. Entahlah digunakan untuk apa.

"Eihh, lo kan hamil" goda Taedong

"Kak sumpah lo tuh definisi manusia goblo yang termendo dan bego sekaligus gendeng, kakean mamam micin sih" Donghan menepuk pelan bahu Taedong yang kini berjalan disampingnya.

"Han? Lo nggak kerasukan maung jawa kan?" dengan cepat Taedong menoleh kearah Donghan, ia sedikit bingung kenapa Donghan jadi ngomong aneh.

"Ih nyebelin, jadi nggak jangan bacot mulu ah!" Donghan pun berjalan mendahului Taedong, sedangkan Taedong hanya tertawa melihat kelakuan konyol Donghan.

Sedangkan di ujung koridor sana, pasangan teradem terbeler tengah menyaksikan interaksi keduanya.

"Ku rasa dia juga menyukainya" guman Shihyun pelan, namun Yongguk masih bisa mendengarnya.

"Biarkan manusia bodoh itu mengatasinya" balas Yongguk cuek, mereka lalu berjalan menuju parkiran.

.
.
.
)))Defense Of Love(((
.
.
.


Kini keduanya sudah berada ditempat yang menurut Donghan tidak familiar lagi baginya, ia menatap Taedong yang kini tengah meletakkan se bucket bunga di depan pusara.

"Jadi yang kemarin itu kakak nggak ngikutin gue?" tanya Donghan pelan, ia lalu ikut berjongkok di sebelah Taedong.

"Enggak, cuma nggak nyadar aja kalau lo ada disana. Pas gue balik eh taunya itu lo" balas Taedong tanpa melepas tatapannya pada pusara itu.

"Udah berapa lama?"  pertanyaan Donghan lantas membuat Taedong menoleh kearahnya.

"Apanya?" tanyanya bingung.

"Ayah kakak meninggal" jawab Donghan pelan, takut-takut jika Taedong akan tersinggung. Namun sepertinya Taedong tak masalah jika Donghan bertanya seperti itu. Justru kini ia malah menjepit poni Donghan yang menutupi matanya karena tertiup angin.

Defense Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang