25. The End

292 39 36
                                    

*Last*
.
.
.

Taedong berlarian menuju pintu rumah sakit sembari mengendong Donghan dari depan. Jika dipikir sebenarnya memang salahnya yang parkir terlalu jauh dari pintu masuk.

"Kak, sakit banget hiks" rengek Donghan, ia merasakam perutnya seperti tengah di tusuk-tusuk dan diremas secara bersamaan. Tangannya dengan kuat mencengkeram bahu dan lengan Taedong

"Tahan ya sayang, sebentar lagi sampai " ujar Taedong mempercepat langkah kakinya. Begitu sampai loby ia segera memanggil ah teriak tepatnya.

"Woy Chan! Woy!" teriak Taedong, Bangchan yang baru saja datang segera menoleh kearah suara yang memanggilnya. Setelahnya ia lalu berlari mendekati Taedong.

"Donghan kenapa?" tanyanya tak kalah panik kala melihat adik sepupunya tengah menahan sakit apa lagi ada darah disekitar kakinya.

"Jatuh, kepleset hiks tolong" akhirnya Taedong menangis juga. Dengan cepat Bangchan mengambil bad dan menyuruh Taedong membaringkan Donghan disana.

"WOOJIN! WOOJIN! URUS ADMINISTRASI TOLONG, MINHO SIAPKAN PERALATAN DAN LANGSUNG KE RUANG BERSALIN" heboh Bangchan, yang dipanggil Woojin langsung melesat kearah administrasi dan Minho dengan cepat segera masuk ke ruang ganti dan segera melakukan apa yang disuruh Bangchan tadi.

"Lu kenapa pake acara kepleset sih?! Pinggul lu sakit gak? Atau mau operasi aja?" tanya Bangchan kala sudah sampai di kamar bersalin. Ia segera memakai masker serta sarung tangannya.

"Gak gak, normal aja!! Akhh sakit" ujar Donghan galak, namun ia masih merasa kesakitan. Dengan cepat Taedong menggenggam erat tangnnya.

"Tapi kan-" ujar Minho menggantung, yah gimana pun juga permintaan pasien lah yang terpenting.

"Hiks Han pegang tangan aku" ujar Taedong tepat disamping Donghan, Donghan menatap Taedong ia lalu mengusap air mata suaminya itu.

"Kak, sakit" rengek Donghan setelah mengusap air mata suaminya itu.

"Iya aku tau, kalau bisa aku aja yang ngerasain sakitnya" kini giliran Taedong yang mengusap air mata yang mengalir pada pipi Donghan. Sungguh menyakitkan melihat orang yang ia sayangi dalam keadaan seperti ini. Ia mengecupi kening Donghan berkali-kali sembari menggenggam erat tangan sang istri.

"Kak, kalau aku mati jaga anak kita baik-baik" ujar Donghan mulai ngelantur, sementara team dokter tengah melakukan tugasnya.

"Gak Han, enggak!" bantah Taedong.

"Han, bisa dengar aku kan? Coba sekarang, atur nafasnya pelan ya" instruksi Bangchan, Donghan hanya pasrah ia mengikuti apa yang diintruksikan Bangchan.

"Uhh sakit" ujar Donghan lagi, ia memejamkan matanya erat tangannya kini sudah mencengkeram erat tangan Taedong. Hingga Taedong juga merasakan nyeri pada tangannya.

"Bertahan ya sayang" bisik Taedong parau, Donghan menganggukkan kepalanya. Beberapa kali ia mengambil nafas dan membuangnya.

"Ayo sebentar lagi" instruksi Bangchan lagi-lagi.

"Donghan, hey buka mata mu!" pekik Taedong

"Taedong ajak dia bicara!" sambar Bangchan, oh ayolah dia juga adalah keluarga Donghan mana mau ia kehilangan adik kesayangannya itu? Apalagi dia sendiri yang menanganinya.

"Dok, sebaiknya dia operasi saja?" saran Minho yang tidak tega melihatnya, oh ayolah Minho juga punya hati untuk ini. Bahkan ia sempat menghapus air matanya. Ya, katakan Minho koas cenggeng namun, apalah itu tak sebanding jika pasiennya meninggal kan?

Defense Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang