" Canna "
" Lama tak jumpa, Ariadelle ku sayang. "
---------------
Ken melongo. Yang berdiri tak jauh dari mereka adalah sebuah boneka juga. Boneka itu hidup, sama seperti Ariadelle. Namun berpenampilan menyeramkan, seperti wanita yang berdandan ' Gothic Lolita '. Warna pakaiannya, sepatunya, jepitan rambutnya, semuanya berwarna merah darah.
Tapi mengapa boneka itu mengenal Ariadelle ? Teman lama kah ?
" Jadi kamu Ken. Majikan Ariadelle ? "
Ken menelan ludahnya. Ia takut menjawabnya. Boneka itu menyeramkan, tidak seperti Ariadelle. Suaranya juga menandakan bahwa ia sudah terasuki roh jahat.
" Ya. Canna, dia majikanku, tuan Ken. "
Tiba- tiba hening. Tak ada yang mengeluarkan suara.
Canna tiba- tiba berjalan ke depan, menghampiri Ariadelle.
" Aria... Kan sudah aku bilang... Mana janji mu ? "
" Jan.. ji ? " Tanya Ariadelle kebingungan.
Canna dengan sigap mengayunkan pedang yang mirip dengan pedang yang dipakai Ariadelle ke depan tubuh Ariadelle. Dan dengan sinis berkata
" Kamu tidak ingat janji kita ? PENGKHIANAT !!!!!! "
Pedang yang semula berada hanya di depan tubuh Ariadelle berayun ke samping kanan Ariadelle, namun Ariadelle dengan cepat melompat menghindari serangan dari Canna.
" Canna, aku benar- benar tidak mengerti maksudmu ! " Teriak Ariadelle
" Kalau begini, aku harus melukai mu agar ingatan mu kembali ! " Balas Canna
Ariadelle menelan ludah. Ia tidak mau bertempur dengan sahabat terbaiknya. Namun ia tidak ingat apa- apa lagi selain ia bersahabat dengan Canna. Lalu ia mengintip dari bahunya, Ken terlihat ketakutan.
" Tuan Ken, sebaiknya tuan keluar saja.. Biarkan aku mengurusi Canna sendirian ! "
" Ta- tapi "
" Cepat ! Lari ! "
Ken berlari ke arah pintu keluar. Namun Canna membiarkannya. Ia memang hanya ingin bertempur dengan Ariadelle. Ia ingin mengembalikan ingatan Ariadelle. Ia ingin Ariadelle kembali kepadanya.
Ariadelle memulai serangannya. Ia melompat ke atas dan mengayunkan pedangnya ke wajah Canna. Namun Canna segera menahannya dengan sebuah meja kayu. Meja kayu tersebut terbelah dua. Seketika itu juga Canna melihat wajah Ariadelle. Matanya berwarna merah. Ekspresinya datar. Setahunya Ariadelle tidak pernah memasang wajah seperti itu, dan mengapa matanya berwarna merah ? Aneh.
Namun Canna tidak menghiraukannya. Ia segera menyerang Ariadelle dengan pedangnya. Namun Ariadelle dengan sigap menangkisnya. Ariadelle berhasil menurunkan pedang Canna kemudian menonjok wajah Canna. Lalu Canna membalasnya dengan mengayunkan pedangnya ke arah kaki Ariadelle. Ariadelle berhasil menghindarinya. Namun sepertinya kakinya tergores.. Sedikit.
" Ariadelle .. Kamu ingat ? Kita dulu berteman baik. "
" Iya.. Lalu ? "
Tiba- tiba Ariadelle merasa pusing. Beberapa masa lalu tiba- tiba terngiang di kepalanya.
" Ariadelle .. "
" Ya , Canna ? "
" Aku ada... Satu permintaan.. "
" Dan apakah permintaan itu ? " Tanya Ariadelle dengan senyum manisnya.
Kemudian Canna menggenggam kedua tangan Ariadelle dengan erat, dan menjawab
" Jangan pernah tinggalkan aku, aku ingin selalu bersama Aria.. "
--------------
" Ukh ! " Ringis Ariadelle kesakitan.
" Sekarang kamu tahu kan mengapa aku ingin bertempur denganmu ? "
Tiba- tiba Ariadelle menebaskan pedangnya ke arah perut Canna. Perut Canna tergores. Namun tidak mengeluarkan darah.
" Apa.. ? "
" HAHAHAHA ! AKU INI BONEKA ABADI, ARIA ! AKU TIDAK BISA DIBUNUH ! " Teriak Canna histeris
--------------------------------------
Toko Dresseroll, ruang utama, pukul 4 sore
Ken duduk di sebuah kursi. Ia khawatir akan Ariadelle. Ia takut Ariadelle mati.
Mati ? Boneka kan memang mati !
Tapi tetap saja ia tak ingin kehilangan Ariadelle. Tidak ingin. Ia tak mau melihat Ariadelle tergeletak tak berdaya. Jika itu terjadi, Canna sudah pasti juga akan membunuhnya.
Ken termenung. Ariadelle memang mengingatkannya kepada seseorang. Ia memang mirip Ariadelle, namun tidak sekejam boneka manis itu. Tiba- tiba ia dikagetkan oleh sebuah buku yang terjatuh dari rak buku yang tak jauh dari tempat ia berada. Ken lalu mengambil buku itu, dan membaca judul buku itu.
" The.. Everlasting... Dolls... "
The Everlasting Dolls ? Rasanya pernah mendengarnya di suatu tempat..
" Ah ! Ini.. Ini kan mitos yang dulu kakek ceritakan ! Kenapa bisa ada di sini ? Padahal.. Buku itu sudah menghilang lebih dari 50 abad ! "
Kemudian dia membolak- balikkan lembaran buku itu. Tiba- tiba ia melihat sesuatu. Ada sebuah boneka kecil yang berpenampilan mirip boneka tadi... Canna. Lalu di bawahnya tertulis sesuatu :
" Aku akan mati hanya jika aku ditembak dengan pistol berisi peluru emas atau perak ! "
----------------------------------------------
Dua jam telah berlalu dan Canna dan Ariadelle masih menyerang satu sama lain. Nafas Ariadelle terengah- engah. Setiap kali sebuah luka tergores di tubuhnya, pasti ada memori masa lalu yang tak ia ingat. Semuanya begitu saja kembali kepadanya. Ia bingung. Kenapa Canna menginginkan sekali Ariadelle kembali kepadanya ?
Tiba- tiba Ariadelle kehilangan keseimabangannya dan ia ditendang oleh Canna. Ia tertendang sampai ia terjepit di antara rak buku yang sudah tua. Ariadelle merasa tubuhnya lemas. Ia tak dapat lagi menggerakkan anggota tubuhnya. Di depannya sudah ada Canna bersiap untuk menghantamkan pedangnya di atas kepala Ariadelle.
" Aria.. Aku .. Minta maaf.. Tapi... "
" INI ADALAH AKHIR DARI PERTEMPURAN KITA !!!!!! "
Tiba- tiba terdengar suara tembakan.
Gerakan Canna terhenti.
Dada Canna berlubang.
" Tuan.. Ken... ? "
Ken telah mengungkap rahasia dibalik semuanya. Canna hanya akan bisa mati jika ditembak. Namun itu belum cukup. Canna akan sepenuhnya mati bila ia dibunuh oleh sahabatnya sendiri, Ariadelle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Doll
FantasyApa yang akan kalian lakukan jika bertemu dengan sebuah boneka yang dapat hidup layaknya seorang manusia? Inilah yang dialami oleh seorang Kenneth Clayston - tidak, Harley Fennetti. Demi menemukan sang ayah, Alvin Harris Fennetti, ia harus bersedia...