·Aku Kini·

23 1 0
                                    

Aku keluar dari kafe setelah menceritakan sedikit kisah ku dengan Angkasa yang masih kuingat lekukan demi lekukan garis diwajahnya, yang masih kuingat novel yang ia baca menemaniku menikmati teh atau kopi, masih kuingat hangatnya pelukan itu, masih kuingat tatapan nya yang tajam.

Aku berdiri di depan pintu keluar kafe, bingung jalan pulang. Kanan atau kiri? Ah! Menjadi anak baru di negara asing benar benar melelahkan.

"Kesana," kata seorang rekan ku yang bekerja di kafe tadi. Namanya Dara, gadis yang juga berasal dari negeri yang katanya paling elok nan kaya. Ia menuntun ku pulang. Baiklah ikut saja dengan senior ku ini.

Disepanjang perjalanan, gadis berusia dua tahun lebih muda dariku ini menceritakan bagaiman dirinya bisa tersesat sampai di negara besar ini. Rupanya, ia di persunting oleh seorang warga negara Amerika yang membuatnya harus memilih, negara sendiri atau orang yang ia cintai.

Bukan karena nasionalismenya yang lemah, hanya saja ia tak ingin merindukan orang yang ia cintai itu. Terkadang orang selalu menarik kesimpulan sebelum mendengar penjelasan. Dan itu Salah besar.

Ah! Mendengar kisah cinta mereka membuatku rindu dengan Angkasa.

###

Aku tebangun dengan keadaan yang menurutku menyeramkan, kepalaku terasa memikul pikiran pikiran yang terlalu banyak. Kuraih obat obatan yang selalu kuminum untuk meredakan sakit kepala. Takdir lah yang menuntunku meminum obat ini.

Buka? Enggak? Aku berdiri di depan meja makan yang diatasnya terdapat sebuah laptop yang hampir tak pernah kubuka semenjak aku mengurung diri di negara ini, jangankan laptop ponsel saja sudah kumatikan dan kuletakkan di dalam almariku. Rasanya aku ingin menenagkan diri, ingin sendiri dengan sejarah sejarah ku yang tanpa sepatutnya kulupakan.

Tidak lah, aku mengurungkan niatku, lalu bersiap untuk pergi ke sebuah taman yang jaraknya cukup jauh dari tempatku tinggal.

Dulu ketika masih di nusantara sana rasanya sangat malas untuk berjalan kaki keluar rumah, sekarang berubah pedestarian disini benar benar nyaman. Pejalan kaki dihargai, sangat malah. Ah! Akan sebagus apapun negeri orang akan tetap nyaman tinggal di negeri sendiri, bukan?

Kuatur kamera ku, dan duduk diatas rerumputan segar, "mom,dad!" kupalingkan pandanganku kebelakang, ada anak kecil berlari menghampiri ayah dan ibunya lalu mereka berpelukan berbagi kasih bersama. Bahagianya...

PATRONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang