Kutitip sebuah doa pada setumpuk kertas yang kutulis sedemikian rupa, kertas yang menjelaskan perihal keinginanku agar kau menikahi wanita itu. Perihal diriku, lupakanlah, karena perlahan aku juga akan melupakanmu walau itu bukan keinginanku.
Aku pergi, lantaran takut kalau kau melihat ingatanku sedikit demi sedikit hilang terkuras oleh waktu, aku pergi dengan beribu kerinduan pelukanmu yang tak sempat kurasakan untuk terakhir kali, aku pergi dengan segudang permintaan maaf yang tak sempat kuucapkan padamu karena tatapanmu akan menghambatku untuk pergi dari kehidupanmu, aku pergi pamit dengan setumpuk harapan besar untuk masa depanmu, agar kau senantiasa diberkahi Tuhan dan bahagia sepanjang hidupmu walau bukan bersamaku.
Katanya bandar udara ini tempat bagi mereka berpisah melepas kerinduan yang akan merekah. Kurasa benar, mereka saling mendekap mengungkapkan sayang sebelum pergi dan tak bertemu untuk beberapa hari kedepan. Namun, itu tidak berlaku padaku, karena aku merelakan, melepasmu tanpa pamit dan ungkapan sayang.
Aku tak ingin menyakitimu dengan kebodohanku nanti, aku ingin kau bahagia. Itu tujuan utama kehidupanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATRON
Short Story(SELESAI) Angkasa, kini dunia tak menghendaki kita untuk bersama lagi, aku harus pulang kembali dalam dekapannya. Akan kuceritakan, betapa bahagianya diriku lantaran kau selalu bersama ku, dan tak lupa akan ku ceritakan sisa kenangan kita yang masi...