Chapter 2

5.2K 389 96
                                    

Shin Hye menghela napas ketika melihat nama yang tertera di ponselnya. Shin Hye ingin tidak mengangkatnya, tapi ia tahu resikonya akan jauh lebih besar kalau ia sampai melakukan hal itu, pilihan satu-satunya hanyalah mengangkatnya meskipun hal itu terpaksa dilakukannya.

"Halo paman, ada-"

"Brengsek! Dimana kau? Kenapa lama sekali mengangkat telponku eoh?"

"Ponselnya di loker paman, aku tidak mungkin membawa ponsel ketika bekerja."

Nyatanya aku membawanya hanya saja tidak ingin menerima telponmu paman.

"Dasar gadis brengsek!" Shin Hye menjauhkan telponnya dari telinga ketika mendengar teriakan Go Myung. Pria itu pasti sedang mabuk saat ini.

"Belikan aku soju saat kau pulang nanti."

"Aku tidak ada uang paman. Kemarin paman mengambil semua uangku. Untuk makan saja kita kesulitan, apalagi harus-"

"Diam kau gadis brengsek!" suara bentakan Go Myung meskipun melalui telpon sanggup membuat Shin Hye mengkerut ketakutan, "Pokoknya aku tidak mau tahu, kau harus membawakan soju untukku dan kaki ayam pedas. Kau mengerti?"

"Iya paman akan kubelikan nanti. Sekarang aku harus kembali bekerja."

Shin Hye langsung mematikan telponnya sebelum Go Myung kembali bersuara. Ia mempercepat langkahnya menuju ruang peralatan, meletakkan peralatan yang digunakan untuk membersihkan lantai sepuluh tempatnya bekerja. Lalu mengganti seragamnya dan bergegas meninggalkan gedung Jung Corporation yang menjadi tempatnya bekerja beberapa hari terakhir menuju halte bus yang berada tidak jauh dari gedung besar itu.

Jung Corporation memang terletak di pusat kota Seoul, jadi tidak membutuhkan waktu lama bagi Shin Hye menuju halte bus yang ditujunya.

Sesekali ia melirik jam di ponsel yang sejak tadi digenggangmnya, bukan tanpa maksud karena ia tidak ingin datang terlambat pada pekerjaan lainnya, terlebih pekerjaan ini adalah salah satu pekerjaan yang ditunggunya setiap hari. Pekerjaan yang membuatnya bisa melihat seseorang yang begitu dikaguminya.

Sejak orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan, praktis kehidupan Shin Hye berubah. Sehari-hari ia menghabiskan hampir dua puluh jam untuk bekerja. Pindah dari pekerjaan satu ke pekerjaan lainnya. Bukan karena uang yang dihasilkannya tidak cukup, tapi karena banyaknya hutang yang harus dibayar membuatnya menghabiskan waktu lebih banyak bekerja dari pada bermain seperti yang banyak dilakukan gadis-gadis seumurannya.

Diusianya yang menginjak dua puluh enam tahun, Shin Hye bahkan sering kali menerima kekerasan fisik dari paman yang menjadi walinya sejak kedua orang tuanya meninggal.

Awalnya kehidupan Shin Hye tidaklah semenyedihkan seperti saat ini. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan dengan semua fasilitas yang hampir bisa dipenuhi kedua orang tuanya. Memang tidak sepenuhnya bergelimang harta, tapi pekerjaan ayahnya sebagai pegawai negeri sanggup membiayai kehidupannya karena ia merupakan anak tunggal.

Tapi kehidupannya berubah total setelah kematian orang tuanya. Go Myung -pamannya- pria yang kini tinggal bersamanya bukanlah pria bertanggung jawab seperti ayahnya. Pria itu bukannya menjadi wali yang menjaga dan menyayangi Shin Hye tapi justru sebaliknya. Semua harta peninggalan ayahnya dijualnya untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Belum lagi hutang yang dimilikinya di club malam tempatnya bersenang-senang kini dilimpahkan pada Shin Hye.

Hal itu yang membuat Shin Hye harus bekerja mati-matian membiayai kehidupannya dan mencicil sedikit demi sedikit hutang-hutang Go Myung di club.

Jangan pikir Shin Hye tidak pernah menasehati pamannya untuk menghentikan semua kelakuan buruknya. Ia pernah melakukannya bahkan terlalu sering malah. Sayangnya bukan mendapatkan tanggapan yang baik, Go Myung justru menghujaninya dengan pukulan yang membuat wajah dan sekujur tubuhnya lebam dan membiru.

Give Me a BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang