BAB 3 : Menghampiri dia Voli

601 16 0
                                    

Mentari telah menggelincir di atas langit biru. Awan-awan mulai bergerumul dari penjuru langit.

Anisa baru keluar dari ruangan yang dikhususkan untuk KSM. Seperti untuk persiapan KSM, informasi-informasi KSM, dan lain sebagainya. Kali ini dia tidak sendiri, dia bersama seorang wanita.

"Dina, gue mau ke lapangan Voli. Lo ikut?"

Wanita bernama Dina itu pun menggeleng, "Enggak deh, gue mau langsung pulang."

Anisa menggangguk, "Oke, hati-hati yah, Azkadina!"

Dina pun melambaikan tangannya dan pulang. Sebenarnya, Dina adalah sahabat Anisa sedari lima tahun lalu. Tapi semenjak dua tahun lalu, persahabatan mereka merenggang. Padahal, Dina satu kelas dengan Anisa. Anisa pikir, mungkin Dina lagi sangat fokus untuk belajar. Makanya, Anisa hanya bicara pada Dina bila ada hal penting doang. Anisa takut menjadi pengganggu.

Anisa pun berjalan menuju lapangan Voli. Tak lupa, dia menyempatkan diri membeli sebotol air mineral.

Saat berjarak beberapa meter dari lapangan, Anisa telah melihat Fikri yang melihat juga ke arahnya. Fikri melambaikan tangannya. Saat Anisa ingin mengangkat tangannya, dia terhenti. Anisa samar-samar mendengar suara dari belakang ruangan Lab. Anisa pun menoleh, kayaknya ada tiga orang di sana. Tanpa pikir panjang, Anisa langsung berjalan menuju belakang Ruang Lab tersebut.

Fikri yang melihat itu sedikit bingung, tapi dia mengabaikannya dan langsung kembali latihan Voli. Ya karena, informasi yang dibilang Zahra kemarin benar. Baru tadi pagi Fikri dipanggil oleh pelatih dan mendapat instruksi langsung.

Selang beberapa menit kemudian, datanglah Anisa tepat 1 set pertama telah berakhir. Fikri berjalan keluar lapangan menuju Anisa.

"Hay, baru selesai ya mainnya?" Tanya Anisa.

Fikri mengabaikan pertanyaan Anisa, "Lo tadi kemana?" Tanya Fikri seraya membersihkan keringatnya dengan handuk.

"Nggak Ada," kata Anisa santai. "ohya, gue bawa minum. Tunggu gue ambil." Anisa membuka tasnya untuk mengambil sebotol air mineral yang dibelinya tadi.

Tiba-tiba datang Zahra, "Fikri, ini air buat lo," kata Zahra seraya menyodorkan sebotol air mineral.

Fikri menatap Zahra kemudian Anisa. Mereka berdua sama-sama diam. Fikri terjebak lagi dengan hal begini. Fikri mendecik dalam hati, dia gak bisa baca sedikip pun ekspresi Anisa.

Akhirnya, "Eh, iya. Terimaksih Zahra." Fikri meraih sebotol air mineral dari tangan Zahra. Dia membuka dan langsung meminumnya.

Anisa menunduk, tangannya masih dalam tas yang mengenggam sebotol air mineral. Melihat Fikri mengambil air dari tangan Zahra dan meminumnya langsung, Anisa melepaskan kembali air tersebut. Dan mengeluarkan tangan. Anisa bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Gimana Fikri, sudah terbentuk timnya?" Tanya Zahra memulai pembicaraan.

Fikri menutup botol mineralnya, "Ada sih beberapa nama yang telah gue catat. Cuma perlu dipertimbangkan dengan Kapten Voli yang baru dan Pelatih," kata Fikri mantap.

Fikri mengalihkan pandangannya ke samping, terlihat Anisa sedang asyik menonton Anak Voli bertanding. Padahal bertanding sekadar latihan biasa. Fikri tau Anisa hanya pura-pura.

Dan Anisa juga, gak punya alasan, gak mungkin dia pergi gitu saja. Apa daya dengan Fikri.

"Anisa, ayo duduk di kursi penonton. Gak capek berdiri terus?" Tanya Fikri.

Mendengar itu, Anisa menoleh, "Ayo!"

"Ayo Zahra."

Mereka bertiga pun pergi ke kursi penonton. Cukup ramai sih yang menonton. Apalagi junior siswi, mereka malah teriak-teriak kegiringan.

Lantunan Ar-Rahman-ku [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang