BAB 10 (2) : Lantunanku

449 23 0
                                    

Semuanya pun pada diam. Yang bercerita tiba-tiba berhenti. Yang sibuk mengotak-atik dan memainkan ponselnya tiba-tiba tangannya tak bergerak. Guru-guru yang sibuk di dalam kantor dan di ruang majelis guru, perlahan-lahan keluar. Yang sedang berkompetensi dan bertanding cabang-cabang olahraga, tiba-tiba menghentikan pertandingan. Panitia Osim yang selalu sibuk menghentikan aktivitasnya.

Semuanya mendengar, mendengar lantunan Ar-Rahman yang sudah lama tidak diputarkan. Bukan rekaman lagi yang dihidupkan, tapi dilantunkan oleh Qoriahnya langsung. Semua indera telah tertuju pada satu objek.

Tenang. Damai. Seperti masalah dunia, telah terabaikan sejenak. Kehidupan dunia, telah terlupakan sejenak.

Anisa melantunkan Ar-Rahman dengan mata tertutup. Meresap, menghayati, dan merasakan setiap ayat-ayat yang dia lantunkan.

Di sebuah ruangan, semuanya masih terdiam dan tidak bergerak, termasuk seorang laki-laki yang menghentikan aktivitasnya menyusun kertas-kertas hasil laporan dari panitia.

"Suara ini?" gumamnya dengan hati yang mulai menggemuruh.

"Asalnya dari panggung!" Teriak seseorang yang berlari keluar ruangan.

"Ke sana yuk Bang Fikri, katanya live dari Qoriahnya."

Fikri masih terdiam.

"Ayo Bang. Saya dari awal masuk, dan sekarang sebagai Ketos sangat ingin tau siapa Qoriahnya."

Fikri segera tersadar dan mengikuti Ketos.

Semua siswa pergi ke arah panggung. Bahkan, pendukung Voli dari Madrasah lain ikut pergi ke arah panggung. Meninggalkan tim mereka yang lagi pemanasan.

Fikri dan Ketos kaget karena lapangan sudah dipenuhi oleh siswa-siswa termasuk lantai dua madrasah. Seolah-olah semua siswa pada keluar dari persembunyiannya.

"Kita langsung ke panggung saja Bang."

Fikri hanya mengangguk dan mengikuti Ketua Osim menyelip di antara kerumunan para siswa dan siswi.

Dan setibanya di atas panggung, Fikri langsung terdiam. Sangat terdiam sejenak hingga ia bergumam, "Anisa."

Fikri tak ingin berbicara lagi. Pandangannya terpusat pada Anisa. Dan pendengarannya ia fokuskan pada lantunan Ar-Rahman yang sangat ia rindu. Sangat rindu.

........

فَبِأَيِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

.تَبَٰرَكَ ٱسۡمُ رَبِّكَ ذِي ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ

Anisa membuka matanya seraya riuh tepuk tangan dari siswa-siswa yang menggelegar dari lapangan madrasah. Bahkan ada siswa yang terharu dan meneteskan airmata.

Anisa bingung, kemudian serengkah senyuman terbentuk di sudut bibirnya.

"Yeeeyye ... Tepuk tangan!" Pewawancara langsung heboh. "oke kita-" tiba-tiba salahseorang Panitia berbisik pada si Pewawancara.

Si Pewawancara mengangguk mengerti, "Oke, karena lawan tanding Voli kita sudah siap. Mari kita saksikan pertandingannya!!" Teriak si Pewawancara sangat semangat.

Semuanya pun perlahan-lahan pergi menuju lapangan Voli.

Anisa pamit pada Ustadz Ali. Saat dia mau ke belakang panggung, ia melihat Fikri menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Fikri berjalan ke arah Anisa. Anisa diam tak bergerak.

"Terima kasih. Gue sudah tenang." Fikri tersenyum lembut dan kemudian berbalik pergi menuju lapangan Voli.

Lantunan Ar-Rahman-ku [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang