BAB 6: Diajak Makan

442 19 0
                                    

Hari kembali cerah, setelah tadi pagi langit mendung dan menurunkan gerimis. Koridor yang tadinya sepi, perlahan-lahan mulai ramai oleh para siswa yang keluar dari kelasnya masing-masing.

Anisa berjalan keluar dari ruang KSM.

10 menit yang lalu, ia telah berpisah dari Dino dan Dina. Mereka bertiga tadi berkumpul, karena ada sedikit informasi dari Waka, mengenai penandatanganan administrasi mereka.

Setelah itu, Dino memilih pergi menemui temannya di belakang Ruang Lab. Dina pergi ke UKM karena merasa nggak enak badan. Anisa tau, mereka berdua ingin menenangkan diri sejenak. Lelah? Siapa yang tidak lelah.

Anisa bersenandung santai, sesekali menatap langit dan merasakan angin yang menerpa wajahnya. Damai dan tanpa beban, itulah yang dia rasakan. Tapi, itu hanya untuk sejenak.

"Anisa."

Anisa tersadar, kemudian menatap seseorang di depannya.

Kosong.

Tiba-tiba saja semuanya seperti hilang. Ibarat sehelai kertas yang penuh dengan coretan, tiba-tiba kembali putih, seperti halaman tanpa tinta.

Nggak biasanya seperti ini. Ada sedikit keterkejutan di dalam diri Anisa. Kerenggangan ini membuat semuanya seperti berubah. Ada hati yang tak bisa diterjemahkan.

Hening.

Tiba-tiba angin bertiup cukup kencang, hingga hijab Anisa ikut tertiup. Entahlah, suasananya agak berbeda dan Anisa bingung harus apa.

"Makan di kantin?"

Anisa hanya mengangguk.

Seseorang itu berbalik berjalan di depan. Anisa menatap seseorang itu dalam diam. Anisa tidak bisa melihat wajah seseorang itu. Anisa ingin melihat, apakah di wajah seseorang itu tampak kelelahan? Jujur, Anisa kelelahan. Tak perlu lihat dari wajahnya, dari dia memilih diam saja, itu sudah pertanda Anisa sudah sangat kelelahan. Lelah. Tapi Anisa harus!

"Bagaimana KSM lo?"

Anisa yang tadi ingin mengambil suapan lagi, dia urung. Anisa mengambil air minumnya dan meneguknya. Anisa berpikir, kenapa pertanyaan itu agak asing. Intinya, kenapa baru sekarang bertanyanya?

Sibuk? Itu alasan lama yang tak perlu dijadikan alasan.

"Hmm, besok pengumumannya," kata Anisa santai kembali dengan makannya.

Seseorang di depan Anisa terheran, "Besok? Kapan lo lomba? Kok lo gak bilang?" Tanya seseorang itu secara beruntun.

Anisa menautkan alisnya, "Emang masih peduli?" Tanya Anisa tanpa menatap seseorang di depannya.

"Kok lo gitu? Lo 'kan teman gue. Jangan gitu dong!"

Anisa menghentikan makannya dan menghela nafas. Terdiam sejenak. "Teman? Kenapa gue miris dengarnya yah?"

"Maksud lo?"

Anisa hanya menatap seseorang itu datar.

"Anisa, bisa gak jangan bertengkar hari ini? Gue besok mau tanding!" Kata seseorang dengan wajah serius.

Anisa meneguk habis minumannya, "Besok yah?"

"Iya! Gue tau lo gak bisa hadir. Lo kan sibuk KSM. Nyamperin gue latihan saja sudah jarang," kata seseorang itu tiba-tiba. Seolah-olah melepaskan unek-uneknya yang tertahan.

Anisa menunduk dan mengatur deru nafasnya. Anisa yakin dia bisa mengendalikan emosinya, "Fikri, gue juga gak mau bertengkar. Tapi kenapa sekarang lo mojok gue. Seolah-oleh gue yang salah. Sesibuknya gue KSM, gue masih sempat nyamperin lo. Sedangkan lo? Ngelewati ruang KSM saja gak pernah, apalagi nyamperin gue." Anisa terhenti sejenak, "dan gue tau, ngehabisin waktu istirahat latihan dengan pergi ke Rohis sangat bermanfaat. Dan dapat pahala. Tapi? Sehabis itu?" Tanya Anisa sedikit menantang.

Lantunan Ar-Rahman-ku [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang