Hari telah banyak berlalu ...
Ujian semester 1 telah berakhir. Dan beberapa hari belakangan ini, anggota Osim sangat sibuk dengan Acara Class Meeting. Termasuk Fikri. Entah kenapa dia juga sibuk. Padahal, jambatannya sudah berakhir.
Anisa duduk di tempat biasanya. Tampak dengan jelas dari tempat duduk Anisa, Fikri sangat sibuk. Ada raut wajah kelelahan di wajah Fikri. Bagaimana tidak, ke Rohislah, bentar-bentar ke Osimlah, dan kini ia telah berada di lapangan Voli kembali.
Kemarin-kemarin, Anisa pernah dengar bahwa Fikri dibawa ke UKM karena nggak enak badan. Karena ada tugas mendadak, Anisa gak bisa menjenguknya di UKM. Sebenarnya, Anisa gak enak hati sih. Tapi ya mau bagaimana lagi, Anisa juga sedikit canggung dengan kerenggangan di antara mereka.
Kejadian waktu itu, seperti lenyap begitu saja.
Anisa duduk, melakukan kebiasaan yang pernah ada. Walau bosan selalu menghampiri, ia masih bisa menahan untuk itu.
Anisa memperhatikan Fikri. Terlihat Fikri sedang berjalan menepi ke tepi lapangan. Anisa menghela nafas seraya memejam matanya sejenak.
Kejadian waktu itu terus saja menggiang-giang di kepalanya. Tapi Anisa gak tau harus berbuat apa. Maksudnya, membuat keadaan membaik. Seharusnya tak ada yang seperti ini. Memang, ucapan Fikri waktu itu, masih berdampak bagi Anisa. Sakit, tapi tak berdaya dengan hati.
Anisa menghela nafas ke sekian kalinya. Kemudian ia berdiri dan berjalan ke arah Fikri.
Diri harus setuju dengan keputusan Anisa. Tak terkecuali dengan hati.
"Fikri."
Fikri yang sedang mengobrol dengan Zahra terhenti dan mengalihkan pandangannya ke arah Anisa, "Ada apa?" Tanya Fikri langsung, dan untuk pertama kalinya dengan ekspresi datar.
Anisa kembali menghela nafas, dan berusaha meyakinkan dirinya.
"Lo main jam 3 'kan?"
Fikri mengaitkan alisnya dan menghadap Anisa sepenuhnya.
"Gue tau lo lagi gak tenang. Terutama pikiran dan hati lo ..." Anisa terhenti beberapa saat. Sedangkan Fikri hanya diam menunggu perkataan Anisa selanjutnya.
"Jadi gue pastikan dan yakinkan! Setelah Zuhur nanti, lo sudah tenang!" Kata Anisa percaya diri. Kemudian Anisa teringat, dia langsung merogoh tasnya, "ini buat lo," kata Anisa langsung meraih tangan Fikri dan meletakkan sebotol air mineral di tangannya.
"Nisa!" Seseorang memanggil Anisa.
Anisa membalikkan badannya. Ternyata itu Roy.
"Gue pergi!" Anisa tersenyum dan berbalik.
Fikri hanya diam dan menunduk. Hatinya telah menangis. Gak pernah dia merasakan dirinya selemah ini. Lemah pada dirinya sendiri. Entah beberapa kali ia memejam matanya seraya menghela nafas tertahan.
"Fikri!" Zahra yang berada di samping Fikri akhirnya berbicara.
Fikri mendonggak, "Lo sudah dipanggil Ketos," kata Zahra sedikit hati-hati.
"Iya."
Fikri menatap Anisa yang pergi bersama Roy. Lalu dia menatap Zahra kembali, "Gue Osim bentar!" Fikri pun pergi setengah berlari, tangannya sangat erat memegang sebotol air mineral yang diberikan Anisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Ar-Rahman-ku [selesai]
General Fiction"Ini hidupku! Tak banyak orang yang tau. Termasuk orang-orang di dekatku. Karena dunia diri kami sendiri ini berbeda. Kebetulan, kami dipertemukan takdir, dan seperti ditugaskan untuk bersama." _AnisaShafana