Lagi lagi aku mengkhayal apakah Rendy menyukaiku? Terkadang aku berfikir mungkin Rendy tak akan pernah menyukaiku? Apa dayaku? Aku hanya wanita biasa sedangkan dia adalah pria tampan bagaikan seorang pangeran.
Aku berdiri dilantai 2 sekolah dan memandang pria tampan yang sedang berada didepan gerbang sekolah dan berjalan masuk menuju sekolah.
Aku memandangnya penuh dengan harapan. Dia melihatku, tapi aku terlalu lambat untuk mengalihkan pandangan sehingga ia tau bahwa aku dari tadi memandanginya.
Anehnya ia pergi dari pandanganku tanpa meninggalkan senyuman atau sapaan.
Aku terdiam sejenak. Pikiranku tak luput darinya. Akhirnya aku memilih untuk berfikir bahwa aku bukan siapa siapa Rendy dan ia berhak tersenyum atau tidak pada semua orang.
Aku kembali kekelas dengan hati yang sedikit gelisah. Aku duduk di kursi dan menunggu guru masuk ke kelas. Selang beberapa menit guru tak juga datang.
"Teman-teman semuanya, hari ini bu Yanti gak datang karena bu Yanti lagi sakit, untuk itu teman-teman semua jangan ada yang ribut." Ucap Rafi (ketua kelas).
"Okeee" jawab semuanya. Mereka tampak sangat bergembira mendengarnya.
"Untung banget deh, padahal aku belum siap pr" ucap Riska mengatakannya dengan penuh kegembiraan padaku.
Aku hanya menggeleng gelangkan kepala melihat tingkahnya.
"Ris, aku ke toilet dulu ya"
"Oke"
Aku menuju ke toilet. Aku menghidupkan kran air dan membasuh wajahku.
Aku masih memikirkan kejadin tadi pagi. Aku mengambil tisu dan me lapkan wajahku.
Dengan segera aku pergi dari toilet menuju kelasku. Aku berjalan terlalu cepat hingga akhirnya aku ingin menabrak seseorang didepanku dan ternyata itu adalah Rendy.
Aku berhenti dan menatapnya sesaat kemudian aku pergi. Selang beberapa langkah aku berjalan, dia memanggilku.
"Kezia" ucapnya. Aku membalikkan tubuhku dan melihatnya sedang menatapku.
"Iya, ada apa?" Tanyaku. Aku belum ingin tersenyum padanya. Aku membuat raut wajahku sedikit kesal agar dia melihatnya.
"Nanti kamu exkul musikkan?" jawabnya dengan santai.
"Apa dia gak mikirin perasaan aku tadi pagi apa? Aku terus mandangin dia tapi dia gak senyum sama sekali" gumamku.
"Emm, iya"
"Ya uda nanti bareng ya"
pintanya. Aku hanya menganggukkan kepalaku dan sedikit tersenyum.
Aku pergi meninggalkannya. Sebenarnya aku masih kesal dan aku masih tidak ingin berbicara padanya, tapi mau gimana lagi, aku suka padanya.
Bel pulang pun berbunyi. Aku segera membereskan buku bukuku.
Aku teringat kalau hari ini aku exkul musik, dengan segera aku mengambil handphoneku dan mengirimkan pesan pada kakakku agar dia diluan pulang.
"Kamu hari ini exkul?" Tanya Riska dengan memasang wajah cemberutnya padaku.
"Iya, emang kenapa?"
"Padahal aku pengen main kerumah kamu" ucapnya sedih.
"Ya elah Riska, kamu kan bisa main kapan aja. Gak harus hari ini kali. Kamu kan sahabat aku"
"Abis kamu sih, banyak banget kegiatannya"
Aku duduk disampingnya dan memegang bahunya.
"Sorry ya , habis mau gimana lagi. Yauda, entar malam kamu main aja kerumah aku, aku malah senang banget tau" ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you who never understand me
Jugendliteratur"Kita bertemu lalu berpisah. Apakah itu keinginanmu" ~Rendy "Jangan salahkan diriku karena pergi meninggalkanmu karena itu bukanlah keinginanku" ~Kezia