Party

32 3 0
                                    

Aku masuk kedalam mobil Rendy. Ia tersenyum miris padaku.

Kali ini Rendy memakai kemeja coklat dengan rambut yang tertata rapi.

---
Pandangannya lurus menatap jalan.  Aku gak tau yang ada didalam pikirannya. Raut mukanya seperti menyembunyikan suatu kesedihan.

Biasanya Rendy selalu menebarkan senyumannya yang manis, tapi kali ini dia hanya terdiam tanpa kata-kata.

"Sahabat kamu yang lagi ulang tahun sekarang namanya siapa?" Kataku untu memecahkan keheningan.

Dia hanya terdiam dan berfikir. Aku rasa dia tidak mendengar perkataanku.

"Ren" kataku lagi dengan memegang bahunya.

Dia tampak sangat terkejut. Aku jadi ingin tertawa melihat ekspresinya saat terkejut.

"Kamu kenapa sih, aku liat kamu kayak mikirin sesuatu deh"

Aku ingin tau apa yang ada dalam pikiran Rendy. Kenapa dia dari tadi diam aja.

"Gak kok, aku gak papa"

Ternyata aku gak dapat jawaban dari pertanyaanku.

"Oh iya, tadi aku nanya sahabat kamu yang lagi ulang tahun sekarang itu namanya siapa?"

"Namanya Fina, nanti aku kenalin deh sama kamu"

Bibirnya mulai menebarkan senyuman. Aku ikut senang melihatnya

"Ok"

"Fina itu sahabat aku yang paling baik dan pengertian"

Aku memandang serius kearahnya seakan ingin mendengar ceritanya.

"Disaat aku lagi sedih, dia selalu ada disisi aku... Fina selalu ada buat aku, bahkan sampai sekarang walaupun rumah kita gak deket deket lagi."

Hatiku terasa sakit mendengarnya.

"Aku gak ada apa apanya dibanding Fina dan mungkin Rendy gak akan pernah mau menyisakan sedikitpun hatinya untuk ku" gumamku sedih.

"Aku  beruntung banget punya sahabat kayak Fina"

Rendy tersenyum saat mengatakannya dengan pandangan lurus kearah jalan.

Rendy memberhentikan mobilnya didepan rumah yang megah dan indah. Yang pastinya itu adalah rumah Fina.

"Yuk turun, kita uda sampai"

Aku hanya menebarkan senyumanku padanya.

Aku dan Rendy berjalan masuk kedalam. Wanita cantik yang tidak lain adalah Fina sedang berdiri memberi salam pada tamunya.

Fina melihat aku dan Rendy, tapi pandangannya tidak luput dari Rendy. Aku semakin merasa minder sekarang.

Rendy sedikit tertawa karna melihatku merasa grogi dan tegang.

"Biasa aja kali,gak usah tegang banget kamu gak akan dimakan."

"Siapa juga yang tegang" sahutku dengan memperlihatkan wajah lebih tenang.

"Hai Fina, happy birthday"

Rendy menyalam Fina dan memeluknya. Mereka terlihat sudah sangat akrab.

"Kenalin Fin, ini temen aku" ucap Rendy memperkenalkanku pada Fina.

"Oh, ini temen kamu. Aku pikir pacar kamu."

Wajahku memerah saat Fina mengatakan itu. Aku gak berani menatap Rendy.

"Kenalin, aku Fina"

Fina memberi tangannya dengan senyuman yang sungguh bersahabat.

To you who never understand meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang