Kakakku membuyarkan lamunanku dengan mengagetkanku.
"Kamu kenapa melamun terus?"
Tanya kakak. "Emang gak boleh ya ngelamunin seseorang?" Tanyaku tersenyum.
"Cie cie, adik kakak ngelamunin seseorang." Ucapnya meledekku.
"Apaan sih kak"
"Oh, kakak kayaknya tau deh. Yang namanya Rendy kan?"
"Kakak sok tau " aku menebarkan senyuman malu malu.
"Kakak tau dong, Kan kakak lihat chat kamu sama si Rendy." ucapnya lagi meledekku.
"Kakak" ucapku dengan nada kesal.
"Gak gak, kakak cuma lihat kemaren ada chat dari Rendy. Tenang aja kakak gak baca chatnya kok, hanya sedikit sih."
"Ya Sama aja"
"Kamu suka sama Rendy?" Tanya kakak.
"Kakak kepo ah"
"Bukan gitu Zia. Kakak cuma mau tau gimana perubahan dan perkembangan adik kakak. Kakak gak mau kamu salah melangkah." Kata kakak serius.
"Tapi kayaknya Rendy anaknya baik deh. Tapi dia suka gak sama kamu?" Tanya kakak dengan menertawaiku.
"Uda deh kak ah" jawabku tertawa juga.
Akhirnya kakak tidak lagi meledekku. Kakak fokus pada jalan.
Aku sangat beruntung mempunyai kakak seperti kakakku. Walau kadang menyebalkan, tapi dia selalu ada untukku.
Dia selalu menasehatiku. Dia bilang, aku harus belajar dari kesalahan orang lain. Dia juga membuat aku bahagia.
Walau tanpa orang tuaku, aku yakin aku bisa jika kakakku dan Rendy selalu ada bersamaku.
---
Aku duduk di bangkuku. Tak beberapa lama ibu guru kimia datang kekelas.Namanya bu Derma. Aku senang belajar dengan bu Derma.
Bu Derma kini mulai menjelaskan.
Setelah menjelaskan bu Derma memberi soal latihan. Aku dengan cepat mengerjakannya dan mengumpulnya.
---
Bel istirahat berbunyi. Aku mengajak Riska kekantin.Ditengah jalan aku berpapasan dengan Rendy.
"Hei" sapaku.
Dia tersenyum menjawabnya.
"Oh iya Kezia, nanti aku main kerumah kamu boleh gak? Belajar bareng."
"Emm boleh" jawabku.
"Yauda nanti aku tunggu dibawah ya pulangnya."
"Iya" jawabku.
"Bye" ucapnya lembut tepat disebelah telingaku kemudian pergi.
Aku hanya tersenyum.
Tak lama setelah Rendy pergi, Riska meledekku.
"Cie cie, uda jadian belum?" Tanya Riska meledekku.
"Apaan sih Ris"
"Oh berarti uda dong"
"Belum" jawabku.
"Oh aku tau, kalau belum berarti mau dong."
"Mau apa?" Tanyaku.
"Ya mau jadian dong Kezia."
"Ih entah deh Ris" ucapku tersenyum, tetapi seakan tak peduli.
Dia habis habisan meledekku sampai bel pulang. Aku hanya bisa tersenyum meladeninya.
---
"Kamu gak ikut kerumah aku Ris?" Tanyaku."Gak usah deh, nanti aku ganggu lagi." Jawabnya tertawa.
"Emm, yauda deh. Aku diluan ya Ris, bye."
"Bye, semoga semakin dekat ya"
Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepalaku.
Aku turun kebawah dan berjalan kedepan gerbang sekolah. Aku melihat Rendy uda ada disana.
"Hei Rendy" sapaku.
Ia hanya tersenyum menjawabnya.
"Nanti orang tua kamu gak marah kan kalau aku kerumah kamu?" Tanyanya.
"Emm, orang tua aku ada di Bogor gak di Jakarta. Aku tinggal disini sama tante dan kakak. Mungkin mereka gak bakal marah kok." Jawabku menjelaskan.
"Yaudah yuk naik" ucapku.
Kami naik kemobil. Kakakku sudah menunngu di mobil. Sampai dimobil, aku mengenalkan Rendy pada kakakku.
"Rendy, kenalin ini kakak aku. Kak, ini Rendy" ucapku.
"Kak, Rendy mau belajar bareng sama aku di rumah gak papa kan?" Tanyaku pada kakak.
"Ya gak papa dong" jawab kakak.
Aku melihat Rendy tersenyum. Dia seperti biasa terlihat sangat santai.
Sampai dirumah, aku mengganti pakaianku sementara Rendy menunggu di ruang tamu.
Selesai mengganti pakaian, aku dengan cepat membuat minuman dan cemil-cemilan untuk Rendy.
"Ren, ini minum dulu."
"Iya makasih"
Kami mulai belajar. Kami belajarnya banyakan bercanda dan tertawa, tetapi mengasyikkan.
Terkadang aku yang mengajarinya dan tekadang dia yang mengajariku.
Selesai belajar kami pergi kehalaman depan rumah. Dia banyak bertanya padaku tentangku.
"Kezia"
"Iya"
"Kamu kenapa gak tinggal sama orang tua kamu?" Tanyanya.
"Karna aku pengen sekolah di Jakarta. Dan alasan aku sekolah di Jakarta yaitu karna aku ingin mandiri." Jawabku.
"Berarti kamu manja dong kalau sama orang tua" ledeknya.
"Ih, gak juga kali."
"Kamu gak rindu sama orang tua kamu?"
"Rindu dong"
"Gak sedih?" Tanyanya lagi.
"Terkadang" jawabku.
"Yang buat kamu sedih itu apa?"
"Yang buat aku sedih itu karena aku gak bisa bareng bareng orang tua aku. Gak bisa tertawa tertawa bareng lagi, dan rindu kasih sayang dan perhatian mereka."
"Sekarang aku hanya mendapat perhatian dan kasih sayang dari kakak doang." Jawabku dengan wajah lemas.
"Kalau tante kamu gimana?"
"Tante aku itu orangnya cuek banget. Terkadang aku berfikir kalau kami dan tante itu seperti orang lain yang baru kenal. Jarang banget ngobrol." Jawabku.
Dia menatapku. Aku mengalihkan pandanganku. Aku menatap dia lagi dan ternyata dia masih menatapku.
"Kamu kenapa?" Tanyaku.
"Gak, emang ada salah ya?" Tanyanya kembali.
"Gak sih"
Dia bangkit berdiri, aku pun juga.
"Yauda deh, aku pulang ya. Uda mau malam.
"Iya, tas kamu mau ditinggal?" Tanyaku tertawa.
"Oh iya"
Aku mengantarkannya kedepan gerbang rumah. Aku menunggu hingga mobilnya pergi.
Aku masuk kerumah dengan penuh senyuman. Aku mengambil hand phoneku dan mendengarkan musik.
Pikiranku masih tertuju pada Rendy. Matanya yang begitu dalam saat menatapku. Senyumnya yang begitu manis membuatku terpukau. Aku hanya bisa berharap padanya. I love him.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you who never understand me
Roman pour Adolescents"Kita bertemu lalu berpisah. Apakah itu keinginanmu" ~Rendy "Jangan salahkan diriku karena pergi meninggalkanmu karena itu bukanlah keinginanku" ~Kezia