Aku masuk kedalam kamar dan menghempaskan tubuhku ditempat tidur. Ku lihat arlojiku, ternyata masih pukul 09.05.
Ku pejamkan mataku untuk mencoba berfikir, tapi aku larut dalam impian sehingga aku tertidur.
-
"Sayang" ucap seseorang yang datang menemuiku didalam kelas.Aku membangunkan wajahku yang ku sedari tadi kusandarkan di meja. Aku melihatnya berjalan mendekatiku.
"Kamu kenapa? Sakit?"
"Gak kok"
"Trus kenapa mukanya ditekuk gitu?"
"Lagi ada masalah sama nilai"
"Emang nilai kamu kenapa?"
"Gini lo sayang, nilai aku itu lebih rendah dari nilai teman teman aku"
Dia menangguk seakan mengerti
"Yauda berarti kamu harus lebih giat lagi dong, jangan kayak gini mukanya ditekuk terus. Harus semangat dong."
"Muka aku bukan ditekuk tau. Aku cuma mau mikir dan meresapi apa yang terjadi agar tidak terulang kembali." Ucapku dramatis.
"Yauda deh, kita pergi ke taman yuk. Biar kamu gak suntuk mikirin nilai kamu"
"Iya deh"
Setelah beberapa menit, akhirnya aku dan Rendy sampai di taman.
Aku memilih untuk duduk di rumput yang dekat dengan banyak bunga. Rendy duduk menyusul disampingku.
Rendy menatapku dengan tatapan tulus. Dia benar benar memandangiki saat ini. Aku jadi gugup.
"Gak usah gitu banget natapnya, aku jadi grogi tau"
Dia hanya tersenyum dan tidak melepaskan tatapannya dariku.
"Ren--"
"I love you" ucapnya memotong perkataanku.
"Love you too"
Aku tersenyum senang mengatakannya. Dia ikut tersenyum melihatku.
Aku menyandarkan kepalaku diatas kaki Rendy. Sekarang aku bisa melihatnya dengan sangat dekat.
"Kezia, are you happy with me?"
"Yeah, i'm so happy with you"
"Why?" Sambungku
"No, i just asked you"
"Kalau kamu?" Tanyaku
"Kalau aku,,, aku itu bahagia banget dan senang banget sama kamu. Bahkan jika aku pisah dari kamu, aku pikir aku gak akan sanggup"
Dia mengambil nafas untuk melanjutkan
"Bagi aku, kamu itu seseorang yang harus aku jaga, aku sayangi dan gak membiarkan satu orang pun menyakiti kamu"
Aku hanya terdiam mendengar kata katanya. Itu sungguh so sweet.
"Terkadang aku berfikir apa kamu punya rasa takut kehilangan yang sama dengan aku, karna rasa takut aku kehilangan kamu itu sungguh luar biasa" ucapnya dengan pandangan datar namun dapat dipercaya.
"Aku itu takut banget kehilangan kamu Ren, aku gak bisa bayangin kalau aku kehilangan kamu" ucapku dalam hati
-
Aku mendengar kakak memanggiku dari luar kamar. Aku membuka mataku dengan malas."Ah, cuma mimpi" gumamku
Aku beranjak dari tempat tidurku dan membukakan pintu kamarku.
Ekspresi kakak terlihat sangat kesal dan mungkin itu karena aku tidak mendengar kalau kakak memanggilku dari tadi.
"Apaan sih kak, ganggu Kezia tidur aja"
"Kamu itu ya, kakak uda panggilin kamu dari tadi tapi kamu gak dengar"
"Ya namanya juga tadi lagi mimpi indah kak,, yauda, sekarang kakak mau ngapain panggil Kezia?"
"Pinjem charger hand phone"
"Ya ampun kak, cuma pinjem charger doang. Kakak kan bisa pinjem sama tante. Kakak tau, kakak uda ganggu Kezia yang lagi mimpi indah baget tau" ucapku kesal
"Cuma mimpi kali Kezia, uda ah mana chargernya? Hand phone kakak uda low bat tau"
Aku berjalan mengambil chargernya dengan malas. Kemudian aku memberikannya pada kakak.
"Thanks sayang, semoga mimpi indah lagi ya. Jangan lupa mimpiin kakak"
"Kalau ingat ya kak" ucapku tertawa
Kakak berjalan pergi dari kamarku. Aku menutup pintu kamarku kemudian menghempaskan tubuh mungilku lagi di tempat tidur.
"Itu hanya mimpi" ucapku didalam hati dengan senyuman.
Aku bangkit lagi dari tempat tidurku. Aku duduk memandang bintang dari jendela kamarku.
Aku mengambil sebuah pulpen dan buku yang biasa kutulis untuk menuliskan puisi.
Aku teringat kalau aku uda lama banget gak nulis puisi dan terakhir kali aku menulis puisi itu waktu aku di bandara.
Aku mulai menggerakkan tangan dan pikiranku untuk menulis puisi.
Bintang...
Aku ingin menggenggammu
Aku ingin memelukmu
Aku ingin berada didekatmu
Walau ku tahu itu tak akan mungkin
Tapi, aku akan selalu memandangmu
Aku akan selalu menatapmu
Dan aku ingin kau menjadi saksi cintaku
Kezia
Aku tersenyum saat membaca ulang puisiku---
Pagi ini aku dan kakak berangkat lebih awal dari yang biasanya karna kita harus berangkat barengan dengan tante.Tante mulai mengendarai mobilnya. Suasana didalam mobil sangat hening seperti pada malam hari.
Pandangan tante dan kakak datar ke arah jalan, sedangkan aku sedang berfikir untuk menulis puisi, tapi sayangnya otakku tidak terlalu cepat berfikir.
Aku hanya bisa menulis puisi saat suasana sunyi dan hening. Karena dalam suasana seperti itu aku lebih meresapi dari apa yang aku tulis.
---
Aku sekarang tiba disekolah. Sekolah tampak sangat sepi dan sunyi. Aku belum melihat satupun guru yang datang.Aku hanya melihat ruangan yang ada disekolah sudah terbuka.
Aku mencoba berfikir untuk pergi keperpustakaan yang berada di lantai 1.
Beberapa hari yang lalu, aku telah meminjam buku di perpus ini dan sekarang aku ingin mengembalikannya.
Aku berjalan menuju perpus. Sesampainya di perpus aku tidak melihat ada guru disana tapi, aku berniat untuk masuk kedalam.
Aku menelusuri satu per satu buku yang ada di perpus.
Aku mulai menggerakkan hati dan pikiranku untuk menulis puisi pada selembar kertas yang ada pada sebuah buku yang tadi ingin kutulis di mobil.
Diasaat aku mulai ingin menulis puisi, tanganku terhenti karena mendengar ada orang yang ingin masuk ke perpus.
Ternyata itu adalah Kevin, tapi dia bersama wanita yang tidak aku kenal.
Wanita itu berpakaian seragam sekolah. Bajunya di crop dan dibuat ketat hingga bentuk tubuhnya sangat terlihat.
Roknya terlihat sangat pendek. Hingga membuatku merasa aneh melihatnya.
Mereka tampak sangat akrab sekali berbicara. Tapi aku benar benar tak menyangka kalau Kevin mau berbuat seperti itu.
"Bukannya Kevin pacaran sama anak kelas xi ya?" Tanyaku sendiri dalam hati.
"Tapi kenapa,,,,. Akh, uda deh" sambungku bergerutu.
Dari segi penglihatan, Kevin adalah anak yang baik dan sopan. Tapi dari segi perbuatan ia sama sekali tidak baik bagiku melainkan sangat buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
To you who never understand me
Teen Fiction"Kita bertemu lalu berpisah. Apakah itu keinginanmu" ~Rendy "Jangan salahkan diriku karena pergi meninggalkanmu karena itu bukanlah keinginanku" ~Kezia