Selalu ada cara untuk tersenyum

48 6 0
                                    

Hari ini cuaca mendung. Sama seperti hatiku yang kini terasa mendung. Aku adalah seseorang yang paling tidak suka dikecewakan. Apa bila seseorang telah menjanjikan sesuatu padaku, dan ia tidak menepatinya maka aku akan terus marah dan bersedih sampai semuanya itu hilang. Walaupun ia menjanjikan akan hal sekecil apapun itu, aku tetap tidak suka. Bagiku ia tidak menghargaiku. Dia yang menjanjikan dan aku berharap, tapi harapanku yang sangat besar itu tidak dihiraukan. Aku bisa menangis sepanjang hari karena dikecewakan walau hal itu sangat spele.
  
Saat ini, kakakku mengecewakanku. Entahlah aku tidak ingin membahasnya. Bagiku dia tidak mengerti dengan perasaanku. Aku berangkat sekolah dengan mata sedikit bengkak. Rasa marah dan sedih masih ada padaku. Pandanganku lurus kedepan, tapi pikiranku melayang layang. Aku menangis dari malam dan sampai saat ini masih begitu menyakitkan bagiku hingga memancingku untuk menangis. Aku hanya ingin agar orang lain mengerti aku dan memahamiku.
 
Aku turun dari mobil dengan wajah yang masih tampak murung. Aku tidak mengerti mengapa aku seperti ini pada saat aku merasa dikecewakan. Aku hanya merasa itu sangat menyakitkan sekali. Aku sampai dikelas seperti biasanya, belum ada anak lain yang datang.

Aku pergi ke toilet untuk membasuh wajahku yang kelihatan sangat murung. Selesai dari toilet, aku melihat Rendy ada didepanku. Ia juga melihatku. Ia seperti kebingungan saat melihat mataku sedikit bengkak dan wajahku tampak murung.

"Hei, kamu kenapa?"  "Aku gak papa" jawabku tersenyum. Aku masih terdiam. Kami naik kelantai atas dan dia mengantarkanku ke kelasku.

"Kamu pasti belum makan kan? Aku akan membelikanmu roti" sebelum aku berbicara, ia sudah melangkahkan kaki dan pergi ke kantin. Dia memberikan roti yang dibelinya padaku.

"Kau kenapa? Tidak seperti biasanya."  "Kan aku uda bilang, aku gak papa Rendy"  "oh, yauda deh. Emm, nanti kamu mau gak aku ajak ke suatu tempat?"
Tanyanya dan melihatku.

Aku tak kuat melihat matanya yang begitu indah. Tatapannya begitu dalam setiap kali menatapku. "Mau dong."  "Yauda, nanti pulang sekolah aku tunggu kamu di depan gerbang sekolah. Oke?"  "Oke" jawabku.

Dia pergi menuju kelasnya. Aku bersyukur dia datang dan membuat wajahku tersenyum kembali.
  

Aku melihat dia sudah ada didepan gerbang sekolah. Dia berdiri dengan jaket yang diletakkannya di bahunya. Semua wanita yang lewat menatapnya dengan serius, tapi pandangannya tidak tertuju pada mereka melainkan padaku.

"Kamu jalannya lama banget sih, kayak tuan putri."  "Iya, kamu pangerannya." Dia tersenyum saat aku mengatakan itu. Aku juga tak menyangka aku bisa mengatakan itu.

"Kita mau kemana sih?" "Uda, kamu tenang aja. Pasti nanti kamu suka" jawabnya. Tak lama kemudian kami berhenti. Rendy bilang kami uda sampai. Ia menyuruhku menutup mata. Ia menuntunku keluar dari mobil.

"Matanya jangan dibuka ya."  "Iya" jawabku. "Oke, sekarang kamu boleh buka mata kamu."

Aku membuka mataku dan aku melihat suatu pemandangan yang sangat indah. Aku gak menyangka kalau dia akan membawaku ketempat yang sangat indah ini.

"Gimana kamu senang?"  "Senang banget Ren, it's so beauty. Thank you" jawabku dengan penuh kegirangan.

Kami mengambil foto bersama. "Kita kesana yuk" ucapnya sambil menunjukkan suatu tempat yang aku tidak tau persis itu tempat apa. Kami berdua masuk kedalam dan aku melihat ada peralatan musik disana. Ada gitar, piano, bass, dan drum.

"Ini tempat aku sama teman-teman aku" ucapnya. Aku masih terlihat bingung. "Oke, aku akan jelasin. Jadi, aku punya band sama teman-teman aku. Setiap 1 minggu atau 2 minggu sekali, aku dan teman-teman aku datang kesini buat latihan. Kami buat band itu bukan untuk tampil dimana-mana, tapi kami buat band itu supaya hobby kami bisa berjalan terus" jelasnya.

"Jadi, kamu main apa? Gitar?" Tanyaku. "Gak, aku main piano dan menjadi vokalnya." 

"Kamu bisa main piano? Dari dulu aku pengen banget bisa main piano. Makanya aku ikut exkul musik disekolah."

"Oh ya?" Tanyanya kaget. "Iya, tapi kamu kok gak pernah main piano sih kalau lagi exkul? Kenapa kamu main gitar aja?" Tanyaku mengharapkan jawabannya.

"Ya gitu deh." "Kok ya gitu deh?" Tanyaku kesal. "Uda deh, gak usah dipikirin. Gimana kalau aku ajari kamu main piano? Kamu mau?"  "Mau banget dong" ucapku  senang.

Dia mulai mengajariku bermain piano. Aku semakin deg degan saat ia memegang kedua tanganku. "Santai aja kali" ucapnya.

Aku bisa mempelajarinya walau sedikit-sedikit. "Gimana, gak kapok kan?" Tanyanya tertawa. "Seharusnya yang nanya kayak gitu itu aku. Kalau aku sih gak bakalan kapok, kamunya nanti yang kapok ngajari aku" ucapku.

Dia tersenyum lebar. Aku gak tau gimana cara dia buat aku selalu tersenyum. Yang aku tau saat bersamanya, aku selalu tersenyum bahagia.

"Kita makan dulu ya?" Tanyanya. "Dimana?" Tanyaku. "Kamu itu lucu ya. Yuk kita makan disana" ucapnya.

Aku masih bingung kenapa dia bilang aku lucu. Apa wajahku terlihat seperti anak TK? Entahlah dia selalu membuatku bingung.

"Kamu mau makan apa?"  "Nasi goreng sama teh es" jawabku cepat. "Semangat banget, uda lapar ya?" Tanyanya tertawa. "Lapar banget, tau" ucapku. Dia hanya tertawa. Dia juga memesan pesanan yang sama denganku.

Aku melihat pemandangan disekelilingku. Sungguh begitu indah, ditambah lagi aku bersama seseorang yang aku sukai. Sungguh sempurna.

"Nanti kamu kalau mau kesini lagi ajak aku ya" pintaku. "Oke, nanti aku pasti ajak kamu kalau aku mau kesini" jawabnya penuh senyuman.

Rasanya semakin hari ku dekat dengannya, semakin ku jatuh cinta padanya, dan semakin besar rasa takutku kehilangannya.

Aku hanya bisa berharap dia memiliki rasa yang sama sepertiku.

"Maaf ya, kita pulangnya agak kesorean. Nanti aku bilang deh sama tante kamu biar kamu gak dimarahi" ucapnya seakan khawatir.  "Gak usah kali, lagian tante aku belum pulang jam segini. Nanti aku aja yang bilang sendiri" jawabku. "Yauda deh" jawabnya.
 

Aku tiba dirumah pukul 18.56. Aku melihat kakak sedang menatapku. Aku tidak memperdulikannya. Aku masih sangat kesal padanya.

"Dari mana, kok lama banget pulangnya?" Tanya kakak. Aku sengaja tidak menjawabnya. Aku melentangkan tubuhku dan membaca novel yang kemarin belum selesai kubaca.

"Oh, kakak tau, habis sama Randy kan?"  Ucap kakak. Aku terdiam, aku ingin tersenyum saat mendengar kata Rendy tapi aku berusaha menahannya.

"Cie cie, Rendy. Oke oke dalam hitungan ke 3 kamu pasti senyum.

Rendy..." ucapnya mengatakan kepadaku seakan aku adalah pacarnya Rendy.

Aku gak bisa menahan senyumku
Aku langsung tersenyum mendengarnya. Kakakku selalu membuat berbagai cara agar aku tidak lama lama marah padanya. Aku sayang padanya walau aku tak pernah mengatakannya.

To you who never understand meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang