1

5.6K 531 23
                                    

Flashback

Hana berjalan di trotoar menuju rumahnya sambil mendengarkan lantunan musik untuk mengurangi sepinya malam.

Malam ini Hana pulang hampir tengah malam karena harus mengatur stok barang di kantor tempat ia bekerja. Kebetulan jarak rumah dan kantornya dekat jadi kali ini Hana memilih jalan kaki karena sudah tidak ada bis yang lewat.

Suara guntur mulai terdengar di telinga Hana meskipun tersumpal musik. Hana memperbaiki tali tasnya kepundak kanan, mengeratkan jaketnya kemudian memasukkan kedua tangannya ke masing-masing saku di samping jaket.

Tiba-tiba seorang pengendara sepeda menabrak Hana dan sukses membuat Hana jatuh tersungkur. Sialnya, pengendara sepeda tersebut mencelos begitu saja saat tahu dirinya dan sepedanya dalam keadaan baik-baik saja.

Wajah dan tangan Hana menggores trotoar. Terlihat darah menetes di tulang pipi dan telapak tangan Hana. Susah payah Hana berusaha berdiri namun percuma. Lututnya terlalu keras membentur tepi trotoar.

Sementara itu seorang pria dari dalam mobilnya melihat seluruh kejadian tersebut sambil meminum cola. Jimin berusaha acuh. Oh ayolah kemana rasa kemanusiaanmu Park Jimin?

Akhirnya Jimin menghampiri Hana yang masih berusaha bangkit. Tangan hangat Jimin mengangkat tubuh mungil Hana dengan mudahnya.

“pak...” ucap Hana lirih.

Kaget? Tentu. Atasannya yang terkenal atas ketampanannya kini sedang beradegan layaknya pria mempesona dalam Film-Film terkenal.

“masuk ke mobil. Akan kuantar pulang.”

“ti-tidak perlu pak. Aku akan-“

“yasudah.” Jimin melepaskan begitu saja Hana.

Tentu saja badan Hana langsung terhuyung hampir jatuh. Beruntung Hana memegang tiang lampu. Jimin pergi begitu saja menuju mobilnya.

Namun bukannya pergi, mobil Jimin justru menghampiri Hana.

“tawaran tidak selalu datang dua kali. Masuk!” ucap Jimin tegas. Kali ini Hana menuruti atasannya.

---

Selama di dalam mobil mereka hanya diam. Hanya suara instrument musik yang menemani mereka. Tak ada kata-kata yang terucap.

Namun terlihat jelas Hana yang dari tadi mengatur nafasnya dan mencoba senatural mungkin duduk bersebelahan dengan atasannya.

Mobil Jimin berhenti dengan sempurna di depan apartemen sederhana milik Hana. Hana berusaha melepaskan sabuk pengamannya.

Sial! Kedua tangan Hana terasa perih sekali akibat jatuh tadi. Jimin pun membantunya melepaskan sabuk pengaman.

Deg! Jantung Hana seakan berhenti bekerja. Baru kali ini ia melihat wajah atasannya sedekat ini. Aroma parfumnya pun tercium jelas.

Ayolah jangan terlalu berharap. Dia atasanmu Hana. Buang perasaanmu padanya.

Jimin menatap mata Hana sekilas lalu menjauhkan wajahnya.

“t-terima kasih atas tumpangannya, pak.” Ucap Hana lalu membungkuk.

Ia pun membuka pintu pintu mobil. Sial untuk yang kedua kalinya! Tangan Hana masih dalam keadaan perih. Jimin pun keluar untuk membukakakan pintunya.

“maaf telah merepotkan.” Ucap Hana sambil kembali membungkuk.

Hendak pergi, lengan Hana ditahan oleh Jimin.

“menikahlah denganku.”

“a-apa?”

“aku tahu ini terdengar gila. Namun aku butuh kamu. Untuk menepis rumor tentang Oedipus complex.”

Hana mengangguk mengerti. Rumor itu cukup besar. Seorang Park Jimin yang dikabarkan menyukai perempuan yang jauh lebih tua darinya. Tapi tetap saja rasa kaget masih terpancar.

“dan beberapa relasiku adalah wanita berumur. Kamu tahu. Ini dapat mempengaruhi pekerjaanku.” Jimin memijat keningnya frustasi.

“dan kenapa harus saya, pak?”

“karena kamu adalah wanita yang tepat.”

Tubuh Hana membeku. Memang benar Hana menyukai atasannya. Dalam diam ia memendam perasannya pada atasannya. Dan seakan tuhan memberikan jawaban atas perasaannya saat ini. Sebuah tawaran kehidupan baru.

to be continued...

---

update-an lagiiiii. makasi banyak yang uda mampir kesini. kritik dan sarannya jgn sungkan yaaaa. vote juga gapapa eheheheheh
aku akan usahain terus apdet secepat mungkin.

see ya~~~~

HIDDEN PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang