9

3.8K 416 20
                                    

"masih kuat?" senyum nakal Jimin belum juga luntur. Kenapa suaminya bisa berubah dalam waktu sesingkat ini? Dari pria yang rapuh menjadi nakal hanya dalam hitungan menit. Lengan yang penuh luka itu merangkul pinggang Hana, mendekatkan badannya dengan badan Jimin, kapas yang dipegang Hana lepas begitu saja dan kedua telapak tangannya sukses menyentuh dada Jimin.

Mata Hana membulat. "aku ingin anggota keluarga baru." Bisik Jimin di telinga kiri Hana.

"s-sadarlah Jimin.. ini masih d-di k-kantor." Hana membalikkan kembali ucapan Jimin dengan gugup. Jimin mencubit pipi Hana gemas. Lihatlah ekspresi istrinya saat ini.

"aku tahu, bodoh." Sekali lagi Jimin menyentil kening istrinya. "aku ingin mengadopsi kucing. Apartemen kita terlalu sepi."

Hana menjauhkan diri dari kurungan Jimin, meringis pelan sambil mengusap keningnya. terlihat raut wajah sedikit kecewa dari Hana. Apakah salah Hana menginginkan anak? Pernikahan mereka sah. Bahkan kalaupun mereka melakukan 'itu' di ruangan ini siapa yang akan melarang? Toh bangunan ini milik suaminya. Dan mereka tidak berzina.

Jimin tahu, Jimin menyadari kekecewaan istrinya. Namun sayang seribu sayang, Jimin belum sanggup. Jimin belum siap. Tolong maklumi kondisi Jimin. Dirinya masih diselimuti trauma. Jangan tuntut Jimin untuk sesuatu yang dia belum sanggup melakukannya. Dia bukan pria jahat. Dia hanya berusaha menata dirinya untuk bisa berdamai dengan masa lalunya. Tahap demi tahap dia lalui dengan susah payah.

Dan saat ini hanya mampu membuka dan menunjukkan cintanya pada istrinya setelah tersiksa akan kenangan dan ketakutan jika nanti istrinya akan terlalu mencintainya dan kelak jika memiliki anak dia akan meninggalkan anaknya dan berlari seperti orang bodoh hanya untuk bersama dengan Jimin.

Cukup seperti ini dulu. Jimin menyadari istrinya sangat mencintai dirinya. Dan dirinya jauh lebih mencintai Hana. Dan beginilah cara Jimin mencintai Hana, dengan tidak mengijinkan Hana memberikannya keturuan. Karena Jimin takut, Hana akan seperti Ibunya.

"aku akan menelpon petugas kebersihan." Sadar akan kekacauan yang di akibatkan emosinya, Jimin meraih telepon di meja kerjanya yang beruntung masih dalam keadaan utuh. Kemudian mengambil kemeja cadangan yang selalu ia siapkan di dalam tas kerjanya.

---

Kucing anggora berwarna putih-abu berumur 4,5 bulan menjadi pilihan Jimin dan Hana. Mereka membawa kucing yang ada di dalam kandang berwarna hitam menuju apartemen. Sesampainya di rumah baru kucing tersebut, Hana mengeluarkan kucing tersebut, membiarkan kucing itu beradaptasi.

"Gracie.. bagaimana dengan Gracie?" tanya Jimin sambil menuangkan air dingin ke dalam cangkir.

"oke." Hana masih berjongkok mengamati tingkah linglung kucing tersebut. "Gracie~~~~" Hana mengekori Gracie dengan tetap berjongkok. Kedua lengannya terbuka lebar hendak menangkap Gracie.

Setidaknya dia memiliki sesuatu yang dapat menemani dirinya selama berada di apartemen. "kyaaa~~~ kesini kucing manis."

Jimin mengamati tingkah istrinya selayaknya bocah 7 tahun yang mendapatkan hadiah natal seekor kucing manis.

"besok aku akan beli makanan Gracie." Tawar Jimin.

"biar aku saja. Aku juga akan membeli beberapa bahan makanan." Ucap Hana sambil meneggendong Gracie. Jimin mengangguk sambil kembali meminum air di dalam cangkir.

--

Sesuai janji Hana, setelah membeli bahan-bahan makanan di supermarket yang tidak jauh dari apartemen, Hana melajukan mobilnya menuju pet shop yang berjarak sekitar 500 meter dari supermarket tersebut. Ia membuka pintu kaca dari toko itu dan disambut oleh pegawai toko tersebut. Ia membeli setengah kilo makanan kucing, untuk jaga-jaga jika Gracie tidak menyukai makanan itu. Daripada terbuang sia-sia bukan? Lagi pula siapa yang akan memakannya jika bukan Gracie?

"Kim Hana?" ucap orang yang berada di kasir. Hana membesarkan matanya.

"Taehyung?"

"sudah lama aku tidak melihatmu." Ucap pria yang ternyata pemilik toko tersebut dengan senyuman yang memperlihatkan gigi atas dan bawahnya. "bagaimana kabarmu?"

"b-baik. Kamu sendiri?" Hana menundukkan pandangannya.

"seperti biasanya." Ucap pria berhidung mancung tersebut sambil men-scan barcode di kemasan makanan Gracie. "merindukanmu."

to be continued

HIDDEN PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang