sebelum lanjut baca pencet bintang bawah ya :*
---
cahaya matahari menembus jendela apartemen mewah mereka-ralat. Apartemen Jimin- Hana mencoba mengumpulkan kesadarannya.
Tunggu... sejak kapan dia berada di kasur? bukankah semalam dia tertidur dengan Jimin di sofa?
Hana melangkahkan kaki ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelahnya ia melihat Jimin sudah berpakaian rapi hendak berangkat kerja.
"maafkan aku. aku bangun terlambat. apakah kau sudah sarapan?"
"aku sudah membuat sup." Ucap Jimin sambil memperbaiki dasinya. Jimin melangkahkan kakinya lebar menuju pintu. "makanlah." Ucap Jimin lalu menghilang dari balik pintu.
Hana tertegun.
"kenapa kamu sangat baik sekaligus kejam?"----
Lagi. ini kedua kalinya Jimin pulang dengan keadaan kacau. Bahkan jauh lebih kacau dari sebelumnya. Kemeja hitamnya masih menyisakan tetesan air. Oh ayolah ini bukan musim hujan. Pemandangan ini begitu mengiris hati Hana.
"Jimin.." ucap Hana refleks memegang lengan Jimin. Jimin merapatkan bibir. Menepis sentuhan istrinya.
"LEPAS!" bentak Jimin. Hana kaget bukan main. Ini pertama kalinya Jimin berkata dengan nada sangat tinggi.
"m-maaf. Aku h-hanya khawatir."
Jimin mengibaskan rambut basahnya. Menunjuk tepat di wajah Hana. "Kamu. Jangan melewati batasmu. Oke?"
Hana terdiam. Mungkin Jimin benar. Hana sudah melewati batasnya. Ia memundurkan langkahnya. Memberikan ruang untuk Jimin pergi. Kaki Jimin melangkah lebar menuju kamar mandi.
Hana ambruk di lantai. Mengumpat kepada dirinya sendiri.
BODOH!! Seharusnya kamu tidak menerima tawaran untuk hidup bersamanya jika ini yang terjadi. Bagaimana bisa sebuah rumah tangga akan harmonis jika cinta saja tidak pernah melandasinya. Harta? Jangan munafik! Sekaya apapun suamimu jika hidupmu hanya bergelimang harta sama saja kosong. Percayalah. Mungkin kamu merasa harta sudah cukup membuat dirimu bahagia. Kamu bisa pergi berpesta, membelanjakan uang suamimu untuk mempercantik dirimu, atau bahkan liburan keluar negeri jika bosan berada di rumah.
Tidak.
Wanita seperti itu bukanlah Hana. Meskipun kini dia memiliki harta Jimin, percayalah, sisi sederhana Hana yang dirawatnya dari kecil tetap tertanam di dirinya. Keluarga Hana hanya Jimin. Satu-satunya keluarga Hana. Sampai kapanpun ia tidak akan melepas Jimin. Dia satu-satunya yang dimiliki. kemana orangtuanya? Hana sendiri hanya bisa mengingat bahwa dirinya sudah berada di panti asuhan sejak kecil. Terbiasa dengan kerasnya hidup membuat Hana belajar menjadi seseorang yang tangguh. Dan bersyukur seseorang menerimanya di kantor Jimin disaat Hana sedang putus asa akan status penganggurannya.
----
Jimin berjalan gontai menuju kasur. Hana yang masih terguncang akan kejadian tadi hanya duduk di sofa. Menangis memeluk lutut.
Jimin mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar. Sosok yang dicarinya tidak ada disini. Ia mencari ke dapur. Nihil. Jimin mencari ke ruang tengah. Disanalah dia. Wanita bersurai hitam panjang yang sedang memeluk lutut dan menangis itulah yang dicari Jimin daritadi.
Jimin menghampiri Hana. Berjongkok dan menyingkirkan surai Hana yang menutupi wajahnya. Perlahan Jimin memeluk Hana. Ia menyadari satu hal. Hana terlihat lebih kurus.
"maafkan aku. aku bukanlah pria jahat." Ucap Jimin pelan. Hana diam. Badannya tidak merespon pelukan Jimin.
"Hana. Maafkan aku." Hana tetap diam.
"Park Hana." Bahkan kali ini dia memanggil dengan marganya, bukan marga Hana. Kali ini Hana merespon. Menggerakkan sedikit kepalanya.
"k-kamu... juga melewati batas, Park Jimin. L-lepaskan....aku." ucap Hana sesenggukan.
Jimin melapas pelukannya.
"Park Hana.."
Jimin mengangkat dagu Hana. Mengusap pipi Hana yang basah karena ulahnya. Mengecup mata kanan dan kiri Hana secara bergantian. Hana diam. Pikirannya terlalu kacau saat ini. Sesaat setelah diperlakukan seperti seorang yang bersalah kini ia diperlakukan berbeda secara drastis.
Jimin menempelkan keningnya di kening Hana. Deru nafas Hana yang panas terasa di wajah Jimin. Tangannya memegang kedua pundak Hana. Mendekatkan ujung hidungnya dengan ujung hidung istrinya.
"Park Hana. Istriku." Ucap Jimin lembut. Mata Hana yang sembab menatap mata suaminya. Sayu. Itulah ungkapan yang terlihat dari mata suaminya.
"aku mencintaimu." Bibir Jimin menyentuh lembut bibir istrinya.
to be continued...
----
kyaaaaaa... finally bisa update setalah berkutat dengan akun aku yang gatau kenapa. kritik sarannya jangan sungkan yaaaa~~~ vote juga gapapa eheheheheh
aku akan usahain update terus dan secepat mungkin. thank youuuuuu. salam cinta dari bantet Jimin heuheuheu
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN PAIN
FanfictionCOMPLETED cast : Park Jimin BTS Kim Hana (OC) aku bukan pria jahat. aku harap. - park jimin diambil dari kisah nyata dengan gubahan yang diperlukan