10

3.6K 400 5
                                    

"Kim Hana?" ucap orang yang bertugas berada di kasir. Hana membesarkan matanya.

Taehyung?

"sudah lama aku tidak melihatmu." Ucap pria yang ternyata pemilik toko tersebut dengan senyuman yang memperlihatkan gigi atas dan bawahnya. "bagaimana kabarmu?"

"b-baik. Kamu sendiri?" Hana menundukkan pandangannya.

"seperti biasanya." Ucap pria berhidung mancung tersebut sambil men-scan barcode di kemasan makanan Gracie. "merindukanmu."

Apa? Jawaban macam apa ini?

Tangan besar taehyung meraih puncak kepala Hana dan mengacak-acak rambutnya gemas. "kena kamu!" Taehyung tertawa puas, melihat mantan kekasihnya menunjukkan ekspresi kaget. "aku sudah mempunyai penggantimu, jauuuuuh lebih cantik darimu."

"aku baik-baik saja. Lihatlah! Wajahku semakin tampan, bukan?" kini Taehyung menjawab dengan benar pertanyaan Hana sambil menyodorkan bungkusan kresek yang berisi makanan Gracie padanya.

"dasar." Hana memukul pelan bahu Taehyung. "berapa?" tanya Hana sambil mengeluarkan dompetnya. Taehyung menahan tangan Hana.

"untukmu, kuberikan gratis." Senyum kotak Taehyung masih menghiasi wajahnya. Senyum yang menenangkan Hana disaat frustasi mempelajari berbagai rumus phytagoras, aljabar dan segala kerumitannya.

"nanti kau akan rugi, Taehyung."

"hei bodoh! Apa kamu lupa aku ini siapa?" jari telunjuk Taehyung menunjuk dadanya. Hana mengangguk. Tentu saja Hana ingat siapa orang yang ada di depannya ini.

"tapi kan..."

"AH!" Taehyung bertepuk tangan sekali. "ini untuk kucingmu?" lagi-lagi Hana mengangguk.

"bawalah kucingmu. Akan kuberi vaksin. Tempatnya di sebelah." Taehyung menunjuk dengan jempol kirinya menunjukkan letak bangunan tersebut.

Alis Hana mengerut. Masih meragukan ucapan Taehyung. Sadar akan ekspresi itu, Taehyung mengeluarkan kartu pengenal di sebelah monitor kasir.

Hana tersenyum membaca kartu pengenal Taehyung. Taehyung memang menyayangi hewan, bahkan kecoa yang menggelikan pun di tolong Taehyung saat hendak dipukul ketua kelas di sudut kelas. Tidak heran jika Hana melihat tulisan di kartu tersebut dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"aku akan memikirkannya." Ucap Hana.

"harus! Bayaran karna tidak datang ke pernikahanku." Ancam Taehyung.

"itu sudah bertahun-tahun yang lalu, Taehyung." Ucap Hana memelas.

"aku tidak peduli." Taehyung menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dan memalingkan wajahnya ke samping, berpura-pura marah. Oh lihatlah! Bahkan disaat dirinya sudah menikahpun sikapnya masih sama.

"oke! Aku akan melihat aksimu saat menjadi dokter hewan." Ucap Hana menyerah.

---

"Jimin?"

"hmm?" Jimin masih sibuk mengunyah makanannya.

"kamu memakai lengan pendek."

"lalu?"

Tangan Hana meraih lengan kiri Jimin, meneliti bekas-bekas lukanya. "lukanya sudah mengering." Hana tersenyum.

"karna kamu yang mengobatinya." Jimin mengatakannya dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"jangan terluka lagi." Nada suara Hana melemah.

Jimin melepas sumpitnya. Meneguk air putih hingga seisi mulutnya bersih dari makanan. Melepaskan genggaman Hana di lengan kirinya dan balik menggenggam kedua tangan Hana.

"akan aku usahakan."

"Jimin..." Hana menatap wajah suaminya intens. "curahkan semua sakitmu, keluh kesahmu padaku. Aku akan selalu ada untukmu. Jangan lampiaskan lewat lenganmu lagi." Hana memainkan jemari Jimin, melihat kuku-kuku Jimin yang terkelupas, sisa-sisa self injury yang dilakukannya.

Jimin diam. Mencari kebohongan dari mata Hana. Nihil! Tatapan Hana sangat teduh. Setidaknya dia sekarang memiliki wanita yang bisa menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesahnya, yang sebelumnya tugas itu seharusnya diemban oleh Ibunya. Tapi balik lagi ke realita, Ibu Jimin tidak mengemban tugas itu, dan mau tidak mau selama ini Jimin hanya bisa menelan semua itu sendiri.

"apa kamu malu memiliki suami dengan kondisi sepertiku?"

Hana menggeleng. "karna melihatmu terluka, sama saja aku terluka. Luka yang tidak terlihat menyimpan pedih yang lebih dalam, bukan?" seolah tahu isi hati Jimin, Hana mengucapkannya begitu saja.

Tidak ingin terlalu masuk dalam suasana seperti ini, Jimin memukul pelan bibir Hana dengan telunjuknya. "ini terlalu banyak bergerak. Haruskah aku menciumnya agar diam?" kembali Hana melihat senyum nakal Jimin.

"kapan Gracie akan di vaksin lagi?" Hana mengalihkan pembicaraan.

"seminggu lagi. Kenapa?"

"biar aku saja."

"denganku."

"j-jangan."

Jimin menangkap kegugupan Hana. Kenapa dengan istrinya? Apa ada yang dia tutupi? Apa ada sesuatu yang terjadi?

Jimin tidak ingin mencurigai istrinya. Tidak untuk saat ini. Ia terlalu lelah untuk marah. ia menyerah, memberikan senyum kepada istrinya. "oke."

to be continued...

HIDDEN PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang