5

4.1K 492 10
                                    

Aku hanya ingin melupakan masa lalu. Jangan biarkan aku mengingatnya lagi. Itu sangat menyiksa. Sungguh. – Park Jimin

----

"bisakah kamu membawakanku makanan nanti saat jam makan siang?" ucap Jimin sambil mengunyah sarapannya.

Hana melongo. Apa dia salah dengar? Kenapa dengan suaminya ini? Tidak seperti biasanya ia meminta seperti ini. Nada yang terasa di telinga Hana seperti memohon dan berharap.

"t-tidak apa-apa?" tanya Hana gugup. Sungguh hati Hana saat ini bekerja lebih cepat dari biasanya.

Jimin menggengam tangan kiri Hana yang menumpu pada meja makan. "ayo kita mulai semuanya dari awal."

Hana membeku. Bukankah ini langkah yang bagus? Jimin ingin memperbaiki semuanya. Jimin benar-benar ingin melandasi semua ini atas dasar cinta. Jimin ingin menjadi sosok suami yang lebih baik dibalik kekurangannya karena penyakit mental sialan itu.

"maukah?" lagi-lagi Jimin memohon. Hana mengangguk. Dan tentu saja tersenyum. Siapa wanita di dunia ini yang tidak tersenyum saat berada di posisi Hana?

Jimin tersenyum puas. Mereka melanjutkan sarapan dengan tenang. Tapi tidak dengan Hana. Berbanding terbalik dengan kondisi mulutnya yang hanya bergerak mengunyah makanan, perutnya terasa menggelitik seakan jutaan kupu-kupu akan keluar dan hatinya yang bergemuruh bahagia serta otaknya yang bersorak sorai.

Ini pertama kalinya semenjak pernikahan mereka, Hana akan mengunjungi tempat kerjanya dulu dengan status yang berbeda. Istri sang pemilik. ISTRI.

---

Hana memasuki lift menuju lantai 11. Lantai dimana tempat suaminya berada. Tangannya yang membawa satu tas berukuran sedang yang berisi berbagai macam makanan hasil jerih payahnya berkutat di dapur hari ini. Perlahan lift tersebut naik hingga berhenti tepat di lantai 11.

Sepanjang perjalanan menuju ruangan suaminya ia disambut dengan bungkukan dari para pekerja disana. Seakan di jidatnya tertempel jelas ISTRI PARK JIMIN. Dan tentu saja Hana merasa canggung karena memori yang tersimpan di otak Hana saat berada disini bukanlah bungkukan hormat seperti ini.

Kakinya kini tepat berada di depan pintu ruangan Jimin. Tangan Hana sudah menggantung di udara hendak mengetuk pintu besar coklat tersebut, sebelum hatinya tersontak mendengar gebrakan keras dari dalam sana. Refleks ia memundurkan langkahnya.

"KUMOHON PERGI!!!"

Sangat jelas Hana mendengar bentakan Jimin. Tangan Hana bergetar. ia teringat bentakan Jimin untuk Hana dahulu disaat Jimin pulang dalam keadaan kacau. Hana ingin menghampiri Jimin. Ia takut terjadi sesuatu dengan Jimin. Tapi ia juga terlalu takut, takut akan bentakan Jimin yang dapat melukai perasaannya lagi.

Pikirannya saat ini kacau. Antara menerobos masuk atau diam disini hingga seseorang yang diinginkan Jimin pergi tersebut keluar dari ruang Jimin sehingga ia dapat masuk. Hingga ia melihat pintu besar coklat tersebut terbuka.

Sosok perempuan yang sudah berumur keluar dengan menghapus air matanya dan mamasang kacamata hitam. Dari caranya berpakaian dapat dilihat jika ia dari kalangan berada. Berbagai macam pertanyaan muncul di kepala Hana.

Apakah dia meminta sesuatu kepada Jimin sehingga membuat dirinya marah? Apakah dia adalah wanita yang sempat digosipkan memiliki hubungan khusus dengan Jimin sehingga rumor Oedipus complex tersebut muncul?

Sebelum pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin bercabang, Hana langsung masuk ke dalam. Memastikan keadaan Jimin.

"Jimin..."

Pemandangan apa ini? Barang-barang berserakan. Meja dan kursi bergeser tidak sesuai tempat. Pecahan vas bunga ada di lantai. Jimin yang duduk di sofa dengan dasi yang sudah tidak tertata dengan rapi. Rambutnya berantakan. Nafasnya terengah-engah.

Hana menghampiri Jimin. Meletakkan tas makanannya diatas meja kecil di depan sofa tempat Jimin duduk.

"kamu bertemu dengan wanita itu?" tanya Jimin dengan kondisi masih sama berantakannya dengan isi ruangannya. Hana mengangguk. Tangannya merapikan rambut Jimin yang berantakan.

"dia siapa?" tanya Hana hati-hati. Takut amarah suaminya kembali meradang.

Jimin memejamkan matanya. Nafasnya semakin memburu.

"Jimin.." tangan Hana turun ke dada Jimin. Mencoba memberikan ketenangan kepada Jimin.

"jangan bertemu dengannya. Dia wanita jahat. Sangat jahat." Jimin menggenggam tangan Hana yang menempel di dadanya. Hana mengangguk.

"dia ibuku."

Deg!

Hana memundurkan sedikit tubuhnya. "i-ibu?"

to be continued

-----

maafkan karna telaaattttt bgt apdetnya T_T ada sesuatu dan lain hal yang gabisa aku tinggalin T_T

jangan lupa kritik dan saran yaaaaa..

lav yaaahhh

HIDDEN PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang