Jimin tidak ingin mencurigai istrinya. Tidak untuk saat ini. Ia terlalu lelah untuk marah. ia menyerah, memberikan senyum kepada istrinya. "oke."
Mereka kembali melanjutkan makan malam mereka dengan tenang.
Hana masih berpikir rumit. Entahlah, hatinya mengatakan jika sebaiknya Jimin tidak ikut dengannya. Padahal Hana tidak melakukan sesuatu yang salah. Memangnya kenapa jika Jimin ikut bersamanya? Toh juga Hana bisa sekalian memperkenalkan suaminya kepada Taehyung yang sok tampan-padahal memang itu kenyataannya- dan sekalian mengatakannya dengan bangga bahwa dia juga memiliki pria yang tampan ini pengganti Taehyung.
Tapi lagi-lagi firasat Hana mengatakan sebaliknya.
Jangan pergi bersama Jimin.
Hanya itu firasat yang muncul. Dan Hana lebih memilih firasatnya. Beginilah jalan pikir Hana saat ini.
"Hana?"
"hmm?" mata Hana masih tertuju pada makan malamnya.
"apa kau mencintaiku?"
Uhuk!
Hana tersedak. Jimin menyodorkan gelas yang tadi ia minum. Menepuk pelan punggung Hana.
"tentu saja." Jawabnya setelah meminum air pemberian jimin.
"sejak kapan?" Jimin meletakkan kembali sumpitnya, menopang dagunya dengan kedua tangannya. Memberi ekspresi penasaran pada istrinya. Dan lihat! Pipi istrinya kini bersemu merah. "beritahu aku!"
"sejak aku bekerja ditempatmu. Kamu sering berkunjung ke lantai 8 tempatku bekerja. Bahkan dihari pertamaku bekerja pun kamu hampir seharian ada di tempatku." Hana mengingat kenangannya dulu saat bekerja disana.
"oho! Kau selalu memperhatikanku." Telunjuk kanan Jimin memutar di depan wajah Hana. Hana menutup wajahnya malu.
"itu karena kamu. Aku langsung mendatangimu karena aku tahu itu kamu." Jimin mencubit hidung Hana. "seseorang yang dapat menenangkanku dulu di panti asuhan."
Hana suka suasana ini, disaat dirinya bisa bercengkrama dengan Jimin. bisa bercerita tentang kehidupan masing-masing dimasa lalu. Hana suka kehangatan ini. Kehangatan yang Hana impikan. Kehangatan dari sebuah keluarga kecil.
---
Hana membawa kandang Gracie yang tentu saja didalamnya ada Gracie menuju pintu kaca tempat praktek Taehyung. Saat membuka pintu, kakinya ditabrak balita cantik yang sedang merangkak. Hana meletakkan kandang kecil tersebut dilantai dan menggendong balita yang diperkirakan Hana berumur satu tahun tersebut.
"kemana Ibumu, anak cantik?"
"HANA KU. KEMARILAH." telinga Hana menangkap teriakan Taehyung. Hana memutar bola matanya malas. Manaruh tubuh balita tersebut ke bagian kiri tubuhnya dan kembali mengangkat kandang kecil Gracie. Melangkah mendekati suara Taehyung.
"OH HANAKUUUUU~~~" tangan Taehyung terbuka lebar hendak meraih tubuh Hana. Hana melotot ke Taehyung, namun hal tersebut tidak berpengaruh apapun pada Taehyung. Dan HAP! Dia menangkap tubuh balita tersebut.
"kamu sudah bertemu Hana ku." ucap Taehyung sambil mengelus puncak kepala balita tersebut.
"anakmu?"
Taehyung mengangguk sambil menunjukkan senyum kotaknya. "sudah aku katakan bukan, aku memiliki penggantimu yang jauuuuh lebih cantik."
Hana mencubit pipi Hananya Taehyung pelan. "aku iri padamu, Hana." Senyum Hana belum luntur melihat balita gemas ini. "dan kenapa kamu memberikan namaku? Aku hampir salah paham."
"Ibunya yang memberikan nama. Karena dia sepertimu. Berisik, ceria, dan menggemaskan."
Hana memukul bahu Taehyung. "lihatlah! Appa dipukul. Awww~~~" Taehyung berpura-pura kesakitan.
"kemana ibunya?"
"ke surga."
Deg!
"maaf."
Taehyung mengibaskan tangan kanannya di udara. "sudahlah. Ayo vaksin kucingmu." Taehyung menyerahkan Hananya ke pekerja di sana. "titip anakku, bentar ya."
---
"Taehyung, dimana toilet?" tanya Hana yang hendak pamit pulang. Taehyung menujuk pojok belakang ruangan tersebut. Hana pun melangkahkan kakinya ke tempat yang ditunjuk Taehyung.
Taehyung masih bemain dengan anaknya, hingga kegiatannya terhenti karena kedatangan seorang wanita.
"mau apa kamu kesini?" tatap Taehyung dengan dingin.
"Menjemput Hana.
Taehyung menatap malas wanita di depannya, kemudian menyerahkan Hananya ke wanita tersebut.
"jangan pulang terlalu malam, Taehyung-ah." Ucap wanita itu lembut.
"jangan urusi hidupku."
Wanita tersebut menghembuskan nafasnya kasar. Berusaha tersenyum kepada Taehyung lagi. "aku akan pulang."
"cepatlah tidur Hana, jangan banyak menganggu wanita ini. Kamu tahu kan betapa sibuknya wanita ini mengurus perusahaan kakekmu." Jemari Taehyung memainkan tangan anaknya. "pergilah." Taehyung mengalihkan matanya menuju kandang Gracie. Wanita tersebut berdehem, "ayo kita pulang." ucapnya pada Hana kecil, kemudian Hana kecil dan wanita tersebut pergi meninggalkan Taehyung.
Sementara mata Hana yang menyaksikan adegan itu membeku di depan pintu toilet. Tangannya bergetar. masih tidak percaya dengan adegan itu.
Hana berusaha mengontrol dirinya. Setelah merasa cukup baik, Hana menghampiri Taehyung. "kemana Hana?" tanya nya pura-pura tidak tahu.
"tadi dijemput istri keduanya ayahku." Taehyung masih bermain dengan Gracie. Hana menatap taehyung bingung. Sadar akan kebingungan ini, Taehyung mulai membuka suara. "kamu masih ingat Ahjumma yang merawat ibuku yang sering aku ceritakan dulu?"
Hana mengangguk. Pikirannya mulai membentuk suatu asumsi. Hana takut asumsinya tepat sasaran.
"setelah Ibuku meninggal, dia menggoda Ayahku. Dan akhirnya mereka menikah. Dasar wanita murahan!"
Asumsi Hana hampir sepenuhnya tepat! Hana mencengkram ujung bajunya. Kenyataan apa lagi ini?
"dan semenjak ayahku meninggal, dia sekarang yang menguasai perusahaan ayahku."
"tapi kan kamu juga tidak akan menggantikan ayahmu." Hana berucap pelan, berusaha sedikit membela Ibu tiri Taehyung.
"yeah. Aku memang tidak pernah tertarik dengan jabatan itu. tapi tetap saja, aku membenci wanita itu."
"apa dia melakukan kesalahan padamu?" tanya Hana. Taehyung memasukkan Gracie ke dalam kandangnya. "ini sudah mau malam. Bukankah tadi kamu bilang mau memasak untuk makan malam suamimu?" Taehyung mengalihkan pembicaraan.
Hana menatap jam tangan putih yang melingkar di lengan kirinya. Astaga! Bagaimana ia melupakan itu? Hana pun pamit. Segera ia menuju mobilnya. Ia merogoh saku bajunya. Sial! Kemana kunci mobilnya?
"Kim Hana!" teriak Taehyung. Hana menoleh. "dasar pikun. Ini!" Taehyung menyerahkan kunci mobil yang ditinggalkan Hana di meja Taehyung.
"terima kasih, Taehyung." Ucap Hana tersenyum.
"hati-hati dijalan. Jangan tergesa-gesa. Oke?" Taehyung mengacak-acak rambut Hana. Hana pun pamit kembali. Mobilnya melesat dan membaur dengan pengendara yang lain.
Sementara kaki Taehyung kembali memasuki tempat prakteknya, Jimin menyaksikan adegan itu dengan wajah merah padam. Ia mangambil ponselnya. Menelpon seseorang. "aku mau kau cari informasi tentang seseorang."
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN PAIN
FanfictionCOMPLETED cast : Park Jimin BTS Kim Hana (OC) aku bukan pria jahat. aku harap. - park jimin diambil dari kisah nyata dengan gubahan yang diperlukan