Hari-hari Aruna berjalan normal. Seperti hubungannya dengan Ray yang selalu baik. Meskipun terror-terror tersebut tidak pernah terjadi lagi. Ray tetap memastikan keadaan gadis tersebut. Ia bebar-bebar tidak bisa percaya dengan mantan pacarnya yang sangat terobsesi untuk mendapatkannya lagi.
Meski keadaan Aruna baik-baik saja. Ray tetap tidak bisa tenang, dan selalu mengantisipasi bila ada kejadian yang tak terduga. Ia tau sifat mantannya, bila dengan gertakan kecil tidak membuat lawannya kalah, maka ia akan mengibarkan bendera perang.
Ketika seperti saat ini, Ray hanya bisa melihat sosok pacarnya dari kejauhan sedang memainkan ponselnya. Tiba-tiba tanpa sadar senyum terbentuk dari dua sudut bibirnya. Perasaan bahagia itu selalu muncul mengingat kenangan yang selalu mereka rangkai bersama.
"Pak bisa minta tolong, saring sari kayu manis yang ada di ember warna biru" ucap wanita paruh baya tersebut yang bernama Bu Lilik rekan mengajarnya di sekolah
"Baik bu"
Seperti inilah kegiatannya setiap hari. Jika sedang istirahat ia akan menuju Lab KWU, membantu membuat produk sirup dari jahe, temulawak, kayu manis dan akan dipasarkan.
Setelah selesai menyaring. Ray berjalan menuju meja yang banyak botol produk sudah berisi sirup dan memindahkannya pada rak khusus untuk menyimpan produk-produk itu sesuai nama sirupnya.
Ray keluar dari ruangan tersebut berjalan menghampiri Aruna yang duduk didepan Lab Resep, tidak jauh dari Lab KWU.
"Hai..." sapa Ray mendudukkan badannya disamping Aruna
Bella yang memang sedari tadi dengan Aruna, dan peka dengan situasi. Buru-buru berdiri dan ijin ke kelas "Run gue balik. Pak saya izin ke kelas". Dan Ray hanya membalas dengan senyuman.
"Ngapain kak?" tanya Aruna
"Gak papa, kangen pacar emang gak boleh" ujar Ray. Sedangkan Aruna hanya memutar bola matanya malas.
"Gimana belajarnya?" tanya Ray
"Ya seperti biasa, gak ada yang istimewa" jawab Aruna asal
"Soalnya yang istimewa cuma gue kan" ujar Ray dengan menaik turunkan kedua alisnya
"Apasih kak, narsis banget" Aruna hanya mampu tersenyum melihat kelakuan pacarnya yang sungguh narsis tanpa ingat umur
"Meskipun narsis, lo juga suka kan"
"Dihhh jijik banget sih kak"
"Ketaman belakang sekolah mau gak?"
"Ngapain kak?"
"Gak usah banyak tanya, ikut aja ayo"
Saat sampai di taman. Mereka berdua duduk disalah satu bangku yang sudah disediakan. Suasana memang cukup sepi dan jarang sekali ada murid yang mengunjungi taman. Ray yang duduk disebelah kiri Aruna menyandarkan kepalanya dipundak Aruna, dan tangan kanannya menggenggam tangan kiri Aruna.
Aruna yang terkejut hendak protes tapi ia urungkan saat menatap wajah lelah Ray yang memejamkan mata. Tanpa disadari tangan kanannya terangkat mengusap pipi kiri Ray. Mungkin selama ini Ray menyembunyikan beban berat yang selama ini ia rasakan. Meskipun Ray tidak pernah membagikan keluh kesahnya, Aruna sangat tahu yang dialami Ray selama ini.
Sepuluh menit berlalu Ray mulai mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Ia menegakkan duduknya, merasakan tangannya yang masih menggenggam tangan Aruna senyum itupun terukir kembali. Disamping kanannya Aruna tertidur dengan wajah damainya.
"Polos banget sih Run" monolog Ray mencuri satu kecupan ditangan Aruna yang digenggamnya
Aruna menggeliat merasakan ada yang mengganggu tidurnya. Awalnya ia tidak perduli, dengan mata yang masih terpejam ia ingat tadi ketiduran dan disebelahnya ada Ray. Matanya tiba-tiba terbuka dan melihat sekeliling taman yang sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Teacher [HIATUS]
Romance"Lebih baik bapak jauhin saya" Aruna "Gue bisa jauhin lo, tapi otak gue gak bisa jauh buat mikirin lo" Pak Ray • Jangan lupa vote • Slow update • Happy reading