14. Tambah parah

13.1K 917 15
                                    

p.s : buat yang nanya kenapa dari part sebelumnya Sherlia gak muncul. Bakal di jelasin di akhir-akhir.

Enjoy!

=======================

Key berdiri dari tempat tidurnya. Nggak,dia nggak boleh begini terus. Nangis gak bakalan ngembaliin semuanya 'kan?

Mungkin dia emang belom bisa wujudin keinginan dia,tapi selama dia masih hidup,dia masih bisa 'kan? tapi mungkin gak semuanya.

Key menyalakan iPhonenya dan langsung menelfon Rafa.

"Halo? Raf?" Sapa Key.

"Halo? Key? Lo abis nangis?" Tanya Rafa tanpa jeda.

"Bisa kesini gak?" Tanya Key dengan parau.

"Sepuluh menit lagi gue udah sampe sana," Kata Rafa lalu mematikan sambungan telfon secara sepihak.

Sepuluh menit kemudian,Rafa udah berdiri di kamar Key.

"Key," Panggil Rafa.

"Iya emang,disini tuh gak ada orang udah gapapa langsung masuk aja." Kata Key datar sambil menyelipkan nada sarkastik dalam suaranya.

Rafa nyengir. "Maaf."

"Gak sopan. Udah lah,mana pernah sih lo ikhlas minta maaf sama gue?" Kata Key cemberut.

Rafa tertawa ngakak. "Oke,oke. Ada apa lo minta gue kesini? Kangen?"

Key melempar bantalnya ke arah Rafa yang langsung ditangkis pake tangannya. "Gausah kepedean!"

"Iya,iya. Sekarang gue serius nih,ada apa?" Tanya Rafa.

Key menghela nafas. "Lo udah tau 'kan,kalo gue tuh sakit kelainan katup jantung?"

Seketika Rafa membeku. Dia ingin mengucapkan sesuatu,tapi lidahnya kayak diiket pake tali sepatu.

"Kenapa diem aja? Gabisa jawab?" Tanya Key tenang.

Rafa menggeleng. Dia bener-bener pengen ngomong sesuatu,tapi dia gak tau mau ngomong apa.

"Kenapa lo bilangnya gue kena asma?" tanya Key tetep tenang.

Masih banyak pertanyaan yang diawali pake kata 'Kenapa' di pikiran Key. Tapi saking banyaknya,dia gatau harus nanya apa lagi.

"Gue ... gue cuman gamau lo sedih." Kata Rafa.

Key menatap Rafa. "Lo tau kan,gue lebih suka orang yang jujur daripada yang bohong,walaupun bohongnya demi kebaikan."

Rafa mendesah. "Gue tau kok. Gue cuman takut kalo pas lo tau,kondisi lo makin parah,dan penyakit lo juga makin parah."

"TAPI SEKARANG PENYAKIT GUE LEBIH PARAH DUA KALI LIPAT!" Teriak Key.

Rafa memucat. "Lo bohong 'kan?"

"Buat apa gue bohong? Supaya di kasianin?" Kata Key datar.

"Lo tau ... darimana?" Dada Rafa terasa sesek sekarang.

"Gue tadi ke dokter." Kata Key. "Pas diperiksa katanya penyakit gue makin parah."

Rafa mengusap wajahnya dengan kasar,sedangkan Key -yang udah capek nangis.- duduk tenang sambil ngeliat kearah luar jendela.

"Gue ... " Rafa terdiam sebentar. "Kebawah dulu."

Key mengangguk tanpa melihat kearah Rafa. "Yaudah,makasih ya."

Sebelum Rafa menutup pintu kamar Key,dia memutar badannya kearah Key. "Gue sayang sama lo Key,gue harap lo tau."

Setelah Rafa menutup pintu,Key menghelas nafas.

"Gue tau Raf," Lirih Key. "Gue juga sayang sama lo,lo kakak gue."

***

"Pagi,Key." Sapa Jason sambil tersenyum lebar saat Key membuka pintu rumahnya.

Pipi Key memanas,lagi.

"Pagi,Jas." Sapa Key balik dengan malu-malu.

Spontan,Jason langsung tertawa ngakak ngeliat reaksi Key. Dia mencolek pipi Key sambil mengedipkan mata dengan genit.

"Kamu lucu." kata Jason sambil tetep mencolek pipi Key.

Key menepis tangan Jason dari pipinya. "Apaansih."

"Udah yuk berangkat. Nanti terlambat terus track record kamu makin kotor." Kata Jason sambil mengamit tangan Key.

Lagi-lagi ini. Ini kedua kalinya Jason mengamit tangan Key. Dia merasa diputar ke masa lalu,saat dia pertama kali mengamit tangan Sher. Terasa ... pas di tangan Jason.

Dia menepis pikiran itu. Nggak,Jason gak boleh begini.

Tetep inget tujuan lo,Jas.,batin Jason.

"Jas?"

Suara Key membuyarkan lamunan Jason.

"Ya?" Sahut Jason sambil melihat kearah Key. Yang dia temuin adalah wajah khawatir Key. Tapi yang ada dibayangannya itu wajah Sher.

"Sher ... " lirih Jason.

Key kelihatan kaget. Oke,mungkin bukan kelihatan lagi,tapi emang bener-bener kaget. Jason tau kembarannya?

"Jas ... " kata Key hati-hati. "Nama gue Key,bukan Sher."

Jason tersadar lagi dari lamunannya. "Tadi gue bilang apa?"

Key mengerutkan dahinya. "Lo nyebut 'Sher'."

Jason memandang Key tidak percaya. "Iya apa?"

Key mengangguk dengan ragu-ragu. "Lo kenal Sher?"

"Apa? Ya nggak lah." Kata Jason lalu dia ketawa maksa.

Key meremas tangan Jason. "Tapi tadi lo-"

"Gue gakenal dia!" bentak Jason.

Wajah Key langsung memucat. Dia melepaskan tangannya dari genggaman Jason. Dia kurang suka di bentak. Dada nya terasa sakit.

Jangan sekarang, batin Key.

Jason yang menyadari perubahan wajah Key langsung mengusap wajahnya dengan kasar.

"Key,aku gak maksud ... " Kata Jason. "Aku beneran gak maksud buat-"

"Aku lagi gaenak badan." potong Key.

"Key,sumpah aku-"

"Kamu sekolah sendiri aja ya." Potong Key lagi. "Aku kayaknya kurang sehat."

Wajah Jason berubah khawatir. "Key,kamu-"

"Bye!" Potong Key lagi untuk ketiga kalinya sambil berlari ke dalam rumahnya.

Jason menendang mobilnya. "Aduh! Anjrit sakit!"

Jason mengendarai mobilnya menjauhi rumah Key.

Harusnya dia inget. Sher gak suka dibentak,mungkin Key juga. Kalo misalnya Key minta putus gimana? Rencananya bakal berantakan.

Dia mengambil iPhonenya dan menelfon Gilang.

"Lang,kayaknya gue bolos deh. Tolong bilangin ya,alesan aja." kata Jason.

Diujung sana,Gilang mendecak. "Iya."

"Makasih. Kamu the best." Kata Jason sambil menahan tawanya.

"Geli lo." Jawab Gilang lalu memutuskan sambungan telfonnya secara sepihak.

Jason bener-bener ingin menjernihkan pikirannya. Dan dia tau ingin kemana. Walaupun membangkitkan kenangan lama,tapi itu satu-satunya tempat yang bikin dia tenang.

===========================

Tbc.

Yeay bisa ngepost! Hehe keren gak keren gak? Oke abaikan. Jadi,ini chapter 14nya! Semoga memuaskan yaa!

Makasihh banyaak yang udah votes sama comments!<3333:"""D

-Andien

KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang