Nah loh, Author telat update... Harusnya minggu sudah update tapi ceritanya kehapus, dan harus di tulis ulang... Hemm nambah kerjaan...
Kuy lah, mulai novelnya :)
"Selamat pagi, selamat datang di Queen hotel, apa ada yang bisa saya bantu ?" tanya Pam.
"Ruangan Presedir" seorang wanita dengan dandanan suram bertanya dengan suara berat, di belakangnya dua orang lelaki melirik kanan dan kiri.
"Maaf, apakah sudah membuat janji dengan pak presedir ?" tanya Pam.
"Belum"
Freya begitulah orang memanggilnya, dengan kaki tangannya Dennys dan Paul, Freya menjadi ketua pembunuh bayaran terkenal di kancah Internasional. *tokoh Freya, Dennys, dan Paul sudah muncul di "My Boss is My Husband part 1" di chapter "William Vengeance"*
"Siapa presedirmu sekarang?" tanya Dennys.
"Pak Aldy, jadi anda belum mengenal Presedir sama sekali?" Pam bertanya, curiga dengan ke-3 orang itu, Pam segera memanggil security.
"Kau tak perlu memanggil mereka, kami akan segera pergi" Freya memberi kode agar kedua kaki tangannya mengikutinya.
"Aldy ? Bukan dia yang kita cari ! Aku yakin betul nama laki-laki itu Brandon" Dennys bingung.
"Apa dia juga sudah ikut menyusul kekasihnya ?" Paul tertawa.
"Maksudmu? Bunuh diri?" tanya Dennys.
"Tidak ! Dia masih hidup, dan satu-satunya cara dia untuk mati adalah dengan cara terbunuh !" Freya mengeluarkan pisau kecil dari sakunya.
"Tapi dia di mana?" Dennys bertanya serius.
"Dennys kecil ku yang malang, kita ini pembunuh profesional ! Bagaimana bila kita melacaknya ?" Freya mendekatkan pisau nya ke leher Dennys.
"Ba... Ba... Baiklah, kita akan menemukannya segera" perlahan pisau itu menjauh.
Kediaman Mr. Brandon.
Wise men say
Only fools rush in
But I can't help falling in love with you
Shall I stay?
Would it be a sin
If I can't help falling in love with you?Suara piringan hitam menggema di rumah mewah milik Brandon, lantunan lagu Elvis selalu menemani nya di saat-saat kesepian.
Sudah 10 hari sejak "kepergian" Lisa, dan Brandon belum bisa melepaskan wanita kesayangannya itu. Dia berhenti sejenak menjadi Presedir dan mengambil cuti. Aldy menggantikan posisi nya.
"Kau pergi terlalu cepat" Brandon tidur di bangku diamana dulu dia sering tidur di pangkuan istrinya.
"Aku merindukanmu" Brandon semakin lenyap dalam kesedihan, ditambah Al yang di bawa oleh nenek nya untuk di rawat dan di besarkan di sana, menambah rasa kesepian yang ada.
"Aku tidak kemana-mana Brandon"
"Bohong" Brandon hanya bisa berbicara sendiri.
"Aku akan selalu ada di hati mu dan hati Al"
"Bohong lagi" Brandon merasa dirinya sudah gila.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya.
"Lama tak jumpa" pria itu menyodorkan buah-buahan.
"William, silahkan masuk" Brandon mempersilahkan William masuk.
"Kau pecinta lagu Elvis ?" tanya William.
"Hanya mengisi kesedihan" Brandon tertawa kecil.
"Kau tahu, aku turut berduka cita atas kepergian Lisa, aku...aku sangat menyesal tak datang saat pemakamannya" William memasang wajah sedih tak berdosa.
"Tak apa Will" Brandon menunduk sedih.
"Bagaimana bila kita mengadakan liburan untuk melepas penatmu?" tanya William.
"Tidak, terima kasih" Brandon menolak.
"Oh iya, karna kita sudah bersahabat lagi sejak kejadian dulu kau dan Monic. Kau bisa meneleponku kapan saja kau punya masalah" Willia memasang wajah bersemangat.
"Ya akan ku kabari" Brandon tersenyum palsu.
"Baiklah, aku harus pergi, ada beberapa urusan di Mall" William berjabat tangan demgan Brandon, lalu pulang.
"Sampah" Brandon membuang buah-buahan dari William ke tempat sampahnya.
"Brandon"
"Brandon, aku akan selalu menemani mu, kapanpun kau membutuhkan aku"
"Aku akan percaya janji itu"
"Akhhhh..." Brandon berteriak, luka jahitannya masih belum kering, dan kini sudah terbuka lagi.
"Persetan dengan semua jahitan ini" Brandon mengambil P3K di kamarnya dan segera membalut luka itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss is My Husband [Part 2] [SELESAI]
RomanceCinta mempertemukan semuanya. Sudah 10 hari sejak "kepergian Lisa". Queen hotel masih di landa duka. Brandon masih terbaring lesu di kediamannya. Siapa yang menjadi penggantinya sebagai presedir yang berwibawa ?