Suara bel pulang menggema di seluruh penjuru sekolah. Murid-murid berhambur keluar kelas. Ada yang langsung pulang, ada yang duduk-duduk di dalam kelas, ada yang langsung kegiatan ekstra kurikuler.
Ada juga yang sedang berdiri di depan kelas sambil sesekali melirik jam di layar ponselnya. Seperti yang dilakukan seorang siswi bernama Andin.
Seorang siswa datang sambil berdeham. Andin mendongak. Senyum pun merekah di bibirnya.
"Langsung ke perpustakaan?" Andin memastikan.
"Emang mau ke mana?" tanya pria yang bernama Rafly dengan wajah datar.
"Ke kantin kek, kek lab kek, ke kelas siapa kek. Hiiis," Andin menghentakkan kakinya. Ia pun berlalu menuju perpustakaan.
Rafly dengan tenang mengikuti dari belakang. Sesampainya di perpustakaan, Andin mengeluarkan buku tugas matematika. Ia mulai mengerjakan tugas yang diberikan. Raf duduk berhadapan dengan An.
"Raf, ini caranya gimana sih?"
An memperlihatkan buku tugasnya pada Raf yang sibuk bermain ponsel. Pria itu langsung memalingkan wajah dari ponsel. Dan memasukkan ponsel dalam saku celana.
"Ini," tunjuk An pada soal nomor 2.
"Harusnya yang A ditranpos dulu. Baru diinvers. Habis itu dikali ini,"
Saat Raf menjelaskan, An memandangi pria itu. Ia tersenyum. Entah mengapa ia suka memandang lama-lama wajah itu. Padahal setiap hari bertemu.
Padahal juga orang itu sering membuatnya kesal. Namun, orang itu juga yang sering membuatnya tertawa bahagia.
"Paham nggak?" Raf mendongak. Mendapati An yang tertangkap basah sedang memandang dirinya. An gelagapan.
"Ah, i--iya. Pokoknya yang A ditranpos dulu kan?"
"Hm," jawab Raf cuek.
Raf memang seperti itu. Kadang cuek kadang juga care. Bahkan, kadang Raf juga bisa cerewet. Dulu Raf tak seperti ini. Dulu, orangnya pendiam. Malu kalau diajak dalam keramaian.
Sebenarnya sekarang masih malu juga. Tetapi, semenjak ia bertemu dengan Andin, Raf bisa menjadi pria yang percaya diri. Bahkan Raf pernah menjadi ketua dalam beberapa acara.
"Raf, ngapain masih di sini?" tanya seseorang yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Raf dan An.
"Dani?" An menatapnya.
"Udah tahu rapat mau mulai, masih aja di sini." Dani mendecak kesal.
"Rapat apa?" tanya An.
"Lo nggak baca chat grup ya? Ada rapat OSIS buat hari guru," jelas Dani.
"Gue nggak buka HP," ucap An.
"Raf, lo kan tadi bilang iya," mata Dani menyipit.
"Iya, nanti." wajah Raf tetap datar.
"Kebiasaan deh lo kalau udah sama Andin. Pasti mentingin dia,"
Raf hanya menatap tajam Dani. Ia berjalan mendahului Dani dan Andin. Buru-buru An memasukkan buku dalam tasnya. Dani berjalan menyejajarkan langkah dengan Raf. Begitu juga dengan An yang sudah siap dengan tas punggungnya.
Mereka bertiga berjalan menuju ruang OSIS. Di sana sudah ada beberapa orang. An berjalan dengan riang saat melihat teman-temannya sudah ada di ruangan tersebut. An duduk di dekat Freya dan Chika. Sedangkan Raf duduk di dekat Dani dan Aziz sang ketos.
Saat sepertiga anggota sudah hadir, rapat pun dimulai. Pertama-tama mereka membuat susunan panitia. Voting pemilihan ketua panitia pun dimulai.
"Gimana kalau Aziz aja?" usul Freya.
"Bisa," jawab Eva sebagai sekretaris OSIS.
"Atau Raf mungkin?" yang lain memberi usul.
"Oke, jadi kita pilih antara Dani, Arlan, Aziz sama Raf, ya?" Eva memastikan.
Yang lain menyetujui. Semua diminta untuk menutup mata. Kemudian, voting singkat pun dimulai.
"Jangan buka mata dulu ya," pinta Eva.
Ia mencatat berapa jumlah yang memilih kandidat ketua panitia di papan tulis kecil.
"Kalian boleh buka mata," ujarnya.
Semua pasang mata memandang ke papan tulis. Dan pilihan ketua panitia jatuh kepada Raf.
"Bagaimana? Setuju semua?"
Semua menjawab setuju. Lain halnya dengan An yang tak menjawab. Ia memasang wajah tak suka. Pasalnya, jika Raf menjadi ketua panitia pasti waktu bersama dirinya akan berkurang.
Selesai menentukan ketua panitia, kini giliran membuat susunan panitia. An mendapat tugas menjadi humas. Ia tak menyanggah tak juga menanggapi. Ia hanya diam. Menatap Raf yang duduk dengan santai.
Memang dulu Raf pernah menjadi ketua dalam beberapa acara. Tetapi, itu sebelum mereka bersahabat. An pun mendengus kesal.
Rapat selesai. Beberapa anggota OSIS mulai berpamitan pulang. Hanya tinggal tujuh orang yang tersisa. Termasuk An dan Raf.
"Ayo," ajak Raf pulang.
Andin beranjak.
"Gue pulang dulu ya," pamit An pada yang lain.
"Hati-hati, An." ucap Freya dan Chika bersamaan.
Andin mengangguk sekilas. Kemudian, berjalan ke luar ruangan bersama Raf. Mereka berdua menuju parkiran siswa dengan saling diam.
An masih saja kepikiran tentang Raf yang waktunya akan tersita oleh program kerja. Sedangkan Raf sendiri memang pendiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Telah Berbeda
Teen FictionAn, seorang siswi SMA yang memiliki tiga sahabat perempuan. Yaitu Chika, Freya, dan Shila. Ia juga memiliki seorang sahabat pria. Namanya Raf. Dan ia terjebak dalam friendzone. Awalnya, semua biasa saja. Tetapi, ketika ayah tirinya diangkat menjadi...