Part 13

20 4 0
                                    

Kali ini adalah penampilan dari taekwondo. Seperti penampilan pada umumnya. Mereka mempersembahkan beberapa atraksi dan jurus. Kemudian, dari pramuka menampilkan yel-yel dengan gerakan dan tarian yang memukau.

Dan selanjutnya, Andin menyerahkan tugas untuk mengkoordinir ekstra kurikuler lain pada Eva. Ia sudah malas. Memang, Andin orangnya tak suka dengan kegiatan yang menuntutnya menjadi sibuk seperti itu. Berbeda dengan Raf yang suka dengan kesibukkannya itu.

Andin berjalan ke kantin sendirian. Ia tidak mendapati Freya dan Chika. Padahal jelas-jelas pagi ia melihat mereka berdua membantu OSIS yang lain.

Karena Andin memakai ID card panitia, jadi ia tidak ditanya oleh panitia keamanan. Tentu saja, ia sudah capek-capek, masa' nggak diperbolehkan melepas dahaga.

"Bu es jeruk satu ya." teriak Andin sambil mendaratkan pantatnya di kursi kantin.

"Dua bu!" teriak seseorang yang tiba-tiba sudah ada di depan Andin.

"Lo lagi, lo lagi!" Andin memutar bola mata.

"Kenapa? Nggak boleh ketemu lo?" tanya Agam.

"Nggak!"

"Judes banget,"

"Biarin!"

Jangan tanya mengapa Agam tidak terciduk oleh panitia keamanan. Tentu saja pria itu justru akan menghajar panitia keamanan. Bukan karena Agam anak kepala sekolah. Karena banyak juga yang tidak tahu kalau Agam anak kepala sekolah. Ya, karena Agam tak suka dekat-dekat dengan ayahnya. Dan orang-orang tak akan mengira seorang Agam dengan kelakuan seperti itu adalah anak kepala sekolah. Apalagi kelas sepuluh. Tentu saja mereka tidak tahu.

"Jalan-jalan yuk!" ajak Agam tiba-tiba.

"Nggak!" Andin langsung menolak.

"Kenapa lagi?" tanya Agam. "Takut ketahuan sama Raf?"

"Kok Raf lagi sih?" Andin tak terima.

"Ya lo nggak pernah main sama cowok selain Raf, sih. Kan gue kirain lo takut nanti ketahuan sama Raf."

"Nggak! Gue ada tugas."

"Lah-- kan besok libur."

"Lo kira ngerjain tugas harus mepet deadline gitu? Gue nggak kayak gitu, ya."

"Iya deh iya."

Dua es jeruk pesanan mereka pun datang. Andin meminum es jeruknya seraya bermain ponsel. Sedangkan Agam hanya mengamati perempuan di hadapannya.

"Lo tahu nggak sih kalau pak kepsek mau lengser?" tanya siswi yang lewat kepada dua temannya.

"Beneran ya pak kepsek itu seorang koruptor?"

"Ya lo lihat sendiri kan kalau dana BOS aja nggak diberikan ke kita. Terus itu masak tambahan kelas habis 5 milyar? Padahal kan cuma dua kelas yang dibangun."

"Iya juga sih,"

"Terus juga kenapa uang SPP kita tiba-tiba naik? Pasti pak kepsek korupsi itu!"

Suara tiga siswi tersebut mulai samar-samar karena mereka semakin menjauh. Andin yang melihat Agam hanya diam pun merasa tak enak.

"Em-- Agam?" panggil An takut-takut.

"Hm,"

"Yaudah gue mau lo ajak main." ucap Andin akhirnya.

"Yaudah ayok,"

Agam langsung beranjak.

"Bentar gue mau bayar dulu." ucap Andin seraya berjalan menghampiri ibu kantin.

Telah BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang