AUTHOR POV
Cuaca di luar sedang hujan deras saat Hyungseob keluar dari apartemennya untuk menemui Woojin. Ia berpikir sejenak. Ia tak punya payung untuk berjalan menuju halte bis. Tak lama dia terdiam, sebuah taksi melewati jalan itu dan tak berpikir panjang, ia langsung memberhentikannya dan segera naik menuju rumah Woojin.
Bola mata Hyungseob tak henti-hentinya bergerak kesana kemari. Cemas memikirkan Woojin yang sedang menunggunya.
Sesampainya di depan rumah Woojin, Hyungseob berlari cepat ke arah pintu rumah yang terbuka lebar. Hyungseob masuk dan memanggil-manggil nama Woojin karena sejak ia dari pintu belum melihat Woojin. Ia semakin gelisah karena Woojin tak menyahut panggilannya dan juga pintu depan yang terbuka seperti tadi membuatnya semakin cemas.
Saat ia hendak untuk mencari keluar dengan membawa payung yang sebelumnya ia ambil milik Woojin, seseorang yang basah kuyup oleh air hujan sedang berdiri tepat di pintu yang terbuka lebar itu. Siapa lagi kalo bukan Woojin.
"Hei. Kau mengagetkan saja. Kupikir kau kemana. Pintunya terbuka tadi" Mata Hyungseob mencoba menatap ekspresi Woojin yang bisa dibilang tidak berekpresi namun matanya entah mengapa auto fokus ke bagian badan Woojin yang tak memakai baju apapun dan membuatnya terekspos. Siapa yang bisa menolak, perut sixpack dengan warna yang eksotis. Tanpa sadar pipi Hyungseob mulai merona karnanya.
"Kau kenapa? Wajahmu memerah. Dingin?" Tanya Woojin yang melihat wajah Hyungseob yang memerah.
"Tidak. Disini cukup panas. Bagaimana jika sekarang kau pakai baju mu dulu. Itu membuatku meraskan aneh"
"Aneh?" Woojin mendekati Hyungseob yang sudah terduduk di sofa masih memegang payung.
"Aneh bagaimana?" Tanya Woojin lagi sambil mendekatkan wajahnya dengan Hyungseob.
"Celanamu... basah" Kata Hyungseob mencoba mengalihkan pembicaraan.
Woojin kembali berdiri dan segera menuju kamarnya mengganti dengan pakaian kering. Sebelum bergabung duduk di sofa bersama Hyungseob, ia membuat dua cangkir teh. Sath untuknya dan satu lagi untuk Hyungseob.
Keheningan terjadi beberapa menit. Entah karena keduanya bingung harus mengatakan dari mana atau karna keduanya terlalu fokus dengan aroma teh dan menyeruputnya beberapa kali.
Demi memecah keheningan yang semakin membuat canggung, Hyungseob bertanya mengapa Woojin pergi keluar saat sedang hujan deras dan.. Tak memakai baju. Jawaban Woojin sudah ia berikan dengan menggelengkan kepalanya menandakan ia juga tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi "mungkin seseorang baru saja mengambil alih".
"Haruskah kita pergi saja?" Tanya Hyungseob sebelum kembali menyeruput tehnya.
Tak ada jawaban. Dan keheningan itu terus berlangsung sampai akhirnya mereka berdua tertidur di sofa panjang itu.
.
Hyungseob terbangun dari tidurnya dan melihat bahwa Woojin sepertinya sudah bangun. Ia berdiri dan menuju suara dari speaker dan seseorang sedang menyanyikan lagu di dapur.
Hyungseob tertegun disamping tembok dapur. Menyaksikan Woojin yang sedang bernyanyi sambil menggerakkan tangan juga kakinya menari ringan. Dan sedang mengoleskan selai coklat ke roti miliknya.
Menyadari ada yang memperhatikannya, mata mereka berdua bertemu.
Ini pasti bukan Woojin. Batinnya.
"Oh hello. You've awake? How's your dream?" Tanya Woojin pada Hyungseob tiba-tiba dengan bahasa inggris.
Sudah kuduga.
"Why? Are you Woojin's friend?"
Hyungseob masih berdiam diri merasa bahwa ini sangat menakjubkan. Pertama kali dalam hidupnya ia berbicara dengan banyak orang namun dengan fisik tubuh yang sama.
"Let me introduce myself. My name is Liam. Liam Ryder. I can't speak korean like others because i was born in London. It's glad to see you"
London? Jadi, yang tinggal disana (tubuh Woojin) bukan hanya orang korea? Kepribadian apapun bisa jadi? Wow. Hyungseob bertanya-tanya dalam dirinya.
"Why you do not speak? Can't talk English?"
"I can" Jawab Hyungseob pada akhirnya. Untungnya ia memang lumayan bisa menggunakan bahasa dunia itu.
"Good. So, what's your name?"
"Ahn Hyungseob"
"Are you Woojin's friend?"
"Emmm..." Hyungseob tak tahu ia harus menjawabnya dengan jujur atau tidak.
"Or his lover? Eyy no need to hesitate to say it. I'm a gay too but don't worry, you're not my style" katanya dengan percaya diri.
Hyungseob mengangguk-angguk dan mendekati meja makan yang sudah ada roti selai di atasnya.
Ia memperhatikan Woojin, bukan. Liam yang masih saja menari-nari sedang membuat omlet. Sungguh kejutan budaya bagi Hyungseob yang melihat Woojin dengan berbagai kepribadian. Woojin yang selalu keren, Woojin yang menyeramkan (Mooyoung), Woojin yang centil (Sohye), Woojin yang pemalas (Sodam), dan sekarang Woojin yang bahagia? (Liam). Siapa lagi nanti yang akan bertemu dengannya.
"Sorry i have to talk about this. But, can you tell me about the others?" Hyungseob sudah tak tahan ingin mencari tahu lebih banyak soal kepribadian lainnya.
"I'm not playing with them. They hate me because they said i'm so energetic. I don't know what they mean" Katanya sambil mengoleskan selai pada roti yang baru ia ambil.
"Okay. Emm.. Maybe you know something about Jang Mooyoung?"
"Oh psycho. He's crazy. Very very crazy. He wants to kill us" Ia memeragakan kata gila dengan pisau ditangannya.
"How many person lives there?"
"I think about 15? I haven't meet them yet"
15? Haha. Masih banyak yang harus kuhadapi.
"Can you help us?" Pintanya.
"What?"
"To kill Mooyoung. You know? We all always feel scared" katanya lagi sambil memeragakan pose ketakutan.
"I hope i can"
Keduanya terdiam. Hanya ada suara musik yang masih berputar.
"Maybe you know something about how to destroy him?" Tanya Hyungseob yang barangkali Liam mengetahuinya agar memudahkannya.
"Hey if i could, i would not ask you for help"
Benar juga.
"Honestly, i know. But it will make us all destroyed"
Hyungseob menatap tegas Liam "Tell me"
"No"
Pandangan yang tajam itu melemah setelah mendengar penolakan. Ia mengacak rambutnya.
"You okay?" Tanyanya saat melihat Hyungseob seperti itu.
"I have to go to my home and then i will comeback"
"Okay whatever"
.
Hyungseob terdiam duduk diatas kasurnya setelah selesai mandi. Mungkin ia tak akan kembali ke rumah Woojin dan ia akan pergi kesana esok hari.
Ia meregangkan tubuhnya dan berbaring dengan bantal empuk di kepalanya. Isi kepalanya saat ini sangat berat.
Tenang saja, kisah indah tentang kita masih berusaha ku jaga.
..
Hola maapin grammar inggris gw yang gabanget yha;")))))
YOU ARE READING
Hati-Hati [JINSEOB]
Fanfiction"Menjauhlah. Aku tak ingin kau terluka" -Park Woojin- "Tak apa. Asal bersamamu" -Ahn Hyungseob- *WARN* boyxboy kalo gasuka ya "naga juseyo" Bahasa baku Start August 04, 2017